30. Jangan di Ingat, Dek

9.3K 797 26
                                    

Jika melupakan segalanya bisa membuatmu tidak merasa sakit lagi. Maka, aku baik-baik saja.

Malam ini Juna datang lagi, kembali membawa bunga daisy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini Juna datang lagi, kembali membawa bunga daisy. Ia mengecup pelan kening Xeryn hingga membuat gadis itu sedikit mengeliat.

"Selamat malam," bisik Juna pelan, takut membangunkan Xeryn.
"Kenapa kalau gue datang lo pasti tutup mata ya, Xer? Padahal tadi lo udah sadar."

Juna menjauhkan diri. Pria itu berjalan mendekati meja yang ada di sisi kanan kamar, dekat dengan jendela. Juna mengambil bunga daisy yang sudah yang ada di vas dan menggantinya dengan bunga daisy yang baru saja ia bawa.

Xeryn membuka matanya perlahan, ingin melihat siapa yang datang. Suaranya seperti pernah Xeryn dengar, familiar, tetapi gadis itu yakin lelaki ini tidak datang siang tadi.

Dapat Xeryn lihat punggung pria itu berbalik. Menyadari orang itu mendekat, Xeryn menutup matanya, tak ingin ia sadar kalau dirinya sudah bangun.

"Gue dengar tadi dari dokter lo nggak bisa ingat apa-apa." Juna menarik kursi untuk ia duduki.
"Amnesia disosiatif, ya?" tanya Juna sambil tersenyum miris.
"Apa lo nggak mau ingat semua yang terjadi? Gue ngerti kok, Xer. Pasti lo sakit banget ya hingga nggak mau lagi ngingat semuanya? Lukanya dalam banget, ya, Dek?" tanya Juna sambil memegang tangan Xeryn, mengusapnya pelan.
"Maafkan kesalahan ayah, ya? Maafkan gue juga. Walau gue nggak pernah tahu semua ini, tapi pasti semuanya nggak akan terjadi kalau gue nggak ada waktu itu. Ayah depresi banget sekarang, ia sering mabuk di kamarnya. Apa lagi dia nggak tahu kalau lo udah sadar."

Xeryn tak bisa menahan diri untuk tidak membuka mata. Tangannya menggenggam tangan Juna erat. Hal yang berhasil membuat Juna menatapnya lekat dan menyadari mata itu terbuka.

"Xer ...," panggil Juna tidak bisa menyembunyikan kekagetannya.

"Apa yang terjadi?" tanya Xeryn penuh rasa ingin tahu.
"Apa yang lo ketahui? Apa yang nggak gue tahu? Ah, siapa lo? Lo punya hubungan apa dengan gue?" tanya Xeryn menuntut.

"Xer...," panggil Juna menenangkan.
"Gue bangunin lo, ya?"

"Jawab!" Xeryn mendesak.

"Lo masih sakit, nanti aja ngomongnya. Tidurlah." Juna tidak menjawab, lelaki itu memperbaiki letak selimut yang Xeryn kenakan.

"Lo siapa?" tanya Xeryn menuntut.

"Arjuna," jawab Juna pelan.

"Lo siapanya gue?" tanya Xeryn lagi membuat Juna menatapnya lembut.

Apakah Juna harus menjawab kakaknya? Atau temannya? Secara biologis mereka memiliki ayah yang sama, tetapi apakah ia harus menjawab demikian.

"Tidurlah, ini masih jam 1, Xer." Juna mengalihkan tatapannya, tak berniat menjawab.

Mata Xeryn menajam. Terganggu ketika melihat pria itu tidak ada tanda-tanda untuk menjawab pertanyaannya.
"Lo nggak mau jawab?" tanya Xeryn lagi membuat Juna terdiam. Perlahan tangannya melepaskan genggaman Xeryn. Ia bangkit dan memberikan satu kecupan di kening gadis itu.

Unexpected✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang