12. Pacaran?

12.2K 1K 18
                                    

"Pertama, lo ganggu gue tidur dengan suara berisik lo. Kedua, lo udah nginjak kaki gue dengan tidak sopannya. Ketiga, lo mengumpat dan berbicara tak sopan di depan senior lo."

"Fuck!"

"Maka dari itu lo harus ngejawab 10 pertanyaan gue dengan jujur dan tanpa bantahan." Seringai Juna semakin melebar.

"What---"

"Informasi tambahan, gue nggak suka dibantah. Jadi mau nggak mau lo harus ngelakuin apa yang gue inginkan."

"Nggak---"

"Jika lo nggak mau gue bakal nyebarin jika kita pacaran."

"I don't give a shit!"

Sial sudah hari ini, sekarang Xeryn berpikir akan mengurangi tingkah nakalnya agar Tuhan tidak lebih jauh memberinya hukuman. Jujur saja, Xeryn bahkan sudah lupa kapan terakhir kali ia melakukan hal-hal yang berhubungan dengan Agama atau sejenisnya.

Tapi entah Juna adalah sosok yang taat beragama atau sesuatu yang seperti itu hingga ia malah ingat Tuhan ketika ia berinteraksi langsung untuk kali pertama dengan cowok itu.

Mungkin di kehidupan sebelumnya Juna adalah orang yang taat beribadah atau bahkan utusan Tuhan. Entahlah, tapi yang pasti untuk saat ini Xeryn merapalkan doa permohonan ampun kepada Tuhan.

Astaga! Apakah Xeryn salah makan atau bagaimana? Bagaimana bisa dia membiarkan Juna menarik lengannya untuk masuk lebih dalam ke arah taman dan kini ikut duduk di atas hamparan rumput di taman itu.

"Gue pikir lo bakal nendang gue atau yang lebih dari itu karena gue main perintah aja ama lo. Tapi rupanya dugaan gue salah total, lo bahkan nurut aja tuh."

Sial! Sial! Sial!
Juna dengan percaya dirinya membeberkan fakta menyedihkan yang tentu saja, Xeryn sadar betul akan hal itu. Bisakah Xeryn membunuhnya saat ini?

"Shut up!"

Juna terkekeh menyebalkan, cowok itu menatap Xeryn yang kini memasang wajah dinginnya.

"Lo nggak semenyeramkan yang terlihat. Yah, walau gue akui, ucapan lo kasar banget. But, i think it's okey."

Xeryn berdecak kesal akan tingkah menyebalkan pria dihadapannya ini.
"Gila lo."

Juna tertawa keras mendengar apa yang Xeryn katakan, dia makin yakin Xeryn bukanlah seperti apa yang biasa gadis itu perlihatkan. Juna yakin Xeryn hanyalah gadis yang bersembunyi dibalik sikap yang selama ini gadis itu tampilkan. Tak lebih hanya sebatas cover belaka. Sudah ia duga, Xeryn adalah gadis yang sangat menarik.

"Gue balik."
Xeryn hendak bangkit dari duduknya dan langsung ditahan oleh Juna.
"Apaan sih?"

"Siapa yang izinin lo balik?" Tanya Juna dengan salah satu alisnya terangkat.

"Lo pikir gue peduli?" Bukannya menjawab Xeryn balik bertanya dengan nada penuh kekesalan.

"Lo terikat janji ama gue!" Juna mengingatkan.

Xeryn bangkit dan kini berdiri tepat dihadapan pria itu.
"Gue nggak pernah nyetujuin janji-janji nggak jelas itu."

Melihat sikap keras yang kini Xeryn perlihatkan, Juna menyeringai. Pria itu ikut bangkit dan berdiri dihadapan Xeryn yang kini bersedekap dada.

"Dan lo pikir gue peduli?" Juna melempar ulang pertanyaan Xeryn.

"Fuck this shit. I am out!" Umpat Xeryn

"Gue punya hak 10 pertanyaan ama lo, Murid Baru." Seringai diwajah Juna melebar.

"Persetan dengan 10 pertanyaan lo itu, gue punya hak atas diri gue." Bantah Xeryn

Unexpected✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang