4

605 30 0
                                    

Di kafe depan Rumah sakit,dua laki-laki yang satunya Bang Za masih diam tak ada yang memulai pembicaraan. Kopi di hadapan mereka tinggal setengah gelas bahkan mendingin. Tapi lelaki di hadapan Bang Za masih menatap Bang Za dengan dingin.
"Saya.." Bang Za menelan ludah dalam.
"Apapun yang terjadi pada Fifian..saya akan tanggung jawab om." Akhirnya Bang Za menemukan suaranya.
Respon lelaki di depanya masih datar.
Bang Za sedikit gugup. Tak ayal gerakan tersebut tertangkap si lelaki yang tak lain adalah ayah Fifian. Pak Beno.
Helaan nafas lelah keluar dari mulut ayah Fifian.
"Fifian sangat mencintai kamu. Benar-benar cinta dari seorang wanita ke pria." Pak Beno buka suara.
"Dan yang saya lihat disini. Kamu.!" Pak Beno menunjuk Bang Za.
"Rasa kamu ke Fifian..belum benar-benar cinta antara laki-laki ke wanita." Pak Beno menyeruput kopinya.
"Yang saya takutkan adalah apabila dikemudian hari nanti,ada sesosok dalam bagian hati kamu yang hadir dalam kehidupan kalian." Kata-kata Pak Beno bagai duri yang melewati kerongkongan Bang Za.
"Maksud Om Beno?" Bang Za mengalihkan pandangan demi menutupi kegugupanya.
Seorang Zackhari yang dikenal sebagai cowok most most mostnya bisa gugup.
"Tanya hati kamu. Saya hanya tidak mau kalau putri saya harus kecewa suatu hari nanti." Pak Beno beranjak.
Belum lima langkah Pak Beno berhenti.
"Yakinkan hati kamu." Kata Pak Beno melanjutkan langkah tanpa menoleh lagi.
Sementara Bang Za masih terpaku di tempat duduk. Dia usap wajah frustasinya.
Merasa sperti di awasi,Bang Za mengedarkan seluruh pandangan kepenjuru kafe. Bertepatan dengan seorang berjaket hitam dan bertopi keluar dari kafe.
Pandangan Bang Za makin memicing takkala laki-laki tersebut menyebrang jalan dan masuk ke Rumah Sakit.
"Familier. Tapi siapa?" Tanya Bang Za lebih pada diri sendiri.

--x--

Azzashy duduk di sebuah kursi samping tempat tidur seorang yang terlelap.
Beberapa bagian tubuhnya terbalut kain perban dan lehernya terpasang alat penopang.
Pak Lee,walau dokter menyatakan beliau sudah melewati masa kritis tapi belum dapat menjamin kapan beliau akan sadar.
Getaran hp disakunya membuat Azz tersentak.
Perlahan ia buka kombinasi angka lock hpnya.
"...." belum sempat Azz membuka salam dari sebrang sudah terdengar hiruk pikuk keributan.
Azz menaikan sebelah alisnya.
"Dimana?" Raut Azz mengeras.
"..." setelah mendapat jawaban, Azz menutup telpon sepihak.
"Ayah cepet sadar. Azz ada urusan bentar." Azz mengecup kening ayahnya.
Setelahnya dia langsung beranjak meninggalkan ruangan.

--x--

Di sebuah lahan kosong yang disulap seperti taman bermain berdiri beberapa orang dalam suasana hening.
Musik yang mengalun menghentak-hentak tak mengurangi aura yang memcekam.
Tak semua orang benar-benar mengunci mulut.
Masih ada beberapa lainya duduk di sebuah sofa dengan menyantap pizza sambil berbisik-bisik heboh.
Suasana makin memanas akibat cekcok adu ketangkasan mulut beberapa orang cewek dengan seorang laki-laki tampan.
Siulan menggoda dari beberapa cowok mulai terdengar.
Agak jauh,seorang cowok mulai menelfon seseorang.
"Halo. Loe harus segera ke bescamp. Cewek-cewek HI kesini. Gue denger mereka minta tanggung jawab. Si primadona HI hamil katanya. Buruan. Sebelum anak-anak kepancing emosi. Mereka mo panggil D'Bank..." Belum selesai bicar, lawan telponya menyela.
"Bescamp baru daerah pankin..."

Tut.tut.tut.

"Shit." Umpat cowok tersebut karena telponya diputus sepihak.
"Wah..wah..ga bener ini." Si cowok menoleh kemudian mendatangi kerumunan yang baru datang. Yang terdiri dari moge moge yang dari kelihatanya sudah yakin sangar dan pasti melejit larinya. Mungkin kalo di duitin pake receh 2ribuan bisa penuh di tumpuk di istana negara.
Beberapa cowok di bescamp tersebut mulai ikut berdiri.
Siap-siap apabila jikalau suatu nanti terjadi pertawuran yang diadakan dadakan.
"Loe..bajingan. Tampang doank sok alim. Aslinya kelakuan bejat kaya tupai." Seru seorang cewek.
"Apaan omongan loe. Jaga yha itu dapur bau lengkuas. Gue uleg nyonyor loe" Seorang cowok dari bescamp terpancing.
"Itu mulut ga pernah disekolahin apa yak.maen jeplak kaya truk muatan sampah kelebihan beban ajaa" Tambah seorang cewek bescamp.
"Pekakas bengkel. Diem loe sundel. Ga usah ikut-ikut. Ga ada urusan ama loe." Tambah cewek HI.
"Enak aja. Ini daerah kita. Loe yang ga punya etika bertamu. Mo ngajaak ribut loe daster patkey" Imbuh Cewek bescamp.
"Bener-bener yha ni bocah.." si cewe Hi menyingsingkan lengan baju.
"Apa loe." Si cewe Bescamp ga mau kalah.
"Berani sini.." Tantang Cewe HI.
"Loe maju." Si cewe bescamp emosi.
"Stop..stop...stop...ni emak-emak rempong urusanye ruwet bener kaya bulu ketek gue." Seorang cowok menengahi.
Cewek-cewek menatap horor cowok tersebut.
"Gini aja lah yha.,sumpah gue ga tau masalah loe loe pada apa. Tapi ni yha. Alangkah bijaksananya kalau kita bicarakan ini dengan kepala dingin.. gue orangnya cinta damai..piiis" cowok tadi mengangkat dua jarinya tinggi-tinggi.
"Bacot loe bro." Timpal seorang cowok D'Bank angkat bicara.
"Lagian kita ga ada urusan ama loe pada. Ngapain juga loe ngrusak quality time kita." Tanya cowo bascamp kalem.
"Urusan kita ama ni bajingan. Loe loe pada diem aja." Seorang cewe HI menunjuk cowok yang tak lain adalah Bang Za.
"Kerupuk mlempem. Urusan Bang Za urusan kita juga. Debleg seblak" Seorang cowok bescamp melangkah kedepan.
Hampir aja adu jotos terjadi kalau tak terdengar klakson nyaring dari arah samping mereka.
Sontak semua menoleh kearah mobil berwarna biru metalik yang ntah sejak kapan berhenti disana.



AzzashyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang