Galang melangkahkan kakinya dengan ringan di koridoran sekolahnya. Ia sengaja berangkat pagi-pagi hanya untuk bisa bertemu dengan Gilang.
Rencananya ia akan meminta maaf soal kejadian kemarin. Semalaman ia berfikir keras, apakah perkataan kemarin membuat Gilang sakit hati? hingga ia tak masuk ke kelas setelah pertengkaran mereka.
Sesampainya di kelas Galang langsung mendudukkan dirinya di bangkunya. Kelas masih kosong, jadi yang bisa ia lakukan adalah membaca buku. Kebetulan hari ini ada ulangan kimia dan kemarin malam ia tak sempat belajar.
Semua murid berdatangan satu persatu hingga memenuhi kelas dan suasananya menjadi ricuh seperti di pasar.
Galang sedari tadi mendesah pelan. Orang yang di tunggu-tunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya, bahkan sekarang bell sudah berbunyi.
''lo dimana sih Lang? Jangan-jangan pindah sekolah tuh anak'' gumam Galang yang terus saja melihat ke arah bangku Gilang yang hanya ada Gevan yang duduk tenang di bangkunya.
'' lo nyariin Gilang?'' tanya Beno teman sebangku Galang yang jengah melihat Galang terus memandang resah ke arah bangku Gilang yang kosong.
Mendengar pertanyaan Beno , Galang langsung mengangguk berharap dapat kepastian kemana gerangan Gilang berada.
'' gue denger-denger dia sakit'' ucap Beno dengan santainya.
''HAHHH! APA'' Pekik Galang tak santai. Kelas yang tadinya ramai bak pasar langsung terdiam mendengar pekikan Galang yang luar biasa keras.
Galang yang menjadi perhatian seluruh teman-teman kelasnya langsung nyengir dan mengangkat kedua jarinya. Membuat teman sekelasnya mendengus ada pula yang mengumpat karena ulah Galang.
''eh eh emang lo tau dari mana kalo Gilang lagi sakit".
"dari kakaknyalah, tadi pas waktu gue masuk kak Saga nitipin surat. Katanya Gilang gak masuk karena sakit".
"kakaknya yah" Gilang tertawa kecut. Menertawakan dirinya sendiri yang tak bisa menjadi kakak yang baik untuk Gilang. Sementara orang lain bisa memberikannya.
Semua murid kembali tenang saat pak Yuda masuk ke kelas mereka. Dan pelajaranpun di mulai.
Namun tidak dengan Galang. Pikirannya sedari tadi terus tertuju ke Gilang. Sungguh dia sangat khawatir sekarang. Apa mungkin ini salahnya.
Jadi tepat bell istirahat berbunyi, Galang langsung keluar dari kelasnya. Berlari menyusuri koridoran sekolah menuju lantai tiga tempat dimana kelas Saga berada.
Matanya terus menelisik ke segala penjuru. Dalam hati Galang berdoa semoga Saga belum pergi ke kantin ataupun ke lapangan karena tadi ia sempat mendengar kelas XII A yang tak lain adalah kelas Saga sudah istirahat sejak sepuluh menit yang lalu.
Hingga ia bisa bernafas lega, saat netranya menangkap langkah tegap Saga yang baru saja keluar dari ruang osis. Tanpa berpikir lagi Galang menghampirinya.
"hosh...hosh kak..Saga gue mau ngomong sama lo" Galang langsung menghadang Saga yang justru menatapnya dengan bingung sebelum pada akhirnya menatapnya dengan tajam.
Galang sendiri tidak terlalu perduli dengan tatapan tajam Saga. Tujuannya kesini hanya ingin mencari tahu tentang Gilang bukan untuk mencari masalah dengan Saga.
Saga ingin acuh dan meninggalkan Galang begitu saja namun perkataan Galang kemabali menghentikan langkahnya " kasih tau gue di mana adek gue Gilang berada?".
Pertanyaan Galang benar-benar menyulut emosinya. Tidak taukah dia, kalau Saga sudah pusing dengan kondisi Gilang yang semakin menghawatirkan dan masalah osis yang terus menuntutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Different
Teen FictionKita memang berbeda, meskipun kita punya wajah yang sama. Semenjak hari itu kita sudah tak sama lagi. Semenjak mereka membuangku. Start ; 7 November 2019