"Gilang.."
Suara yang tak lagi asing menyapa pendengaran Gilang sore itu. Gilang yang sebelumnya berada di alam mimpinya kini perlahan membuka matanya.
"Gilang.."
Lagi, suara familiar itu terdengar di kedua rungu Gilang. Setelah membuka matanya dengan sempurna Gilang bisa melihat Galang tengah berdiri di samping brankarnya dengan tangan yang menggenggam tangan kanan Gilang yang terbebas dari selang infus.
Gilang mengeryit bingung saat netranya melihat lebam membiru di sudut bibir Galang. Tapi mulut Gilang tetap bungkam enggan bertanya apa yang telah terjadi.
Mengusir jauh-jauh rasa khawatir di benaknya. Bagaimanapun juga Galang adalah kembarannya. Sejauh manapun jarak memisahkan mereka, tetap saja ia menghawatirkan saudaranya itu.
"ngapainn..?" Galang menatap sendu Gilang yang melepaskan genggaman tangannya begitu saja.
"gu..gue cuman mau tahu keadaan lo.." cicit Galang yang sudah ketar-ketir takut Gilang mengusirnya.
"makasih.."
Galang mengerjapkan matanya beberapa kali. Meskipun hanya sekilas Galang bisa melihat senyum tulus dari Gilang. Dan itu cukup membuat senyum lebar Galang mengembang. Rasanya sangat bahagia.
"gimana keadaan lo sekarang..?" setelah hening beberapa saat Galang membuka suaranya. Meskipun masih canggung.
"seperti yang lo lihat.." Galang tersenyum. Bagi Galang ini adalah kemajuan yang signifikan bagi hubungannya dengan Gilang.
"jangan berfikir yang aneh-aneh. Gue cuman lagi males adu mulut sama lo".Gilang kembali berujar datar saat melihat tatapan berbinar Galang. Jujur saja Gilang masih ragu dengan perasaannya.
"Lang.. Gue minta maaf. Karena gue lo menderita selama ini. Gue pun juga tak bisa berbuat apapun saat itu. Gue minta maaf karena gak bisa melawan mama dan papa saat itu. Seandainya gue lebih berani saat...."
"CUKUP..!"
"lang.. Sekali aja lo dengerin gue..."
"GUE BILANG CUKUP..!" wajah Gilang menjadi merah padam. Dadanya naik turun tak karuan.
"Lang.." Galang mendekat namun langsung di tepis oleh Gilang.
"KELUAR...!".
"berhenti egois Lang. Lo pikir yang menderita selama ini cuman lo hah!. Gue juga sama menderitanya kayak lo lang. Kenapa lo selalu berpikir lo yang paling menderita hah..!" Galang tak lagi mengidahkan kemarahan Gilang.
Jika Gilang tak bisa di ajak bicara baik-baik maka jangan salahkan Galang jika berbuat kasar. Galang hanya ingin Gilang mengerti posisinya saat itu.
"lalu kenapa kalau gue gak mau ngertiin lo hah. Lo pernah mikir gak jadi gue saat itu. Gimana takutnya gue saat itu hah. Gue gak seberuntung lo Gal. Demi kehidupan lo, mama dan papa ninggalin gue, tidak lebih tepatnya buang gue gitu aja. Dan gue benci lo semua.."
Galang diam membisu mendengar semua perkataan Gilang. Meskipun ini bukan pertama kalinya, akan tetapi perkataan Gilang kali ini mampu membanting hatinya.
"sekarang lo keluar gue capek mau istirahat.." ucap Gilang dengan dingin.
"maaf, udah ganggu istirahat lo. Gue balik. Cepet sembuh. Gue sayang sama lo lang.." Galang akhirnya mengalah. Bagaimanapun caranya ia tak bisa memperbaiki sumuanya. Semua sudah hancur. Persaudaraan mereka hancur.
Gilang menggigit dalam bibirnya. Mencoba meredam isak tangisnya yang mewakili pilu hatinya. Bahkan air matanya kini engan berhenti mengalir dari kedua matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Different
Teen FictionKita memang berbeda, meskipun kita punya wajah yang sama. Semenjak hari itu kita sudah tak sama lagi. Semenjak mereka membuangku. Start ; 7 November 2019