04

5K 324 16
                                    

Gilang menyandarkan punggungnya di headbord ranjangnya. Netranya menatap kosong komik yang baru saja di belikan oleh Saga tadi.

Rizka masuk ke kamar Gilang, meskipun sudah berulang kali ia mengetuk pintu tapi ia sama sekali tidak mendapat sahutan dari dalam. Saat masukpun ia kembali di kejutkan dengan Gilang yang masih duduk nyaman di ranjangnya. Apa ia masih marah.

''gilang..'' Gilang langsung tersentak dari lamunannya. Matanya tadi yang kosong kini mengerjap beberapa kali saat melihat Rizka mamanya tengah menatapnya dengan raut bingung.

''ehh mama, sejak kapan mama di sini?'' Gilang nyengir bodoh tak lupa tangannya mengaruk keningnya, membuat Rizka yang tadinya khawatir mengembangkan senyumnya. Dia Lega Gilang sudah tak marah lagi.

''baca apa sih?, sampai mama ketuk pintu beberapa kali gak di sahuti''.

''iiini ma lagi baca komik yang di beliian kakak tadi''. Gilang tak tahu kenapa ia menjadi gugup sendiri saat berada di dekat Rizka. Biasanya dia akan selalu manja bila sudah berada di dekat Razka.

Karena Gilang selalu merasa nyaman dan aman saat berada di dekat Rizka begitupun dengan Adit apalagi kalau sudah bersama Saga. Meskipun mereka selalu memberi rasa yang berbeda-bada.

''kamu kenapa heemm. Gilang yang mama kenal gak seperti ini. Kamu seperti asing buat mama''.

''ma...maksud mama?''.

''Gilang kamu tahukan kita semua sayang banget sama kamu. Bagi mama,papa dan kakakmu kamu itu adalah pelengkap kebahagian keluarga ini, terutama Saga dia sangat bahagia memiliki kamu.

Dulu Saga sering merengek untuk memberikannya seorang adik supaya ia tak kesepian. Tapi kami tak bisa memberikannya, karena Tuhan tak mengijinkannya.

Saat kita membawamu masuk ke kehidupan kami, kamu memberikan banyak kebahagian. Saga yang jarang tertawa berubah mejadi sosok yang riang dan mudah sekali mengumbar tawanya dan juga penyayang.

Dulu mama khawatir Saga menjadi sosok yang dingin dan tak tersentuh, tapi setelah adanya kamu membuat mama lega pikiran mama tak pernah terjadi''.

Rizka mengusap air mata Gilang yang menetes di kedua pipinya lalu tersenyum. Gilangpun langsung memeluk erat Rizka yang langsung di balas oleh si empu.

''aku takut ma...aku takut''.

''apa yang kamu takutkan sayang?. Gak ada yang perlu kamu takutkan ada mama di sini''.

''a..aku takut kalian membuangku seperti mereka. Apalagi aku sering nyusahin kalian. Aku takut kalian membuangku. Sekeras apapun aku melawan takutku sendiri, tetap tak bisa ma karena ada satu sisi yang selalu mengingatkan aku bahwa Gilang bukan siapa-siapa di keluarga ini''.

Rizka tertohok mendengar keluhan yang keluar dari mulut Gilang. Sejauh ini ia berpikir sudah memiliki Gilang sepenuhnya, namun ia salah keluarga anak itu masih ada di fikirannya menjelma menjadi sebuah ketakutan jika ia di tinggalkan.

''kenapa kamu bicara seperti itu lang? Itu gak benar. Bagaimana bisa kamu berpikir seperti itu? Kamu anggap apa perjuangan mama dan papa selama ini hemm?''.

Gilang melepaskan rengkuhannya, kepalanya ia tundukkan tak mau melihat wajah mamanya yang sudah ia pastikan saat ini begitu marah kepadanya.

''maafin Gilang ma'' cicit Gilang.

''gak usah di fikirin lagi sekarang kamu makan, tadi katanya minta sushi. Di beliin kok malah gak di makan'' Gilang mendongakkan kepalanya lalu tersenyum saat mendapati Rizka yang kini tengah tersenyum lembut ke arahnya.

''tapi mama suapin. Tanganku lemas''.

''iya-iya mama suapin, setelah ini harus minum obat'' gilang langsung mengangguk semangat.

We Are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang