2

1K 46 0
                                    

"Apapun yang terjadi kamu tidak boleh memakai nama marga. Nama kamu sekarang adalah Azzashy.
Azzashy.
Azzashy.

Azzashy.

Azzashy.

Azzashy..!!!!"

Aku terbangun dengan nafas yang memburu. Kurasakan baju yang ku pakai basah di sana sini akibat keringat yang menetes di cuaca yang masih dingin.
Ku lirik jam tangan di pergelangan tangan ku menunjukan pukul 4 dini hari.
Ku rapalkan segala kata yang dapat menenangkan gejolak dada ini. Menyesakan. Begitu sakit. Pedih. Hingga-hingga mati rasa karenanya.
Setelah kurasa lebih tenang, Ku toleh Berta masih terlelap. Perlahan ku raih peralatan mandi serta baju ganti. Mungkin mengguyur kepala dengan air dingin dapat menghilangkan sedikit pening yang menyesakan ini.
Jangan tanyakan fasilitas kamar mandi yang ada di tengah hutan seperti ini. Kami kemarin hanya membuat bilik darurat dari rotan dan dedaunan di pinggiran sungai. Iya, sungai yang mengalir ada bebatuan di dasarnya. Ikan-ikan..eeerr...mungkin. Dan arus yang tidak terlalu deras.
Aku bukan tipe wanita yang menghabiskan berjam-jam hanya untuk membasuh badan. Tak lebih 10 menit, Aku sudah rapi dengan stelan jeans serta sweater hangat.

Pov Azz end.

Saat hendak melangkah kembali ke tenda Azz sedikit terlonjak karena kedatangan sosok Bang Za yang menjulang di hadapanya.
Namun cepat-cepat dinetralkan ekspresi sedikit terkejutnya menjadi datar.
Seolah mengerti akan tatapan Azz, senyum Bang Za melebar.
"Tadinya laper. Tapi mau cuci muka dulu." Jelas Bang Za tanpa di tanya. Entah mengapa mulutnya ingin memberi alasan kenapa dirinya ada di sana. Azz mengangguk kemudian berlalu. Lama Bang Za menatap kepergian Azz sampai punggung itu menghilang.
Setelah menghembuskan nafas panjang Bang Za melanjutkan langkah.
Di depan api unggun yang mulai habis lidah apinya, Azz mulai menambah kayu bakar supaya bisa meletupkan kehangatan di sekitarnya.
"Eh..si Azz udah bangun aja." Tim duduk di samping Azz sambil mengeratkan sarung kotak-kotak cap gajah nungging.
"Hm."singkat Azz.
Saat hendak membuat susu kesukaannya dia menoleh Tim.
"Minum?" Tawar Azz datar.
Tim mengerjab, tak menyangka Azz akan menawarinya minum walau dengan ekspresi datar dan dinginnya.
"Kopi please." Tim tersenyum centil. Keheningan cukup lama terjadi di antara kedua makhluk berbeda gender itu. Sampai sebuah mug diterima Tim sembari mengucapkan terimakasih yang tak Azz tanggapi.
"Loe..." Tim menjeda  kalimat yang tinggal di ujung lidah.
"Maksud gue. Em..loe ga..em..loe ga niatan gitu pulang ke rumah?" Cicit Tim akhirnya.
"Diem!" Satu kata dingin terucap dari bibir mungil Azz.
"Azz..gu--" belum sempat Tim menyelesaikan ucapannya lirikan Azz membungkam segala aktifitas mulut Tim.
"Jangan bertingkah seolah kita adalah orang yang saling mengenal." Kalimat datar tersebut tak luput dari pendengaran Bang Za yang baru datang.
Melihat Tim yang berkaca-kaca membuat kernyitan kening Bang Za.
"Tim..lo..nangis??" Bang Za ga yakin.
"Azz melukai hati kyuh Bang..adek sakit..adek ga kuat.pingin nangis." Tim berdrama yang membuat Bang Za begidik.
Azz mendecih pelan. Bang Za duduk di samping Azz kemudian tanpa permisi meraih mug yang sedari tadi di genggaman Azz serta menyeruput isinya..
"Manis." Komentar Bang Za mengembalikan mug tersebut.
Azz sempat terkejut dengan aksi Bang Za. Tapi buru-buru mengalihkan pandangan. Ntah kenapa ada perasaan aneh yang terasa ganjil.
Bukan...bukan desiran di perutnya atau detak jantung yang tak menentu. Hanya...ntahlah..
"Ehm. Ada laler ini masuk kolong meja" dehem Tim yang melengos menyeruput kopinya.
"Laler piaraan loe itu." Sahut Bang Za.
"Eh eek laler..mentang-mentang situ kecebong nanas ngatain piaraan orang seenak udelnya." Tim melambai.
Bang Za hendak menimpali tapi terhenti karena Tim nyangap lagi.
"Bang Za mah ga pernah belain Tim. Ngelirik aja kagak. Ee.ini malah mau ngebully aq.Tim kan jug--" Lagi-lagi Tim kicep gegara sepotong roti berselai kacang menyumpal mulutnya.
"Diem!" Tekan Azz yang dibalas anggukan Tim yang mengunyah potongan besar roti.
Tak lama orang-orang mulai keluar dari kepompong masing-masing dengan tampang bantal.
"Bang hp loe bunyi terus dari tadi." Rama menguap.
Bang Za melangkah menuju tenda diikuti tatapan Tim.
"Tumbenan aja semaleman si Za melototin layar hp." Kata Biru diduk di samping Azz.
"Emang iya?" Tim ga yakin.
"Gue liet ndiri pe'ak. Mana mukenye serius banget" tambah Biru.
"Mungkin Bang Za punya gebetan baru" celetuk Berta asal. Kontan Nuna tersedak minumanya.Kimi sempat melotot horor melirik Azz.
" Yha kali Bang Za kaya gitu. Bukanya--" mulut Nuna dibungkam Biru.
"Kamu pagi ini ceriwis sayang." Biru berbisik di sisi telinga Nuna.
"Bau tangan kamu. Belom cuci tangan yha." Sewot Nuna.
Biru hanya meringis.
"Gue pulang duluan. Ga bareng lo pada gapapa yha." Bang Za menyampirkan ransel ke pundak.menali tali sepatu yang mengendur.
Azz sedikit melirik Bang Za.
"Ada apa Bang?kok buru-buru gitu keliatannya?" Tanya Romeo.
"Ada sedikit masalah." Bang Za menghampiri Azz. Tanpa menoleh si penanya.
"Aku pulang duluan. Kamu ati-ati. Jaga kondisi." Bang Za mengelus pucuk kepala Azz.
Azz hanya mengangkat sebelah alisnya.
Bang Za tersenyum. Tapi tak menghilangkan raut khawatir di kedua matanya.
"Kita-kita ga dipesen ati-ati apa yha.. hm...kita mah apa atuh." Rama mencomot roti milik Azz.
Bang Za terkekeh.
"Besok Gue jemput." Bang Za berdiri.
"Seriusan??" Tim sumringah.
"Iyha. Pake mobil pick up." Jawab Bang Za santai.
Semua ngakak kecuali Azz.
"Lucu banget." Sarkas Tim.
Akhirnya sisa hari itu mereka lewati dengan berkunjung ke air terjun.
Cewek-cewek mengambil pose sementara kamera di tangan Biru mengabadikan moment kebersamaan mereka.

"Ingat kata-kata ku. Jangan pernah kamu ingat-ingat apa yang sudah menjadi kenangan masa lalu mu. Jangan pernah menoleh kebelakang. Apa lagi sampai kamu putar balik arah haluan perjalanan kehidupan mu. Aku mau kamu bahagia." Ucap seorang.
"Aku bahkan lupa apa yang harus aku lakuin" Gumam ku pelan. Hanya angin dan dedaunan yang mendengar.
Aku masih menatap orang-orang..bukan mereka teman-teman ku. Secuek apa pun semenyebalkan apapun  aku. Mereka tak pernah lari dariku. Walau aku tak begitu akrab dengan mereka.malah hanya sekedar tau namanya saja kadang lupa orang mana yang memiliki nama ini atau itu. Tapi mereka tak pernah mengeluh. Bukan aku tak mau terbuka pada mereka. Hanya saja aku...ntahlah. kadang aku sendiri tak faham jalan hidup ku sendiri. Kehidupan ku tak se menarik drama korea. Atau sedramatis roman picisan. Tak ada bumbu-bumbu yang dapat aku kecap tuk mendapat rasa yang pas. Monoton. Flat. Datar. Atau biasa saja mungkin. Di umur ku yang ke 18 tahun hari ini, aku bahkan lupa jika umurku smakin berkurang. Semua habis ku curahkan hanya  untuk berdiam diri. Makan .mandi. kuliah. Kerja kadang-kadang.
Yang jelas aku masih nyaman. Dengan keadaan ku yang seperti ini. Semoga tak ada yang akan  berubah. Walau aku rasa mulai ada yang tidak sejalan seperti sedia kala.
Di depan sana, cewek- cewek itu tertawa lepas. Cowok-cowok itu membuat lelucon yang yhaa cukup lucu..tapi ntah kenapa tak bisa membuat bibir ini tertarik barang sedikit pun.
Ku hembuskan hafas dalam-dalam..

Aku lelah..

Pov Azz end

Jauh dari mereka sepasang iris sehitam malam yang tiada berujung  menatap seorang gadis yang menyendiri menatap teman-temanya. Menyeringai sambil bersandar pada dahan pohon tinggi.
"I got you.." bibir itu masih menyunggingkan seringaian.
Sementara Azz menoleh sekeliling. Merasa di awasi. Atau hanya perasaanya saja. Tapi tiba- saja tubuhnya meremang tak kala sepoi angin menyejukan pori-porinya. Matanya masih memyorot kejauhan. Merasakan apa yang kiranya akan mendekat. Merasuk. Atau bahkan menghancurkan kedamaian dalam hidupnya.
"Siapa kamu??" Tanyanya pada angin yang semakin menghalau rambutnya yang tak pernah rapi itu.
"Apa loe ngomong sesuatu Azz??" Tanya Romeo yang mengambil botol minuman yang memang diletakan di samping Azz.
Azz menoleh dan hanya menggeleng.
"Oke kalo gitu.ga pingin ikutan gabung??" Tawar Romeo lagi.
"Ga suka air" jawab Azz.
"Yha udah. Gue ke mereka dulu yha.." Romeo berbalik menyusul lainya.
Azz menoleh kejauhan lagi.masih meyakinkan hatinya bahwa tak ada suatu apa pun yang memperhatikan atau bahkan mengintainya.



Sebenernya banyak typo kanan kiri ...tapi ga noleh depan belakang...

AzzashyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang