SEBELAS

1.7K 82 0
                                    

Mars keluar dari sebuah mini market yang cukup jauh dari rumah nya, ia berjalan sembari mengunyah peemen karet, ia mengenakan helm fullface nya lalu menaiki motor.

Jalanan raya macet dan ia memilih melewati jalan kecil di sebelah kanan, rintik-rintik hujan mulai berjatuhan ke bumi membuat penglihatan Mars memburam. Tiba-tiba seseorang memberhentikan motornya.

"Woi ngapain sih mas, hujan nih gue mau pulang." Pertama satu orang namun Mars tidak melihat jika dari kiri dan kanan orang tersebut keluar orang lagi.

Mars cemas ketika melihat ketiga orang itu merupakan preman yang sedang mabuk, bisa dilihat dari botol minuman keras di tangan nya.

"Orang kaya nih, siniin kunci motor lo!" Begal, bukan hanya preman ternyata ketiga orang ini berniat membegalnya.

"Nggak!" Ucap Mars menyimpan kunci motornya ke dalam baju. Preman itu tak mau ambil pusing malah mendekati Mars. Mereka mendekati Mars sedangkan siempunya malah menutup wajah dengan lengan mengindari pukulan yang mungkin mengaju ke wajahnya. Salah satu kelemahan Mars adalah lelaki itu tidak bisa bela diri.

Preman menonjok lengan Mars, ketika Mars melepaskan tangan nya preman itu menonjok wajah nya tepat di pelipis cowok itu.

"Woi!"

"Ihaaaaaaa!!" Orang yang menolong Mars menonjok preman itu, orang itu menendang dan memukuli ketiga preman tersebut hingga sang preman lari terpingkal-pingkal.

"Berani nya keroyokan lo! Sini!" Ancam orang itu, Mars mendekati orang itu hendak meminta terima kasih.

"Hei, makas—lo?"

"Lo?"

"Ahahahahahaha jadi seorang Mars harus dibantuin seorang cewek?" Kekeh orang itu.

"Ceri?" Tampak Mars sangat malu di depan rivalnya. Mars mendekati Ceri lagi hingga jarak nya hanya sejengkal, Ceri menegang.

"Thanks." Hanya itu karena setelahnya Mars hilang kesadaran.

Ceri gelagapan, ia tak tahu harus bagaimana, ketika melihat mobil tetangga nya lewat Ceri berusaha memberhentikan dan meminta tolong agar Mars dibantu untuk dibawa ke rumahnya, sedangkan motor Mars dibawa oleh Ceri.

Sesampainya di rumah ternyata tetangga Ceri telah membawa Mars memasuki rumah sederhana miliknya.

"Assalamualaikum."

"Belum sadar nyak?" Tanya Ceri kepada ibu nya, ibunya berdiri lalu menggeleng.

"Anak siape lo bawa pulang?" Introgasi ibu Ceri, Ceri memandang Mars yang telah dibaringkan di atas sofa.

"Temen sekolah nyak, tadi hampir kenak begal, udah Ceri selamatin." Ceri memang ikut bela diri silat, ayahnya adalah guru silat.

"Kaya nih, pacaran gih, memperbaiki perekonomian." Ibu Ceri menaik turunkan alisnya menggoda, Ceri menghela napas gusar, selalu saja ibunya begini, menyuruh Ceri agar berteman dengan orang kaya agar bisa diporoti, namun Ceri bukan orang seperti itu.

"Udah ah nyak." Ceri mendorong ibunya masuk ke dalam kamar sedangkan dirinya sendiri mengambil mangkok besar yang telah diisi dengan batu es dan sapu tangan.

Ia mendekati Mars, lalu mengompres pelipis Mars yang membiru. "Kalo lo diem kek gini, lo keliatan ganteng Mars. Coba aja kalo lo sadar, ampun gue sama lo."

"Gue denger lho Cer." Ceri melotot begitu melihat Mars membuka matanya, pipinya berasa memanas dan dapat dipastikan telah memerah.

"Apa lo liat-liat gue?" Sinis Ceri, ia menekan keras kompresan di pelipis Mars membuat siempunya mengerang.

"Lo mau nyelakain gue?" Tanya Mars menaikkan satu oktaf suadanya. Ceri cengengesan lalu meletakkan mangkok kompresan di atas meja.

"Eh udah sadar, ganteng deh." Puji ibu Ceri, ia membawakan segelas teh dan meletakkan di atas meja. "Silahkan minum."

Ibu Ceri mengode Ceri sedangkan Mars mengerutkan dahi karena bingung. "Makasih tante." Ucap Mars akhirnya.

"Jangan manggil tante, panggil nyak aja."

"Hehe iya nyak, makasih." Ibu Ceri mengangguk lalu menghilang ke dapur.

"Tu kunci motor lo, lo boleh pulang." Usir Ceri, Mars memutar bola mata nya kesal.

"Sama pacar sendiri aja galak nya mintak ampun."

"Apa lo bilang? Pacar?"

Mars menaikkan satu alisnya. "Kan kita memang pacaran Ceri."

"Ngimpi aje lo, pulang-pulang." Ceri mendorong tangan Mars agar keluar dari rumahnya.

"Awwww sakit tangan gue bego." Ceri melepaskan tangan Mars lalu mengusapnya pelan, melihat itu Mars menyunggingkan senyuman nya.

"Kalau gini kan enak, udah gue pulang dulu, dah pacar cabee." Ceri melotot hendak memukuli Mars, namun Mars sudah lebih dahulu berlari dan menyalakan motornya. Mars terkekeh pelan, baru melihat sisi manis dari Ceri, rivalnya.

Dari kejauhan seseorang tersenyum puas. "Yang gue harapkan sebentar lagi akan menjadi kenyataan."

***

My Beloved Rival (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang