03

5.8K 403 14
                                    

Di dalam mobil Gilang dan Rizka saling melemparkan candaan dan saling tertawa '' ke rumah sakitnya gak bisa di tunda dulu ya ma?'' tanya Gilang.

Razka tersenyum lalu menjawab ''kenapa hem? Kamu gak mau ke rumah sakit. Ini kan juga demi kebaikanmu. Gilang taukan kalau mama sayang banget sama kamu. Dan mama gak minta apapun dari kamu selain meminta Gilang untuk bertahan sampai ada orang yang baik hati yang menolongmu'' ucap Rizka dengan serius.

Hati Gilang kembali menghangat setelah mendengar itu. Pasti beruntung jika seandainya saja ia terlahir dari Razka. Tapi ia juga cukup bersyukur Tuhan masih baik hati memberikan keluarga sebaik Adit dan Rizka dan ia juga sangat bersyukur memiliki saudara seperti Saga.

''ihhh bukan begitu ma.. Gilang lapar tau dari tadi belum makan'' Gilang mengercutkan bibirnya dan tangan Gilang mengelus perut datarnya yang sudah berdemo minta diisi.

Rizka terkekeh, tangannya mencubit hidung mancung Gilang dengan gemas ''iya-iya, nanti setelah check up kita makan. Sekarang turun dulu kita sudah sampai rumah sakit''.

''tapi nanti mau makan sushi dan chicken teriyaki''.

''boleh,asal dokter ngebolehin''.

''mama mah gak asyik. Sekarang apa-apa harus tanya dokter dulu. Menyebalkan''. Rizka menahan tawanya dengan mati-matian melihat raut sebal Gilang. Sementara Gilang bertambah mengerucutkan bibirnya sambil menghentakkan kakinya.

Sampai di ruangan dokter, Gilang masih kesal dengan mamanya, sementara Rizka masa bodoh, palingan juga ia hanya marah selama dua jam gak lebih dan gak kurang.

Adit bingung sendiri melihat kedatangan anak dan istrinya yang menampilkan raut berbeda. Ia tahu Gilang tangah kesal tapi tidak tau masalah apa.

''Gilang dimana sekolah kamu, tidak ada masalahkan?'' tanya Adit mencoba untuk mengajak Gilang bicara.

Mendengar kata sekolah Gilang menjadi tambah muram. Ia masih mengingat dengan jelas kejadian tadi pagi di sekolahnya. Bagaimana ia bertemu dengan orang yang teramat ia benci. Orang-orang yang kembali membuka luka lamanya. Kendati luka itu sudah sembuh dengan sendirinya seiring dengan berjalannya sang waktu.

Namun hanya karena satu hari ini,ia sudah berhasil memporah porandakan hatinya. Apa mungkin ini adalah awal dari datangnya kembali semua lukanya.

''gilang..'' Adit menyentuh bahu Gilang, gilang pun terperajat kaget sendiri hingga nafasnya kembali sesak. Adit dan Razka menjadi panik dan bingung melihat Gilang yang nampak kesusahan bernafas.

''gilang. Kamu kenapa?'' tanya Razka dengan khawatir namun hanya di jawab dengan gelengan. Gilangpun juga sudah bisa mengatur nafasnya, hingga perlahan-perlahan kembali normal.

''ya udah kita langsung melakukan check up kamu, setelah itu kita pulang'' Adit langsung mengarahkan Gilang untuk melakukan pemeriksaannya hingga selesai.

Dan kini merekaa sedang dalam perjalanan pulang, di dalam mobil Gilang terus merengek untuk di belikan sushi ''ayolah ma...pa boleh ya. Anggap aja ini hadiah karena tadi sudah mau check up. Bosen tau makan yang gitu-gitu aja'' Gilang masih terus membujuk kedua orang tuanya untuk memebelikannya sushi. Bahkan tatapan anak itu sudah seperti anak kucing.

Adit menghela nafasnya jengah begitupun dengan Razka. Bukannya tak ingin membelikan, hanya saja hasil dari pemeriksaan barusan mengatakan kondisinya yang tak begitu baik. Dan itu juga berpengaruh terhadapan makanan yang tak sehat.

''mama buatin aja ya sayang, kita gak usah beli. Mama janji buatan mama tak kalah enaknya dari restoran'' bukannya menurut dengan perkataan Rizka, Gilang justru mengerucutkan bibirnya dengan tangannya yang terlipat di depan dada, dan matanya menatap keluar jendela. Seolah pemandangan di luar mobil lebih menarik dari kedua orang tuanya.

We Are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang