Gadis itu membawa buku catatan yang sangat banyak dengan langkah yang sangat terburu-buru hingga tak melihat di depan nya ada orang yang juga jalan membuat mereka berdua terjatuh.
Gadis itu berdiri hendak mengambil buku-buku yang terjatuh, orang yang menabraknya pun menolongkan nya.
"Lo nggak apa-apa?" Tanya cowok yang menolongnya, gadis itu mendongak.
"Eh Fadil, gue nggak apa-apa, jagain bukunya bentar ya gue kebelet." Belum sempat Fadil mengangguk, gadis itu telah lebih dahulu pergi memasuki toilet.
Fadil melihat punggung gadis itu yang semakin menjauh, ia meluruskan letak buku-buku catatan yang dibawa gadis itu agar tak susah di bawa.
"Heuh, lega. Makasih ya Dil." Fadil mengangguk, lalu tangan nya beralih menepikan rambut cewek itu ke belakang telinga.
"Lain kali hati-hati, sini gue bantu." Gadis itu mengangguk. Fadil mengambil setengah bagian dari buku tersebut dan bagian lain nya dibawa sendiri olehnya.
"Lo kenapa buru-buru banget sih Mel?" Tanya Fadil.
Melly tersenyum lebar menyunggingkan gigi putih yang tersusun rapi. "Gue kan udah bilang kalo gue kebelet." Ucapnya polos.
"Tumben lo nggak sinis ketemu gue."
"Lo kan pacar gue." Kekeh nya, Fadil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Oiya, gue lupa."
"Dil, ruang guru di sini, lo kemana?" Fadil yang berjalan didepan berhenti lalu nyengir. Fadil masuk lebih dahulu dan diikuti Melly.
"Meja siapa Mel?" Tanya Fadil.
"Buk Iza." Fadil mengangguk lalu meletakkan buku tersebut di atas meja Buk Iza.
"Fadil." Panggil Buk Ratna yang kebetulan sedang berada di ruang guru.
Fadil menghadap Buk Ratna. "Iya buk?"
"Baju nya keluar main, mau saya SPIDOL?" Fadil melirik baju nya dan setelah itu berlari keluar dari ruang guru, Melly yang melihat itu menggeleng dan tersenyum canggung kepada Buk Ratna.
"Dulu buk."
***
"Cer, pulang bareng gue." Ceri mengerutkan keningnya.
"Jangan kerut gitu jidat lo, jelek."
"Masak iya kalau ekspresi gue gini." Ceri menghilangkan kerut di keningnya lalu merubah ekspresi nya menjadi seperti orang bodoh. Mars yang melihat itu terkekeh, selain pemarah ternyata Ceri berbakat menjadi pelawak.
"Ngapa ketawa?" Tanya Ceri, sedangkan Mars masih memegangi perutnya karena ulah Ceri.
"CACA!" Panggil Billy, Caca yang berjalan dengan Melly melirik dan setelah itu berlari, Billy mengejar cewek itu hingga terjadilah kejar-kejaran ala tom and gerry di sekolahan mereka.
"Ayok." Ajak Mars menarik tangan Ceri, Ceri terbengong melangkah mengikuti Mars ke parkiran.
"Mars." Baik Mars maupun Ceri melihat ke arah suara, cewek dengan wajah bule, hidung mancung dan dress yang digunakan nya menambah kesan jika ia orang berada. Mars melepaskan pegangan nya di tangan Ceri.
"Ini pacar kamu?" Ceri yang sadar cewek itu memanggil Mars dengan aku-kamu tanpa sadar memutar bola mata jengah.
"Iii—iya." Jawab Mars ragu.
"Cantik." Ucap gadis itu memandangi wajah Ceri. "Aku Amanda." Amanda mengenalkan sambil mengulurkan tangan nya. Ceri menjabat tangan tersebut dengan senyuman.
"Gue Ceri." Balas Ceri. Ceri memandangi Mars meminta penjelasan.
"Mars kamu nganter Ceri pulang?" Tanya Amanda, Ceri yang tahu ini cara nua untuk kabur segera memotong ucapan Mars.
"Nggak, kalau lo mau pulang sama Mars pulang aja." Ceri meninggalkan Mars dengan Amanda namun Mars menarik tangan Ceri.
"Ceri lo apa-apaan sih?"
"Ape lo? Anter Amanda pulang gih, gue muak liat muke lo." Ceri melihat ke arah Amanda sebentar lalu tersenyum. "Lepasin gue." Ceri menarik tangan nya dari pegangan tangan Mars.
Setelah Ceri pergi menjauh, Mars belum juga berhenti memandangi cewek itu. Amanda menjadi kesal. "Dia ngomong nggak sopan ya Mars."
"Apa sih lo? Nggak usah urus cara orang lain ngomong, percuma ngomong baik-baik kalo nyatanya cuma nyakitin." Mars pergi meninggalkan Amanda, ia tak terima jika Ceri di jelek-jelekan oleh orang lain itu, entah sejak kapan rumus itu tersaji di hatinya. Baru kali ini ia membentak amanda, sinis kepada cewek yang ia sukai dari dahulu
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Rival (Completed)
Teen Fiction(tamat) Hani, Caca, Ceri, Megan, Melly, Arjuna, Fadil, Billy, Virgo dan Mars Pertengangan antara dua kubu yang membuat mereka begitu dikenal karena mereka yang selalu saja bertengkar. Tak semua juga yang mengharapkan mereka berbaikan, karena ada nya...