21

371 22 3
                                    

Azz masih tertunduk di depan gundukan tanah yang masih baru.

Semilir angin menemani kesunyian di tempat itu.
Tak ada teman, tak ada air mata. Hanya kegamangan yang sulit ia percaya.

Kilasan-kilasan memory memenuhi ingatanya.
Kenangan yang pernah ia lalui terputar bagai melodi kehidupan.

Tapi tetap tak ada air mata yang menetes, tapi tak ada yang tau apa yang telah ia sembunyikan, ia coba tutupi dengan topeng datarnya.

Namun ada satu yang tak bisa berbohong. Tatapan tajam penuh tekat yang senantiasa menghadap bumi itu membuat aura sekitar semakin mencekam.

Ia pejamkan kelopak matanya yang terasa berat.

"Baru kemaren kamu bilang ga mau kehilangan aku. Tapi kamu sendiri yang ninggalin aku... untuk selamanya." Azz lirih.

Teringat lagi saat sosok itu, raga itu tersenyum, dingin tangan itu mengelus pipinya untuk terakhir kalinya.

"Kamu jahat Ga. " Azz memejamkan mata.

"Azz..." panggilan lirih dari arah belakang tak ia hiraukan.

"Temuin dia dalam kondisi idup.!" Kata Azz dingin.

"Azz.." gumam seorang di belakang Azz.

"Tenang di sana Ga. Aku akan bales orang yang huat kamu kaya gini." Azz beranjak pergi, mengabaikan cowok tampan yang sedang mengunyah permen milkita.

"Loe bangsat. Udah mati aja masih bangsat. Semoga neraka memberkatimu sodara " Zerga, cowok itu tersenyum miring menatap nisan bertulisan nama yang begitu ia benci tapi juga ia sayangi.

.....

6 bulan kemudian...

Tak ada yang tahu bagaimana jalan takdir yang sudah tertulis dalam buku kehidupan.

Begitupun bagi sosok mungil yang kini sedang termenung di balkon kamarnya.

Baru saja ia mengenyam kasih sayang dari seorang. Kini ia harus kehilangan lagi kenyamanan yang begitu ia damba.

Masih hangat di ingatanya bagaimana pelukan sosok Naga. Celotehan bahkan sentuhanya. Tapi kini semua hanya tinggal kenangan belaka.

Angin malam menerbangkan helaian rambutnya bersama dengan terbangnya angan yang sempat ia tanam. Menghilang sebelum sempat ia kenyam hasilnya.

Dadanya mulai terasa sesak, mengingat kenyataan yang baru kemarin ia ketahui.

"Kamu harus ati-ati! Dengerin aku. Sekuat apapun kamu, kamu harus selalu ada di dekat orang-orang yang care sama kamu." Naga menyorot tajam netra sekelam malam itu.

"Aku bukan orang yang baik. Musuh aku berkeliaran diluaran sana. Dan prioritas aku adalah kamu. " tambahnya.

"Aku akan selalu pastiin kamu aman." Naga serius.

"Kamu seolah tau akan ada sesuatu yang besar akan terjadi." Azz berfikir.

Azz memejamkan mata mengingat kata-kata Naga.
Kilasan kejadian di Daerah Timur kembali terngiang di ingatanya.

"Aarrrrggh..." Azz mencengkram besi pembatas sampai buku jarinya memutih.

Bagaimana sosok Naga tergeletak dengan tangan yang dingin dan wajah yang memucat.

Walaupun beberapa otak penyerangan sudah tertangkap bahkan sampai kini menjadi bulan-bulananya tapi tetap saja tak membuat hatinya puas.

Harusnya dia bisa bertahan karena dia tangguh,
Dia kuat,
Dia hebat,
Dia pria bertaktik,
Tapi.....
Takdir telah berkata lain dari apa yang kelihatan.

AzzashyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang