028 : It's LOVE!

95 15 0
                                    

Paginya, Sungwoon sudah menunggu dimobil untuk menjemputmu menengok Ayah ke RS.

"Pagi oppa. Kenapa ga masuk?" kamu menyapanya dan mengenakan sabuk pengaman.

Kakimu terus bergerak dan bibirmu tak hentinya manyun. Beberapa kali melihat Sungwoon yang mukanya masih marah.

"Oppa.."

"Hmm?"

"Bagaimana lukamu?" kamu mengecek mulut Sungwoon.

"Gapapa. Aku sudah mengobatinya kemarin."

"Syukurlah.." pandanganmu tak lepas dari Sungwoon.

"Mianhae...mianhae..." batinmu sedih.

"Oppa sudah sarapan? Aku membuat...." kamu mencoba membuka bekal

"Aku sudah sarapan dihotel." jawabnya singkat.

"Oh..begitukah?" kamu menunduk dan menutup kembali bekal yang sudah kamu siapkan. Air matamu menetes kembali dan kamu menghadap ke jendela agar Sungwoon tidak melihatnya.

"Pfffft..." kamu menarik dan menghembuskan nafas dalam dalam agar tidak menangis.

Sungwoon melihat perlahan ke arahmu, melihat kotak bekal yang kamu bawa dan memperhatikanmu sedang menahan tangis.

Namun ia hanya diam dan melanjutkan menyetir.

Sesampainya di RS, kamu berjalan duluan dan Sungwoon mengikutimu dari belakang.

Ayahmu sudah siuman dan tampak baik-baik saja sedang disuapi Ibu.

"Pagi pah, papah sudah sehat?" katamu sembari memeluk Ayah dan Ibu.

"Iya. Papah sudah gapapa."
Ayah memperhatikan matamu yang sembab dan sikap Sungwoon yang lebih diam dari sebelumnya.

"Are you fight?" kata Ayah padamu.

Kamu melihat Sungwoon dan Sungwoon juga melihatmu.

Kamu hanya menunduk.

"We literally fight yesterday, but It's fine now" kata Sungwoon.

"Looks not getting any better?" Ayah menebak.

"Ara, did you something wrong?" Ayah menebak bahwa yang salah adalah kamu. Karna wajahmulah yang terlihat sangat bersalah.

"Yes, I am".

"Hmm.." Ayah tersenyum dan menggenggam tanganmu.

"Go holiday, Papah is now okay." kata Ayah padamu.

"Ha Sungwoon?"

"Yes, Sir?"

"Do not angry for a long time, go holiday with Ara before you both back to Korea."kata Ayah ke Sungwoon.

Kemudian kamu keluar bersama Sungwoon.

----------
Didalalm mobil suasana masih sangat hening.

"Oppa..."

"Kita ke hotelku dulu." Kata Sungwoon.

"Pfffftttt..." kamu mengehela nafas panjang lagi.

Sesampaimya dikamar, Sungwoon mengambil bekal dari tanganmu.

"Oh?" kamu terkejut.

Tanpa mengatakan apapun, Sungwoom membukanya dan memakannya.

Tanpa sepatah kata apapun. Ia menghabiskannya.

Kemu melihat gelas yang semalam dipecahkan Sungwoon belum dibersihkan.

Kamu mengambil tisu dan menghampiri pecahan gelasnya.

"Apakah petugas hotel belum membersihkan kamar Oppa?" kamu mengambil pecahan kacanya satu persatu.

"Belum. Aku memang menolak untuk dibersihkan. Aku bisa membersihkannya sendiri nanti." katanya sembari mengganti baju.

Belum selesai ia memakai kaosnya, tisu yang kamu jadikan alas pecahan kaca, kamu angkat dan robek. Semua pecahan jatuh dan terkena kakimu.

"Astaga Ara!" Sungwoon melempar kaosnya dan menghampirimu tanpa memakai bajunya.

"Kamu ini aishhh.. Lihatlah, kakimu terkena pecahan gelas! Aku akan membersihkannyaa. Kenapa kamu membersihkannya? Siapa yang menyuruhmu? Aissshhh" Sungwoon mengambil tong sampah dan membersihkan pecahan kacanya.

"Ya oppa! Pakailah baju dulu aisshhh" kamu mengomel sambil menutup mata.

Sungwoon sempat tersenyum karna omelanmu namun kamu tidak melihatnya karna masih menutup mata.

"Kemarilah" Sungwoon merangkulmu dan membantumu berjalan. Kamu duduk dikasur dan merasakan sakit.

"A..appa...sakit oppa...aaa" satu pecahan kaca masuk kedalam kakimu.

"Makanya ga usah bersihin pecahan segala. Jadinya kayak gini kan aissshh.." Sungwoon mengomel dan mengambil P3K.

"Bukalah matamu, aku udah pake kaos kok"

Kamu membuka matamu pelan. Mendapati Sungwoon duduk didepanmu. Ia mengambil pecahan kaca dikakimu, membersihkan darah yang keluar, memberikan antiseptic dan membalut lukamu.

"Aku...saat direstoran, bukan rasa kasihan atau iba yang kupunya untuk Oppa. Tapi rasa yang lain." Sungwoon mendengarkanmu bicara sembari mengurus lukamu.

"Sejak oppa menolongku ketika aku mimisan dikantor, jantungku berdetak sangat cepat. Dan selama ini aku baik dengan orang lain, entah Ong, Minhyun, Daniel atau Dimas sekalipun, jantungku tidak pernah berdetak cepat seperti yang kualami jika didekatmu, Oppa.." Sungwoon berhenti sejenak membersihkan darah dikakimu.

"Aku menghampirimu direstoran saat kamu sendiri, bukan karna aku iba. Tapi karna hatiku sakit." Kamu menunduk melihat tangan Sungwoon membersihkan lukamu namun Sungwoon justru melihatmu.

"Aku tak bisa melihatmu terluka, untuk itu aku pergi kearahmu oppa. Dengan berada didekatmu, aku merasa rasa sakit itu sedikit berkurang karna aku juga senang kamu menumpahkan keluh mu padaku. Bahwa itu adalah masalah yang sulit bagimu. Aku senang bisa berada disampingmu." Air matamu menetes deras.

"Oppa, maaf aku tak menjawab ketika semalam kamu bertanya bagaimana perasaanku. Namun bukan iba seperti yang oppa bilang. Aku tak tau apa namanya. Namun aku sangat tenang bersamamu.. Dan rasa ini tak pernah kutemui pada siapapun. Termasuk pada Dimas."

"Aku hanya bisa menjelaskan perasaanku Oppa. Walau aku tak bisa menamai rasa ini, tapi......"

Sungwoon mengecup lembut bibirmu. Kamu tidak bisa menghindar dan hanya menerimanya. Ia memelukmu dan mendorongmu tidur di kasur. Tanganmu meremas bedcover dan jantungmu berdetak sangat cepat lagi.

Ia melepaskan ciumannya dan menatapmu,

"Aku tau apa nama rasa yang kamu rasakan" katanya sambil tersenyum.

"Mwoya?" tanyamu dengan tersenyum balik dan mengalungkan kedua tanganmu dileher Sungwoon.

"Cinta!" jawabnya sambil mencium bibirmu lagi.

"Life is full of problems. We have faced some of them since the beginning. And we always found the way out. It's because our love is greater than the problems, you are my destiny, Ara" - Ha Sungwoon.

Forever And A Day (Ha Sungwoon FanFic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang