"Cinta tak bisa kau salahkan, Mars."
Setelah mengatakan itu, gadis itu berlari dari panggung, Mars yang melihat itu juga meletakkan gitarnya lalu mengejar Ceri, ia tahu ada yang tidak beres dengan Ceri.
Saat melihat Ceri terisak di taman restoran, Mars mendekatinya dengan berjalan pelan, ia ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya dengan gadis ini.
"Cer?" Ceri yang mendengar suara Mars segera menghapus air matanya, lalu menatap Mars dengan senyuman.
"Iya mars?" Mars membalas senyuman getir Ceri dengan senyuman manis, malah tambah membuat Ceri berdegup-degup.
"Gue boleh nemenin lo?" Refleks Ceri mengangguk, Mars duduk di samping gadis itu, ia melihat pundak lelah itu nyata.
Mars memeluk Ceri, ia tahu cara menenangkan hati yang terluka dengan sedikit pelukan, Ceri membalas pelukan Mars lalu terisak disana.
Mars merenggangkan pelukannya dengan Ceri, lalu menghapus jejak air mata gadis tersebut. "Lo kenapa? Lo bisa cerita sama gue, Cer. Gimana pun gue bakal nolongin lo."
Ceri takut, bingung mau apa, tidak mungkin ia katakan ia menyukai Mars bukan?
"Gue suka sama lo."
Mars tercekat, bagaimana bisa Ceri menyukainya? Wajah Ceri menunduk, ia tak bisa menatap wajah Mars sepenuhnya, ia takut Mars marah kepadanya.
"Gue suka sama lo dan gue tahu, lo suka sama Melly." Lagi, Mars dibuat bungkam oleh pernyataan Ceri.
"Lo tahu dari siapa?"
Ceri tersenyum kecut, ia mendongak dan menatap mata cowok blasteran itu. "Dari cara lo ngelihat Melly, dari cara lo cemburu atas Fadil, dan dari lagu tadi."
"Maaf." Hanya itu yang mampu keluar dari mulut Mars, entah kenapa ia merasa bersalah, ia mengejar seseorang yang memiliki kekasih tanpa sadar dibelakang ada juga yang mengejarnya dengan lelah.
"Gue juga minta maaf Mars, rasa sayang gue sama lo udah ngebebanin lo."
"Cer, gue emang sempat suka sama lo waktu itu, tapi waktu gue ngenal Melly gue nyaman sama Melly dan nggak ada deketin lo lagi, maaf Cer, gue udah jatuh sejatuh-jatuhnya ke Melly, gue harap lo ngerti sama perasaan gue, jikapun gue nggak bisa ngedeketin Melly gue nggak mau lo jadi kekasih gue, gue nggak mau lo cuma bakal jadi pelampiasan gue, Melly nggak gue dapat bukan berarti gue bisa nyakitin cewek lain demi ngelampiasin semuanya Cer."
"Gue ngerti Mars, lo memang cowok betulan. Besok-besok gue nggak mau lagi ah jatuh cinta, repot." Gadis itu terkekeh, semudah itukah mood Ceri berubah? Beda dari cewek-cewek lain yang kalau sedih bakal berlarut-larut.
"Jangan kapok jatuh cinta Cer, kalau jatuh bangkit lagi, never give up, gue disamping lo, kita sahabat kan? Gue janji bakal jagain lo demi apapun."
Ceri memeluk Mars lagi. "Thanks Mars."
Mars mengangguk pelan dan membalas pelukan Ceri, ia tersenyum, setidaknya tidak ada lagi hati yang ia sakiti, biar saja orang-orang menyakitinya asal jangan dia yang menyakiti orang, memang dulu Mars si mulut pedas, tapi sekarang ia ingin berubah.
"Udah pelukannya, yok masuk." Ceri yang mendengar itu terkekeh lalu melepas pelukan Mars, mereka kembali masuk dan duduk di kursi semula, Caca yang melihat itu berkedip genit kepada Ceri yang membuat Ceri eneg.
"Jangan macam-macam, Ca. Gue masih sama." Kata-kata itu langsung masuk ke dalam otak Caca, ia mengerti sekalipun tak dijelaskan Ceri.
Acara pun berlanjut hingga satu-persatu pulang, Arjuna mengantar Hani pulang sambil bermain ke rumah gadis itu.
Bunda dan Papa Hani telah mempercayakan sepenuhnya gadis itu kepada Arjuna, entah mengapa bisa begitu, yang penting Papa menitipkan Hani kepada Arjuna agar tidak ada yang macam-macam kepada gadis itu. Dengan siap siaga Arjuna menerima perintah, karena ia juga ingin selamanya dengan Hani meski tidak memiliki status.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Rival (Completed)
Teen Fiction(tamat) Hani, Caca, Ceri, Megan, Melly, Arjuna, Fadil, Billy, Virgo dan Mars Pertengangan antara dua kubu yang membuat mereka begitu dikenal karena mereka yang selalu saja bertengkar. Tak semua juga yang mengharapkan mereka berbaikan, karena ada nya...