3. The Troublemakers

15.7K 1.3K 15
                                    

Kita udah dicap nakal. Jadi, kenapa nggak nakal beneran aja?

Ketika melihat si siswa baru sudah duduk di kursinya dan tentu saja setelah menyingkirkan si pemilik kursi sebelumnya, maka Lidya kembali melanjutkan pelajaran yang sebelumnya tertunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika melihat si siswa baru sudah duduk di kursinya dan tentu saja setelah menyingkirkan si pemilik kursi sebelumnya, maka Lidya kembali melanjutkan pelajaran yang sebelumnya tertunda.

"Oke anak-anak, kita lanjutkan pelajarannya. Sudah sampai di mana ta—"

Brak

Pintu di buka paksa dari luar hingga membuat ucapan Lidya terpotong.

Kali ini apa lagi?

Dan saat itulah, muncul dua orang siswi dengan penampilan super berantakan. Salah satu dari mereka malah melempar cengiran lebar tanpa dosa kepada Lidya, yang satunya lagi hanya menghela nafas lelah seolah tidak bersalah. Berbanding terbalik dengan kedua siswi itu, Lidya malah mengeluarkan aura mematikannya.

"Amel! Dara! Kalian berdua terlambat lagi? Apakah kalian tidak lihat sudah jam berapa itu? Dan Oh Tuhan! Kalian terlambat 2 jam! Tidakkah ini sudah keterlaluan? Apa lagi alasan kali ini?"

Mendengar ucapan Lidya yang jelas sedang emosi, membuat sudut bibir Xeryn terangkat sedikit. Dari penampilan mereka, terlihat jelas mereka setipe dengan dirinya. Tampilan berantakan dan terlambat adalah dua ciri khas dari seorang Xeryn. Sedikit heran karena masih ada juga semacam dirinya. Maksudnya, mereka cewek. Sangat sedikit cewek yang bersikap seperti dirinya ini. Cewek-cewek sekarang pasti lebih memilih berpenampilan feminim dengan make up tebal, ketimbang tampil acak-acakan seperti mereka. Xeryn bahkan sangsi jika kedua cewek itu masih sempat menyisir rambut.

Terdengar salah satu dari mereka berdehem, menarik perhatian seisi kelas.
"Begini Bu, sebenarnya hari ini saya bangun pagi. Tapi di jalan saya bertemu dengan seorang nenek yang sedang kehilangan cucunya. Karena saya baik hati dan tidak sombong, maka saya menolong nenek itu agar bisa segera bertemu dengan cucunya tercinta. Rupanya nenek itu membawa saya ke sebuah tempat yang sangat sepi dan ternyata nenek itu adalah alien yang sedang menyamar. Saya ingin melarikan diri, tapi nenek itu malah membawa saya ke Mars. Sebelum nenek itu mencuci otak saya, saya segera kabur dan akhirnya saya bisa selamat sampai di sekolah."

Cerita konyol dari salah satu gadis itu membuat Xeryn mengangkat alisnya, bingung.

"Wow! Kau sangat hebat, Amel!" Ujar Lidya dengan nada antusias pura-puranya.

"Tentu saja Bu, saya sangat ketakutan karena alien itu—"

"TIDAK ADA ALIEN AMELIA!" Teriak Lidya membuat seisi kelas mendadak diam. Xeryn menahan tawanya melihat itu.
"Katakan yang sebenarnya apa alasanmu terlambat!"

"Saya bangun kepagian, tapi karena saya masih ngantuk saya tidur lagi. Makanya saya terlambat."

Bodoh!

Umpat Xeryn dalam hati mendengar alasan konyol dari gadis yang kini ia ketahui bernama Amel.

"Astaga, Amelia." Tatapan Lidya kini beralih kepada gadis disamping Amel yang malah sibuk menguap.
"Jangan menguap di depan gurumu Dara, dan cepat katakan lagi alasan yang kamu pakai hari ini?"

Unexpected✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang