Hari ini hari minggu Gilang berencana akan keluar rumah. Merasa bosan karena sudah terkurung di rumah selama dua hari karena sempat kambuh kemarin.
Untunglah hari ini tidak ada satupun orang yang ada di rumah, karena sibuk dengan urusan masing-masing. Jadi ia bisa keluar rumah tanpa ada pertanyaan yang beruntun dari keluarganya.
Tak ingin membuang waktu lagi, Gilang langsung bergegas ke garasi mengambil motor sport kesayangannya.
Selama Gilang di Jakarta ia hanya pernah mengendarai motornya ini sekali saat mencari rumah Gevan. Karena kedua orang tuanya selalu melarangnya.
Saat ingin melajukan motornya keluar gerbang, tiba-tiba mobil hitam berhenti di depan motor sport Gilang menghalanginya untuk keluar.
Gilang berdecak sebal saat tahu siapa yang berada di dalam mobil itu. Orang itu adalah Saga yang kini justru menatap geram Gilang yang menunggangi motor sportnya. Padahal sudah di larang, tapi tetap saja bebal.
"siap-siap telinga melar nih.." gumam nelangsa Gilang. Karena ia tahu betul apa yang terjadi selanjutnya.
"mau kemana lo? Sudah kita bilang jangan keluar rumah masih aja lo gak mau dengerin. Apa susahnya sih lang nurut. Kalau lo ampe kenapa-kenapa siapa yang khawatir hah" omel Saga tanpa jeda.
Gilang yang mendengar itu hanya memutar bola matanya malas. Emang susah ya jadi orang penyakitan. Ini itu selalu saja di larang dengan alasan khawatir.
"gue cuman mau kerumah Ardhan kak, mau pinjam catetan. Besok udah ulangan juga. Habis dari sana gue juga langsung pulang kok".
"ya lo bisa kan nunggu gue pulang atau kalau lo gak sabaran telfon gue kan bisa".
"gue gak mau ngeropotin lo kak, gue kan bukan anak kecil lagi, gue udah besar".
"bangke lo, di bilangin jawab mulu. Udah cepetan turun balikin lagi tuh motor ke kandangnya. Gue yang anter..."
"....gak ada penolakan dan bantahan" Saga langsung memotong ucapan Gilang yang akan melontarkan protesnya tak terima dengan keputusannya Saga.
Dengan mulut yang mengedumel tak jelas, Gilang mengembalikan motor kesayangannya Ke tempatnya.
"hari ini kita gagal jalan-jalan tapi mungkin lain kali kita bisa jalan-jalan sepuasnya" Gilang mengusap-ngusap lembut montor kesayangannya itu, seolah-olah motornya juga bisa merasakan kecewa seperti dirinya.
Saga yang sudah kembali nangkring di mobilnya, bergidik ngeri melihat Gilang mengelus motornya dengan raut prihatinnya.
"ckckck tuh anak keknya kebanyakan minum obat, ampe otaknya jadi gesrek gitu..".
Setelah memastikan Gilang masuk ke mobilnya dan memasang sealtbeltnya, Saga langsung menginjak gasnya kembali ke jalanan.
"rumah Ardhan di mana?" Saga membuka obrolan di antara mereka berdua yang sebelumya saling diam. Dengan wajah di tekuk Gilang menyebutkan alamat rumah Ardhan yang tadi memang di kirimkan Ardhan lewat pesan singkat.
Setelah itu mereka kembali diam. Saga yang fokus mengemudi dan Gilang yang sibuk menatap keluar jendela sambil sesekali bersiul menirukan lagu yang sedang ia dengarkan lewat aerphonenya.
Mobil Saga berhenti di sebuah rumah yang sudah pastinya itu adalah rumah Ardhan.
Gilang yang merasakan mobil Saga berhenti, langsung keluar begitu saja tanpa kata pamit ke Saga yang menatapnya kosong melompong saat melihat Gilang keluar begitu saja tanpa pamit kepada dirinya yang sudah bersedia menjadi supirnya. Yah, meskipun ia juga yang maksa sih.
"dasar adik durhaka. Gitu bilangnya udah besar kelakuan kayak bayi kukang"
Dengan pasrah Saga menunggu Gilang yang katanya mau minjam catetan Ardhan. Karena bosan Saga memutar musik di mobilnya.
Sementara Gilang kini berada di ruang tamunya Ardhan sambil mengerucutkan bibirnya lucu. Hingga beberapa pembantu menatapnya gemas mau ngarungin di bawa pulang jadi peliharaan.
Ardhan berjalan menuruni tangga dan di belakangnya ada seorang wanita paruh baya yang tadi membukan pintu saat Gilang datang.
"napa tuh mulut monyong gitu?" Ardhan bertanya ke Gilang yang sedang duduk anteng di sofa ruang tamunya.
"bete, gue keknya gak bisa ikut ke festival musik di taman kota deh.." Gilang menekuk wajahnya karena sebenarnya mereka sudah janjian akan pergi ke festival musik di taman kota.
Tapi rencananya gagal total. Karena saat akan keluar rumah ia ketahuan Saga.
"kenapa emang? Bukannya lo tadi semangat banget ya. Kok sekarang malah loyo".
"gue ketahuan ma kak Saga. Kemari aja gue di anterin sama dia. Pokonya ngeselin banget deh"
"terus gimana nih kita jadi gak kesananya keburu siang?".
Gilang mengedikkan bahunya tanda tak tahu harus bagaimana. Minta izinpun percuma. Gilang sangat tahu Saga.
Saga tak akan membiarkannya berada di kerumunan orang banyak, apalagi cuacanya yang panas itu akan membuatnya sesak nafas.
"gue gak tahu. Yang pasti dia akan langsung nolak".
"lah terus lo kok bisa datang kesini kalau ketahuan sama kakak lo...?".
"gue bilangnya mau pinjem catetan lo, karena gue gak masuk kemarin. Besok juga ada ulangan".
"goblok lo..! Gue juga gak nyatet bege. Lo lupa gue ada tanding lusa?".
Gilang juga nampak terkejut, ia lupa satu fakta kalau Ardhan akan tanding basket lusa. Dan pastinya ia sibuk latihan yang mengharuskannya tidak mengikuti pelajaran.
"tau lah, gue juga kepepet. Gak mungkinkan gue mau bilang yang sebenarnya ke kak Saga bisa di gorok habis gue sama dia". Ardhan mangut-mangut tanda ia mengerti posisi Gilang.
Setelah itu mereka kembali bercerita tentang banyak hal yang Gilang lewatkan selama tak masuk sekolah.
Melupakan seseorang yang mungkin sudah jamuran di mobilnya.Kak Saga
Gilang cepetan..!!😈😈😡😡
"ehh pulang dulu gue.. Lupa kalau kak Saga masih nunggu di luar.." Gilang langsung bergegas pamit ke Ardhan setelah mendapat pesan singkat dari Saga.
Sementara Saga sudah mengeliatkan tubuhnya di kursi kemudinya seperti cacing kepanasan. Tidak.. Lebih tepatnya bokongnya yang kepanasan karena ia sudah terduduk di sana selama satu jam lebih.
Berterima kasihlah kepada Gilang yang terhormat karena sudah meninggalkanya masuk ke dalam. Sementara dirinya duduk ngenes di mobilnya.
Dengan raut di tekuk Saga mengambil ponselnya lalu mengetikkan sesuatu di keybordnya. Setelah memastikan pesannya terkirim ia kembalikan ponselnya ke tempatnya lagi.
Gilang keluar dari gerbang rumah Ardhan. Berjalan santai menuju ke arah di mana mobil Saga di parkirkan. Tangannya di masukkan ke dalam saku jaketnya.
"lama banget sih lo. Gak nyadar apa gue nunggu lo nyampe jamuran. Dan mana buku yang lo bilang?" Saga langsung nyerocos begitu Gilang memasuki mobilnya.
"gak ada. Ardhan gak nyatet pelajaran kemarin. Kak Saga lupa lusa ada tanding basket?".
Saga yang mendengar ucapan kelewat santai Gilang, langsung menganga lebar bahkan dagunya hampir jatuh ke pangkuannya.
'Astaga. Dosa gak sih buang adik sendiri ke pucuk gunung merapi' batin Saga nelangsa..
28 april 2020
Tbc.....
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Different
Teen FictionKita memang berbeda, meskipun kita punya wajah yang sama. Semenjak hari itu kita sudah tak sama lagi. Semenjak mereka membuangku. Start ; 7 November 2019