19

2.7K 207 7
                                    

Suara isakan seorang wanita setengah baya menggema di dalam sebuah kamar dimana terdapat seorang yang tengah terbujur di ranjang pesakitan.

Hanya suara isakan dan suara bedside monitor yang mendominan ruangan itu. Tangan lentik wanita itu sesekali mengusap surai remaja yang kini tengah memejamkan matanya.

"Gilang kapan kamu mau bangun. Ini sudah dua hari dan kamu masih tidur. Bangun Gilang mama masih nunggu kamu di sini" celoteh wanita itu tapi hanya suara bedside monitor yang membalasnya.

Ruangan mencekam itu terbuka, dan seorang pria setengah baya masuk menghampiri wanita yang masih terisak itu.

Tangan kekarnya meraih tubuh bergetar wanita itu lalu memeluknya mencoba menenangkan sang pujaan hati yang terus mengeluarkan air matanya.

"hiks..hiks mas.. Gi..Gilang gak mau bangun hiks..hikss" bukannya tenang wanita itu justru semakin terisak. Bahkan bibir mungilnya terus merancau tak jelas.

"kamu harus sabar. Gilang hanya butuh istirahat. Nanti dia pasti bangun, dia kan anak kita yang kuat" hibur pria itu.

"hiks tapi sampai kapan mas?".

"sampai dia merasa baikan.. Yang harus kita lakukan adalah terus berdoa dan bersabar".

Tanpa mereka sadari tangan Gilang memberikan pergerakan kecil. Begitupula dengan kedua matanya yang perlahan terbuka..

Saat netranya telah terbuka sempurna, bola matanya bergerak liar, menyusuri setiap ruangan yang matanya bisa jangkau.

Hingga netranya jatuh ke pasutri yang sedang berpelukan sembari saling menenangkan.

"argghh.." Gilang mengerang kecil hingga membuat kedua pasangan setengah baya itu terpusat kepadanya dengan tatapan khawatirnya.

"Gi..Gilang kamu sudah sadar nak..?" wanita itu menghambur ke arah Gilang.

Gilang tak bisa mendengar apapun yang di ucapkan wanita itu. Kepalanya sakit bukan main. Saat ia mencoba mengingat apa yang terjadi sampai ia berada di rumah sakit dengan kedua orang tua kandungnya.

Lalu di mana orang tua angkatnya dan di mana kakaknya. Apa mereka kembali meninggalkan Gilang... Mendadak ia merasa ketakutan.

Ingatan Gilang kembali terlempar pada kejadian yang mengharuskan ia berbaring di rumah sakit ini..

Flashback

Gilang terus melangkahkan kakinya tak tentu arah. Ia sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa terhadap tubuhnya yang kian rusak dan kian menyusahkan.

Emosinya kacau balau hanya untuk sekedar berpikir dengan baik, bagaimana dengan orang yang menyanyanginya.

Yang ada hanya ingin mengakhiri segalanya. Sungguh ia sudah tak sanggup lagi menanggung semua penderitaanya. Gilang sudah putus asa.

Ingatan-ingatan tentang keluarga kandungnya yang membuangnya begitu saja di saat ia masih sangat membutuhkan kasih sayang dan tempat bernaung.

Dan kini mereka datang mengganggu hidupnya dengan dalih ingin memperbaiki semuanya dan membawa Gilang kembali ke keluarga yang telah membuangnya.

Apa semudah itu..?

Jawabannya tentu saja tidak. Gilang sudah terlanjur membenci mereka yang sudah membuat hidupnya hancur berantakan.

Begitu mudahkah mereka sebagai orang tua?. Disaat mereka tak membutuhkannya mereka akan membuangnya. Dan di saat mereka membutuhkannya, dengan mudahnya mereka mengambil sampah yang sudah mereka buang seperti dirinya.

We Are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang