14

319 20 0
                                    

Masih dengan perasaan dongkol Azz membimbing peserta karantina yang terdiri dari 50 orang.25 cowok dan 25 cewek yang berasal dari bebrapa sma/smk se provinsi. Nantinya akan di  saring untuk maju mewakili dalam ajang bergengsi MIUA di Bali musim panas nanti.
Bersama beberapa pelatih dari beberapa kelompok perguruan, Dion dkk melakukan penyeleksian pelatihan dan pembekalan yang nantinya akan Mereka peroleh di karantina ini.
"Ayolah Azz...jangan diemin gue. Oke gue salah. Gue kan udah minta maaf. Nanti malem kita ke mall terdekat buat beli baju untuk loe." Dion melas.
Azz masih tak bergeming. Mencatat waktu dari stopwatch saat satu persatu peserta melewati hadapanya.
Oke.. Dion kini bener-bener frustasi. Salah dia juga sih.
Pasalnya baju yang Azz titipkan padanya tak ia bawa serta dalam tasnya.
Lupakan, seberarnya ia juga agak dongkol ,karena bagaimanapun Azz itu cewek. Hal seperti itu harusnya jadi prioritas saat hendak bepergian.
Tapi...jangan harap kamu mendapati itu pada Azz.
Tas ransel berisi susu kotak,stok coklat, laptop hp dan dompet cantik yang dia sendiri tak tahu apa  isinya.
"Ok..sudah semua..istirahat 5 menit. Lanjut fase 2." kata Azz lantang. Kemudian dia bergegas menghampiri panitia memberikan laporan.
"Thanks, sudah membantu." Kata pelatih dari perguruan pencak silat yang masih terlihat muda.
"Nope." Jawab Azz.
"Oh iyha. Nanti malam ada sparingan. Kiranya kamu bisa singgah di balariung." Katanya lagi.
"Ok." Azz mengangguk.
"Kalo gitu, kami permisi Mas" pamit Dion yang langsung menarik Azz.
"Gue akan beliin apapun yang loe mau asal loe ga diemin gue mulu." Kata Dion setelah agak jauh.
"Kalo sate Musi?" Azz angkat suara.
"Eh kampret. Udah di kasih teri malah minta tuna. " Dion menjewer telinga Azz.
"Aduh..duh..sakit." Azz meringis yang sontak mendapat perhatian dari umat di sekitaran lapangan.
"Lagian loe aneh-aneh aja. Masa pake bawa- bawa Musi segala." Sewot Dion.
Emang cowok satu ini kallo udah berhubungan ama Musi, ga ada tanggung-tanggung aling-alingnya.
Azz cemberut sambil mengusap telinganya.
"Becanda doank." Gumam Azz
"Ok. Yha udah. Ayo belanja." Senyum Dion terkembang kembali kemudian menyambar lengan Azz dan di bawanya menuju parkiran..

-----x-----

Desahan desahan terdengar dari sebuah kamar yang terlihat sederhana.
Dua insan berkilat keringat terlihat bergulat di tempat tidur.
Temaram Lampu tidur serta rintik hujan menambah romansa percintaan keduanya.
Leguhan serta geraman tertahan menjadi puncak kenikmatan keduanya, malam yang begitu panas.
"Love you.." Bisik lirih seorang cowok bernetra sekelam malam itu.
Sunggingan senyum sayu di tunjukan si cewek tanpa adanya suara dari bibirnya, hanya itu, tapi si cowok sudah sangat bahagia hanya dengan memandang wajah prnuh senyum iyu kembali dalam pelukanya. Ia berjanji tak akan pernah lagi mau mengalah dengan keadaan. Tak akan pernah melepaskan apa yang seharusnya ia genggam.

Cup
Cup
Cup
Cup...

Kecupan bertubi-tubi itu membuat kelopak mata yang hampir terlelap itu terbuka lagi.
"Ronde ke dua....." Bisik si cowok sensual sembari mengigit menjilat serta menyesap penuh gairah di ceruk leher si cewek. Entah sudah berapa banyak tanda kepemilikan tercetak di sekujur tubuh si cewek.
"Ahhh..." Desahan panjang si cewek semakin membuat si cowok makin mengerang kala merasakan juniornya semakin tegang.
"Kau membuatku gila sayang.." Lirih si lelaki langsung menghujamkan juniornya ke lubang kenikmatan yang membuat keduanya sejenak lupa akan segalanya. Kembali, desahan dan erangan terdengar mengiringi malam yang semakin larut..

----x-----

Duduk lesehan bertiga di sebuah meja dengan hidangan seafood, bercengkrama, bercanda bersama. Adalah suatu kebahagiaan tersendiri untuk seorang Azz. Sementra tak jauh dari meja mereka 2 orang lepercayaan sang ayah ikut menikmati santap malam.
"Gimana kabar kamu selama ini sayang??" Pak Lee membuka percakapan sembari memakan hidangan.
"Jangan yang itu. Ada udangnya" Dion menyela saat Azz hendak menyomot naget udang. Sepertinya orang-orang di samping Azz udah faham kalo cewek mungil satu ini alergi udang.
Setelah mengganti dengan cumi tepung miliknya, Dion mulai makan naget tadi.
"Azz mah kaya robot om. Ga isa berhenti. Kerja terus. Heran Dion. Uang udah banyak. Ngapain kerja ngeforsir gitu." Dion menyrla lagi kala Azz hendak menjawab.
"Sampe segitunya?" Pak Lee menoleh Dion.
"Sampe akhir-akhir ini aja dia sering mimisan!" Tambah Dion.
Pak Lee menatap Azz tajam.
"Capek Dion nasehatin om. Ujung-ujungnya bogem juga yang Dion dapet." Dion mengangkat sebelah bibirnya kala melirik Azz yang kembang kempis.
"Ini makan!" Azz langsung menyuapkan sambal ke mulut Dion dan membekapnya.  Gelagapan Dion menelan sambal dalam mulutnya. Wajahnya memerah. Matanya sampa mengeluarkan air mata. Cepat-cepat ia teguk jeruk hangat di depanya.
'Pruuuuttth...'
Langsung ia semburkan lagi minuman itu karena rasa terbakar makin menyiksanya.
Pak Lee hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan dua anak muda di depanya.
"Azz mau ayah pingit yha. Supaya istirahat?" sindir Pak Lee.
"Yha ampun yah.. Ini Azz juga ambil cuti panjang." kilah Azz.
"Trus. Kenapa Azz sampe ngeforsir badan kaya gitu?" Pak Lee memojokan Azz.
"Bukan pelarian Azz ngehindarin Naga kan??" tanya Pak Lee santai. Azz melotot horor memandang ayahnya.
"Ga sopan mandang orang tua kaya gitu!" kini giliran Dion menoyor kepala Azz kala sensasi terbakar di mulutnya mulai berkurang.
"Om...putri keraton om ini sepertinya minta dikawinin supaya tingkahnya jadi lemah lembut." Dion menatap kesal Azz.
Pak Lee hanya menaikan sebelah alisnya.
"Ide yang bagus Di." Pak Lee tersenyum tipis.
Azz berdecak.
"Bangke.." umpat Dion kala merasakan cubitan di pipinya.
"Redion...!!!" Pak Lee menatao Dion tajam.
"Hehehe...maaf om.." Dion meringis.
Tiba-tiba datang orang Pak Lee membisikan sesuatu.
"Astaga.. Sayang ,ayah pergi dulu yha. Lupa ada pertemuan dengan klien baru Tim." Pak Lee berdiri.
"Tapi Azz masih kangen" Azz lirih.
"Kalo udah selese, kita dinner bareng" Pak Lee mengecup pucuk kepala Azz.
"Titip Azz yha Di.." pesan Pak Lee.
"Siap kapten" Hormat Dion.
"Sayang banget yha Azz. Om Lee ama loe" Dion masih memandang Pak Lee.
"Wajarlah anaknya aku.'' jawab Azz.
"Iyha...yang anaknya billioner..." kekeh Dion.
"Balik" Azz beranjak.
Dion mengumpat kala mendapati barang-barang Azz tak ia bawa.
"Kampret...ia kira gue babunya." Dumel Dion.
Sambil mengangkat paperbag, ia ikuti langkah Azz menuju mobil Denta yang ia pinjam.
Walau agak kesal, tapi ulasan senyum bahagia ia tampilkan.
Beda dengan Azz yang cemberut.
Pasalnya saat belanja tadi dengan seenaknya Dion mengambil lebih dari selusin baju yang mejurut Azz terlalu amat sangat kebanyakan.
Tak ayal, hanya dalam waktu 2 jam Azz berhasil menguras 10juta dompet Dion.. Ck ck ck.. Horangkaya..
"Jam setengah 7 ketemuan di balariung." Azz berlalu membawa 2 paperbag.
"Eee...ini ga di bawa?" Tanya Dion.
"Taroh tas kamu!" Kata Azz.
Dion hanya menghela nafas.

----x----

Balariung riuh terisi manusia-manusia yang dengan semangat antusias menyaksikan sparingan para atlet dan Dion dkk.
Seorang wanita memasuki balariung dengan celigukan menarik perhatian atensi beberapa orang.
"Mana sih kak si Azz nya??" Tanya wanita tadi
Denta, kakak wanita tadi hanya mrngedikan bahu.
"Nha..itu dia." Girangnya saat mendapati sosok cewek berbaju hitam dengan sabuk putih memasuki balariung. Rambut panjangnya tercepol asal memperlihatkan leher jenjangnya.
"Azz....." Serunya.
Beberapa orang menoleh asal suara melengking tersebut.
Azz yang sudah di samping Denta menaikan alis.
Si cewek berbinar-binar.
"Ehm..malem Azz.. Ini jihan, adik saya. Em..dia katanya ngefans ama kamu..." Kata Denta kikuk.
"Astaga Azz....aku ngefans banget ama kamu. Kamu tuh keren banget....boleh foto bareng yha...pliiiiiis...." Rengek Jihan.
Azz menoleh Denta seolah meminta penjelasan.
"Em..Jihan lagi ngidam.. Lagi hamil 2bulan" terang Denta. Azz melongo menoleh Jihan yang menatap Szz dengan puppyeyes nya..
"Katanya kalo ibu hamil ga dituruti ngidamnya nanti anaknya ileren.trus......"oceh Jihan panjang kali lebar ditambah tinggi.
"Stoop...ok.. Foto." kata  Azz yang sudah tak tahan mendengar ocehan bumil labil ini.
Dengan semangat Jihan nemplok Azz kemudian meminta Denta memfotonya.
Azz hanya menghela nafas. Denta tersenyum prihatin.
"Satu lagi boleh ga Azz??" tanya Jihan.
Azz menaikan alis. Sepertinya kosa kata Azz hilang lagi.
"Boleh yha liet kamu tanding ama atlet di sana..." mohon Jihan.
"Yha..yha...." Jihan mengoncang lengan Azz pelan.
"Iyha." Azz jengah..
Jihan girang. Kemudian ia mendekati seorang berbicara sebentar dan kembali menyeret Azz mendekat.
"Azz...nanti kamu ngelawan....hm..." Jihan tolah toleh...
"Itu...cowok yang pake sragam biru." tunjuk Jihan.
Denta mengernyit.
"Ji...dia cowok.. Azz kan cewek." kata Denta.
"Tapi aku maunya dia..." Jihan berkaca-kaca.
Azz jengah.
"Fine. Aku main." Azz beranjak karena tak tega melihat Jihan yang hampir menangis.
Jihan kembali girang..
"Dasar bocah." gumam Azz.
Sementara orang-orang mulai berkumpul.
"Ini latihan sungguhan. Jangan sungkan. Jangan lengah.
Jangan karena aku cewek kamu ragu buat mukul. Terapin teknik yang kamu asah srlama ini." Azz tegas.
Si cowok mengangguk ragu.
"Karena aku juga ga akan ragu." lirih Azz penuh tekanan.
Wasit menjelaskan peraturan. Kemudian pertarungan dimulai setelah bunyi gong.
Si cowok melakukan pola langkah dari perguruannya, sorak sorai mulai menggema. Azz berdiri tenang dengan tatapan tajam. Ntah bagaimana langkah yang Azz ambil, tiba-tiba bedebum keras membuat suasana ramai menjadi sunyi.
"Lengah." Bisik Azz yang berhasil membanting si cowok.
Jihan berbinar tepuk tangan menggema. Azz menyodorkan tangan yang di sambut si cowok. Kemudian pertarungan berlanjut dengan sengit. Si cowok tak tanggung-tanggung dalam melawan. Karena 2 pukulan dapat bersarang di pipi kiri dan rahang Azz. Tapi dengan tak elitnya Azz dapan menumbangkan cowok yang ukuran tubuhnya 2x lipat dari badanya itu. Tentunya dengan lebam-lebam dan sedikit darah yang merembas dari ujung pelipisnya. Beberapa cewek bergidik ngeri.
Pertandingan selesai. Azz berjalan ke pinggir matras.
"Azz...maaf..." Jihan terisak menghampiri Azz.
Azz mengapit lengan Dion. Karena ia yakin dengan mendengar rengekan Jihan dapat membuatnya pingsan.
"Gara-gara aku. Kamu jadi luka." Jihan masih terisak.
"Bukan. Namanya tanding. Kalo ga ada brkas pukulan ga keren.." Kata Azz.
Ia menatap Denta meminta pertolongan.
"Ji..udah yha..kita pulang yuk. Udah malam. Kasian dedeknya. Nanti kakak bisa di gantung komandan." ajak Denta.
"Tapi Azznya luka kak" Jihan keras kepala.
"Tuh..dia lebih sekarat." tunjuk Dio ln oada si cowok tadi yang di papah ke pinggir matras.
"Ish...dia kan cowok...gpp lagi kalo pun babak belur gitu."kata Jihan.
"Tap__" perkataan Dion terjeda kala seorang menarik Azz lembut, kemudian membawanya dalam pelukan erat tapi tak menyakitkan.
Nyaman...
Satu kata yang Azz rasakan.
Aroma yang sangat ia rindukan.
Pelukan yang ia nantikan.
Semua rasa sakit yang tadi ia rasakan hilang sudah. Sesak di dada yang sempat mengakar seolah terangkat hilang hanya dengan pelukan dari sosok yang telah diam-diam menempati hatinya.
"Siapa yang berani nyentuh wanitaku?" desis Naga berbahaya.
Dion menelan ludah gugup. Aura kelam menguar disekeleliling Naga.
Azz mendongak, mengamati Naga yang tampan. Naga yang dingin. Dia.. Naganya.
"Lepasin." Azz mendorong Naga pelan.
Naga melonggarkan pelukanya.
Azz melipat tangan di depan dada. Alisnya terangkat seolah bertanya 'ngapain kesini?'
Naga menggatuk belakang kepalanya yang tak gatal.
"Ehm...sebaiknya kita pergi aja. Biar mereka menyelesaikan urusan rumah tangga yang tertunda dulu." Dion beranjak. Denta dan Jihan mengikuti walaupun benak mereka menyimpan pertanyaan.
"Jangan bicara dulu. Aku masih harus nyelesaiin tugas aku sampe minggu depan. Jadi, simpan semua kata kamu untuk minggu depan." Kata Azz.
Naga memelas.
"Aku kangen." Lirih Naga.
Azz memejamkan mata sekilas.
"Kamu pulang aja. Aku harus fokus ama para atlet." Azz beranjak meninggalkan Naga.
"Jangan siksa aku lagi. Sudahi hukuman ini." gumam Naga yang masih dapat Azz dengar.
Namun Azz enggan berbalik dan melanjutkan langkahnya. Perasaanya bergejolak. Berbagai perasaan hadir melingkupi jiwa remajanya.
Sedikit keraguan menghinggapi langkah yang hendak ia ambil. Tapi ia hanya bisa memastikan. Mengikuti kemana arus akan membawanya...



.......

AzzashyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang