05

5.1K 348 23
                                    

Saga menyandarkan tubuh jangkungnya di depan pintu UGD. Pandangannya terus memandang kosong ke depan tak ia perdulikan beberapa orang yang berlalu lalang di depannya termasuk Gevan yang duduk di kursi tunggu.

Banyak sekali yang ingin Gevan tanyakan tentang apa yang barusan terjadi. Ia sangat yakin Gilang tidaklah baik-baik saja.

Ingatannya begitu melekat beberapa saat yang lalu ketika dirinya menatap raut kesakitan Gilang dan tatapan khawatir Saga hingga ia berakhir di tempat ini.

''gue yakin Gilang pasti kuat, dia bakalan baik-baik aja'' jadi yang bisa Gevan lakukan adalah memberi kata-kata penenang untuk kakak kelasnya ini.

Saga menoleh lalu mendapati remaja seumuran Gilang tengah berdiri lalu menepuk bahunya dua kai ''thanks. Gue juga tahu dia pasti kuat'' tanpa ia komando buliran air matanya jatuh begitu saja.

Namun segera ia hapus. Saga tidak mau terlihat cengeng di depan adik kelasnya, bisa jatuh pamour yang ia bangun selama ini.

''santai aja kok kak. Gue gak bakalan bilang lo cengeng. Karena gue pernah ada di posisi lo'' raut Gevan berubah sendu, maniknya mulai berkaca-kaca.

Itupun tak luput dari pandangan Saga dan itu membuatnya penasaran. Saga tak terlalu suka urusannya di campuri begitu pula tak ingin mengurusi urusan orang lain. Apalagi orang itu tak ia kenal.

Tapi melihat raut sendu Gevan menariknya untuk saling memasuki kehidupan mereka masing-masing. Dengan cara bertukar pengalaman mungkin.

Jujur selama ini ia belum punya teman yang mengerti dirinya, mengrti tentang perasaan. Bahkan teman dekatnya Revo dan Gala tak begitu mengerti dirinya., karena memang dirinya enggan terbuka terhadap orang lain kecuali keluarganya.

'' sepertinya kita punya kesamaan'' pernyataan Saga langsung di benarkan oleh Gevan ''sepertinya'' lalu mereka tersenyum bersama.

Adit keluar dari ruang UGD dan langsung di sambut oleh tatapan khawatir dari putra sulungnya dan remaja yang baru pertama kali ia lihat kehadirannya.

''pa gimana adek?'' Saga langsung menghambur ke arah Adit dan menanyakan hal yang sama seperti sebelumnya saat Gilang colaps.

''adikmu sejauh ini masih baik-baik saja. Dia hanya kelelahan saja,berdoa aja yang terbaik untuk adikmu. Kamu sudah kasih tahu mama kamu''.

Saga menepuk jidatnya ''hehehe belum pa'' Adit mengusak gemas rambut Saga yang malah cengegesan.

''ya udah biar papa saja yang beri tahu mamamu''.

Adit menoleh ke arah Gevan yang hanya menyimak saja dari tadi. Melihat tatapan bertanya dokter di hadapannya yang ia yakini papanya Gilang, Gevan menyalimi Adit '' kenalin Gevan om, temannya Gilang''.

Adit menyambut uluran tangan Gevan ''panggil papa Adit aja. Oh ya papa mau ke ruangan dulu, temani Gilang setelah Gilang dibawa ke ruang inapnya''.

Gevan mematung di tempatnya, lidahnya terasa kelu. Panggilan itu adalah panggilan yang ingin ia buang jauh-jauh. Kata 'papa' yang sudah bertahun-tahun tidak pernah ia ucapkan lagi.

''gev...gev lo kenapa'' Gevan mengerjapkan matanya berkali-kali dan langsung mendapati tatapan bingung dari Saga.

''eh gak papa kok kak. Ada apa?''.

''lo mau pulang atau masih mau disini, gue mau keruangannya Gilang''.

''lah Gilang udah di bawa ke luar kak? Kapan kok gue gak lihat?''.

Saga menghembuskan nafasnya kesal sendiri. Mendadak ia gemas dengan Gevan dan teramat sangat ingin menendang bokongnya.

''aduuh sebenarnya lo itu mikirin apaan sih, sampai Gilang keluar aja lo gak tahu. Bikin gedeg ae lo''.

Gevan terkikik geli melihat raut jengkel Saga ''sorry kak Gak sengaja heheehe. Keknya gue mau ikut ke ruangan Gilang aja dech. Sakalian nginep. Besokkan libur''.

''keluarga lo gak nyarriin entar? Gue gak mau ya di bilang nyulik anak orang''.

''gak akan!'' seru anak itu. ''Karena gue gak punya siapa-siapa kak'' tentu Gevan hanya mengucapkannya di batinnya.

📌📌📌

Galang duduk termenung di meja belajarnya. Ia terus memikirkan tentang Gilang yang enggan ia dekati.

Sebenarnya dia sangat bersyukur Gilang tumbuh dengan baik, tapi ia sakit saat melihat tatapan benci Gilang yang hanya di tunjukkan kepadanya.

Terlebih Gilang tidak suka jika ada orang yang mengatakan bahwa mereka kembar. Galang akan sangat senang jika ada yang mengatakan ia kembaran Gilang.

Berbeda dengan Gilang, ia akan menatap bahkan berkoar-koar tak terima jika ada yang mengatakan mereka kembar.

Galang mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu di ponselnya. Mencari data tentang Gilang adalah tujuan saat ini.

Dia benar-benar penasaran dengan keluarga yang merawat Gilang selama ini. Dan saat ia menemukan siapa yang merawat Gilang matanya membulat sempurna.

Ia adalah adik Saga ketua osis di sekolahnya dan juga anak dari Adit seorang dokter spesialis penyakit dalam yang bekerja di rumah sakit besar di kotanya.

Dengan langkah ringannya ia keluar dari kamarnya menuju ke lantai bawah dimana kedua orang tuanya tegah bersantai di ruang keluarga.

''mama...papa....'' panggilan Galang langsung membuat kedua orang tuanya yang fokus dengan kegiatan masing-masing menatap kearahnya.

''jangan triak-triak Galang ini rumah bukan hutan'' tegur Nic dengan wajah datarnya, sementara Galang tak memperdulikan justru ia langsung duduk di samping Vina.

''ada apa sih nak, kok triak-triak gitu?'' tanya Vina merasa heran melihat wajah berbinar Galang yang memang sebelumnya terlihat murung setelah kejadian beberapa hari yang lalu.

"mama lihat ini dech''tunjuk Galang pada ponselnya yang menyala menampilkan beberapa Foto Gilang dengan orang-orang yang Vina yakini adalah keluarga anak itu.

Melihat senyum lebar Gilang di foto itu membuat hatinya kembali diiris sembilu. Vina iri dengan keluarga yang tersenyum lebar ke arah kamera itu, karena Gilang juga tengah tersenyum lebar di foto itu dan mereka berfoto layaknya keluarga kebanyakan. Sementara dia.

Hatinya kembali pilu saat membaca rentetan kalimat yang Gilang tulis dalam salah satu media sosialnya. Hanya tulisan tentang bahagianya dia memiliki keluarga yang menyanyanginya diakhiri dengan emoticon hati.

''mama ayo kita jemput Gilang ma. Sudah cukup ia menjadi keluarga orang lain. Sekarang dia harus pulang ke rumahnya berada''.

Vina langsung menghapus air matanya yang entah sejak kapan sudah mengalir di kedua pipinya. Lalu menatap Galang dengan lembut.

''tidak semudah itu Gal. Semua ada prosesnya. Kita gak bisa dengan mudah mengambil Gilang dari mereka, apalagi mereka terlihat sangat menyanyangi Gilang''.

''lalu mau sampai kapan Gilang dan Galang harus hidup terpisah begini ma. Galang gak mau'' vina langsung membawa Galang kepelukannya.

Sementara Nic yang sedari tadi memperhatikan mereka ikut merasakan sakit di dadanya. Di dalam hatinya Nic berjanji akan membawa Gilang kedalam pelukannya lagi dan memperbaiki semuanya.

Pasti.

Tbc.....

Kenalan yuk sama Gevan. Yang bakalan jadi sahabatnya Gilang..

Gevan Putra Galaxi

Gevan Putra Galaxi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
We Are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang