8

429 24 0
                                    


Ada adegan adegan adegan.....

😘






Apa yang kamu harapkan dari suatu keluarga?

Kebersamaan??
Keterbukaan??
Berbagi suka duka??
Atau apalah yang kalian sebut itu.

Tapi kenapa semua yang aku rasa selama ini hanya hampa. Kekosongan. Kesendirian.
Saat mata ini kembali terbuka. Maka fikiran ini akan terus memutar sesuatu yang membuat kepala ku semakin sakit tiap detiknya.
Aku...ingin berhenti sejenak. Mengistirahatkan raga ini. Memulihkan kembali jiwa yang menjadi antah berantah.
Tapi keraguan dan keengganan seolah terus menggelayuti. Menghantui. Menjadi momok tersendiri yang terus membelengguku agar aku selalu tak melangkah ataupun berpindah kedimensi lain...
Aku benar-benar lelah..

---x---

Azz membuka mata perlahan. Aroma yang ia hirup masih sama. Aroma yang begitu ia benci.

"Ayah berat ninggalin kamu sayang. Jadi biar sekertaris ayah aja yang terbang ke jepang." Pak Jaguar membelai surai Azz.
"Azz udah sembuh yah. Ayah berangkat aja. Azz ga mau gara-gara Azz kerjaan Ayah jadi kebengkalai." Azz meyakinkan Pak jaguar.
"Lagian ada kak Tim juga. Temen Azz juga dateng." Azz bersikeras.
"Tap--" Omongan pak Jaguar terpotong.
"Ayah berangkat kerja atau Azz kabur pergi dari sini" Ancam Azz.
"Fine..kamu menang. Tapi kamu harus istirahat total disini. Dokter Mia yang akan jaga dan kontrol kamu. Ga boleh......." Nasehat panjang Pak Jaguar tak lagi Azz dengar.

Azz tersenyum simpul. Mengingat perhatian dari sosok yang selalu ia mimpikan menjadi panutanya.
"Kenapa senyum-senyum?" Bisikan lirih di dekat telinganya membuat Azz berjengkit kaget. Memandang dingin Naga.
"Udah makan?" Tanya Naga.
Azz mendudukan badan dibantu Naga.
Ia amati penampilan Naga yang berbeda dari biasanya.
"Darimana?" Tanya Azz.
Naga tersenyum.
"Dari kampus bentar. Abis itu ke kantor, meeting ama klien dari jepang. Trus kesini.." Naga merapikan anak rambut Azz yang nakal tertiup angin dari jendela yang sengaja di buka perawat tadi.
Walau terlihat lelah, Naga masih tersenyum manis. Dengan Mengenakan pamaian formal yang terlihat elegan dan semakin mempesona. Menambah kadar ketampanan yang dimilikinya. Walau dasi marun yang tergantung dilehernya sudah melonggar serta jas hitam licinya tak terkancing. Bahkan sebagian kemejanya keuar tak rapi. Tapi itu tak mengurangi point ketampanan seorang Naga.
Apa baru saja Azz mengatakan kalau Naga tampan.
'Tidak.aku pasti berhalusinasi' iner Azz.
Menggeleng-gelengkan kepala Azz membuang pikiran ngelanturnya.

"Kak. Makasih kadonya." seOrang gadis kecil tersenyum manis saat menerima kado boneka kingkong dari soerang remaja.
Umur gadis itu 10tahun. Saat ulang tahun, hanya remaja tadi yang mengucapkan.
Bahkan memberi boneka supaya menjadi teman ceritanya.
"Kakak sengaja ga kasih beruang. Kakak mau yang beda. Karena kakak sayang ama kamu."  ungkap si remaja.
"Aku juga sayang banget ama kakak." Si gadis Mengecup pipi si remaja.
Si remaja mengelus rambuut si gadis dengan sayang.
"Aku akan slalu jagain kamu. Oersetan dengan mereka yang menyebut ku pedhifil.." Batin si remaja. Ia bertekat untuk slalu menjaga si gadis.

"Sayang..hei...ngelamun lagi." Naga melambaikan tangan di depaan wajah Azz.
Azz menoleh Naga. Mengamati tiap lekuk wajahnya.
"Kenapa aku seperti familiar ama kamu..sebenernya siapa kamu?"  Batin Azz.
"Tuh kan ngelamun lagi." Naga mengecup sekilas bibir Azz. Azz berdecak sebal. Meski kinerja jantungnya meningkat, Sepertinya kecupan Naga sudah harus menjadi rutinitas yang mulai nyaman bagi Azz.
Setelah menguasai perasaanya, Azz menatao Naga serius.
"Jawab jujur.!" Azz menunjuk ujung hidung Naga.
"Apa sayang?" Naga duduk di tepi ranjang.
"Kamu kan yang selama ini nguntit aku?" Azz memincing.
"Ngaku..kamu yang ngikutin pas aku tugas kampus di hutan kan? Terus pas di kafe juga." Azz menatap Naga tajam.
Naga hanya terkekeh ringan.
"Ketahuan deh." Naga mengacak rambut Azz.
"Motif kamu nguntit kaya buntut apaan?" Azz cemberut yang membuat Naga makin gemes.
"Kamu sengaja..ini minta dicium.." Naga mencubit bibir Azz.
"Apaan sih.." Azz menepis tangan Naga.
Naga hanya terkekeh. Padahal dirinya selalu di sekeliling Azz, tapi baru menyadari sekarang. Benar-benar tak peka gadisnya ini.
"Pergi sana!" Sewot Azz.
"Aku jagain kamu selama ayah kamu pergi." Kata Naga.
Azz melotot horor.
"Kenapa?" Tanya Naga polos.
Azz tak komentar. Rasanya dia benar-benar frustasi menghadapi demit jelmaan kalagondang itu. Bisa-bisa rambutnya habis rontok terlalu lama dekat Naga.
Apalagi setiap keingat tragedi memalukan malam itu ..sukses ....membuat hilang wajahnya dari peradapan.
"Kamu mikirin apa?" Naga mengelus pipi merona Azz.
Azz hanya berdecak.
Saat hendak membuka mulut, pintu terbuka dan muncul sosok lelaki berjas mewah dengan gurat ketegasan di dampingi seorang yang lebih muda.
Azz menaikan sebelah alisnya menoleh tamu barunya. Itu tak lepas dari pengamatan Naga di sampingnya.
"Gimana keadaan kamu Azz..maaf papa baru bisa jenguk kamu sekarang." Azz melirik Pak Beno sebentar.
Saat pandangan Pak Beno bertemu Naga, sedikit kaget.
"Mr.Naga." Pak Beno menyalami Naga.
"Anda mengenal putri saya.?" Pak Beno masih tak percaya.
"Kebetulan Azz calon nyonya saya." Naga mengedipkan sebelah matanya pada Azz yang mengernyitkan kening tak suka.
"Oh.." Hanya kata itu yang bisa terlontar sebgai jawaban dari Pak Beno.
"Lebih baik anda segera pergi. Saya sudah baikan dan sekarang butuh istitahat." Azz dingin.
"Papa khawatir sama kamu Azz. Bagaimana kalau sepulang dari rumah sakit kamu pulang kerumah." Pak Beno tak mengindahkan perkatan Azz.
"Tolong..keluar..saya ingin istirahat.!" Azz menatap tajam Pak Beno.
"Tap---" Omongan pak Beno terpotong oleh Naga.
"Biarkan Azz istirahat terlebih dahulu Pak Beno, kondisonya masih lemah" Sela Naga.
Pak Beno menghela nafas lelah. Dia tak bisa memaksakan kehendaknya begitu saja.
Bagaimanapun juga Azz belum bisa sepenuhnya menerima dirinya sebagai papa baru.
"Kamu...lekas sembuh." Pak Beno berlalu dengan wajah sendu.
"Tolong jaga Azz Mr." Pak Beno menoleh Naga sebelum menghilang dari balik pintu.
"Itu...papinya Fifian kan?" komentar Naga.
"Kamu kenal fifian?'' Tanya Azz balik.
"Dia temen aku." Jawab Naga.
"Setelah cerai dari ayah, bunda nikah ama dia. Awalnya aku undah curiga mereka punya hubungan. Hubungan kami rumit. Ayah biologis aku ama Fifian udah beda..ck...ngapain aku curhat ama kamu coba.." Azz yang tersadar menabok pelan wajah Naga.
"Kalo ada apa-apa aku siap dengerin curhatan kamu. Keluh kesah kamu. Aku aka slalu ada disamping kamu. Menjadi sandaran kamu. Jadi, jangan sungkan berbagi ama aku."Naga menggengam tangan Azz.
Tatapan keduanya beradu. Ntah apa yang mereka selami dari masing-masing mata.
"Aduh. duh. .perutku sakiit.." Azz mencengkram perutnya. Wajahnya pucat. Keringat mengalir dari pelipisnya.
"Sayang. Kamu kenapa.. Tahan bentar, aku panggilin dokter." Naga memencet tombol. Sementara ia rengkuh Azz kedekapanya.
Sambil memgecupi pucuk kepala Azz, ia rapalkan kalimat penenang untuk Azz hingga dokter datang dan mengambil alih memeriksa kondisi Azz.

AzzashyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang