DUA

3K 126 0
                                    

Ada satu hal yang paling dibenci para murid SMA Merdeka, yaitu upacara. Siswa dan siswi diposisikan berselang seling agar tidak terjadi keributan. Dan ceramah atau pidato pembina upacara yang begitu panjang membuat suasana panas menjadi tambah panas.

Melly melirik lelaki yang berdiri di sebelahnya, lelaki itu cengar-cengir menebar pesona membuat gadis itu kesal sendiri.

"Apaan lo lihat-lihat?" Tanya lelaki itu sinis berbisik, Melly yang mendengarkan itu memutar bola mata jengah. "Jangan bilang lo suka sama gue."

Melly tetap diam, malas berurusan dengan cowok ini. Namun lagi-lagi cowok itu mengatakan satu hal yang membuat Melly kesal. "Karena level lo jauh dari cewek yang gue— akhhh." Cowok itu berteriak lantang ketika kaki nya dipijak keras Melly membuat perhatian mengarah kepada mereka berdua. "Lo gila apa?" Melly tersenyum manis karena ada guru yang mendekati mereka dan pastinya akan membawa lelaki itu untuk di hukum.

Melodi melirik Caca, Ceri, Megan dan Hani yang mengangkat jari jempol kepadanya.

Guru tersebut makin mendekat, Melly mengangkat alis acuh, guru bernama Iza itu menarik tangan Melly. Melly melotot. "Kok saya buk?" Ia mengelak. Lelaki yang juga ditarik tangan nya oleh Buk Iza tersenyum puas.

"Kamu yang nginjak kaki Fadil kan?" Melly menggeleng, namun sudahlah karena Melly dan Fadil kini telah digiring Buk Iza agar memisahkan diri dan mengundang perhatian murid yang dekat dengan mereka.

Melihat Buk Iza telah melangkah pergi menjauh dari mereka Melly kembali melihat Fadil dengan mata menyipit. "Lo sengaja kan bikin gue kenak hukum bareng lo?"

Belum sempat Fadil mengelak suara kepala sekolah yang menjadi pembina membuka percakapan. "Selamat pagi!" Sapa nya lantang, kontan semua murid, staf tu, para guru dan yang lainnya menjawab dengan kompak.

"Selamat masuk di pelajaran baru tahun 2018/2019, hari ini semua murid yang dahulu nya menginjak kelas bawah menaiki tingkat. Selamat untuk para murid yang naik kelas dan bisa menempati bangku kelas sebelas dan dua belas. Selamat juga bagi para murid yang telah di terima di sekolah kami, anak letingan baru kelas sepuluh

"Jika biasa nya di sekolah lain diadakan pemilihan ketua osis berdasarkan vote siswa, kita sebagai sekolah Merdeka tetap mengadakan pemilihan ketua osis berdasarkan vote guru. Dan saya sebagai kepala sekolah dan pemilik yayasan yang menginvestasi di sekolah Merpati menetapkan jika ada tiga calon yang bakalan menjadi calon ketua osis, yaitu

Arjuna dari kelas sebelas IPA 1, Agnes dari kelas dua belas IPA 3, dan Folfo dari kelas sebelas IPS 5."

Semua murid saling berbisik, ada yang sangat setuju jika Arjuna, Agnes dan Folfo menjadi kandidat, ada juga yang bersiteru dan malah terbengong karena lelaki macam Arjuna yang malah dipilih oleh kepala sekolah sebagai kandidat.

"Harap diam." Kepala sekolah memerintah. "Saya memilih Arjuna juga ingin memperkenalkan jika Arjuna merupakan anak bungsu dari pemilik yayasan yang berkerja sama dengan sekolah Merdeka."

"HAH?!"

***

"Sumpah, gue nggak mimpi kan?" Tanya Caca merasa masih tidak percaya dengan ucapan kepala sekolah tadi. Ceri, Megan dan Hani menggeleng juga tak menyangka jika cowok sok cool itu merupakan si bungsu pemilik yayasan Merdeka. Mereka hanya ber-empat karena Melly yang harus melaksanakan hukuman dari Buk Iza.

"Gue nggak nyangka." Tambah Megan, cewek nan kurus itu menggeleng tak percaya malahan ia merasa ini adalah halusinasi buruk nya saja.

"Tunggu deh, dari Arjuna, Agnes dan Folfo kita ngedukung siapa nih?" Tanya Ceri menengahi kekesalan tiga sahabatnya.

"Arjuna nggak mungkin gue pilih, Agnes apalagi, dia kan kaku gitu, gue nggak mau kalau angkatan kita perpisahan nya nggak sesuai ekspektasi gue, jadi kita mesti milih Folfo." Jelas Hani menggebu-gebu. "Apalagi lo, Gan. Lo pernah sekelas sama Folfo kan waktu kelas sepuluh?" Megan mengangguk, ia pernah sekelas dengan cowok tampan bernama Folfo tersebut.

"Iya, dia juga jadi ketua kelas waktu itu, kita milih dia deh, dia juga kreatif. Eh bukan milih deng tapi ngedukung." Mereka tersenyum lalu mengangguk mencoba membayangkan jika si bungsu dari pemilik yayasan itu tak terpilih untuk menjadi ketua osis.

***

My Beloved Rival (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang