DUA ENAM

1.4K 69 0
                                    

Limos group

Caca
Gue nggak ikutan lagi ngedukung Folfo

Melly
Nggak bisa gitu dong ca!

Megan
Kenapa Ca?

Melly
Lo kenapa sih ca? Dateng-dateng langsung buat kesepakatan kek gitu, disekolah pun lo aneh bgt tadi tau ga?! Kita udah capek nungguin lo dan lo? Duluan aja pulang!

Caca
Nyantai Mel! Gue gini juga karena kalian semua kali, ambisi kita itu beneran big zero, kalian nggak tahu apa yg kejadi ama gue tadi siang! Kalau gitu besok besok jangan lagi tungguin gue! Lagian kalian juga mau nebeng sama gue

Hani
Kalian kenapa sih? Ca, lo kenapa ca?!

Caca
Bela aja sama lo si Melly trus!

Hani
Bukan nya gitu Ca

Megan
Ya Allah, kenapa jadi berantem sih?!

Ceri mana Ceri?

Melly
Paket Ceri habis, gue nggak ngerti lagi ya, gue capek!

Hani
Ca? Lo bisa jelasin kan ca apa yang sebenernya terjadi?

Tak kunjung mendapatkan balasan, akhirnya Hani mengirim pesan pribadi kepada Caca, dari tadi siang Caca memang benar-benar aneh, gadis dengan mata sembab itu tak memikirkan teman-teman nya, Hani mengerti jika Caca pasti sedang sensitif sekarang, namun ia tidak ingin persahabatan mereka hancur hanya karena hal sepele seperti itu.

Caca

P
P
P
P
Ca?
Kok malah ceklis sih ca?
Ca
Ya Allah ca bales napa?
Gue otw kerumah lo, daaahh

***

Kesal, iya itulah yang sedang dirasakan Caca sekarang, gadis itu merasa hidupnya kacau balau setelah ucapan Folfo di siang hari tadi, setelah mendapatkan ucapan pedas dari mulut Folfo, Caca pergi ke kantin hendak membeli minuman dingin yang menyegarkan nya, ia duduk di kursi kantin lalu mengingat lagi ucapan Folfo "ambisi." Kata itu terus melekat pada dirinya hingga ia sadar bahwa sekarang itu dirinya tengah berada di pihak ter-egois, berusaha menang dengan menjatuhkan orang lain. Mulai sekarang, Caca bertekad bahwa ia akan berusaha sadar dan menganggap geng perusuh adalah teman-teman nya bukan rivalnya lagi.

"Cacaaa?!" Teriak Mimi dari luar kamar Caca, Caca menggeliat sambil mengusap air mata yang berjatuhan di matanya, ia tidak mau persahabatan nya hancur, namun ia juga tidak mau menjadi egois.

"Iya mi." Jawab Caca seadanya, Mimi caca yang diluar mengetuk pintu.

"Buka aja mi, nggak dikonci."

Klek

Caca mematung, yang membuka pintu bukanlah Mimi melainkan Megan, Megan berdiri disana dengan celana levis, baju kaos ditambah kerudungnya. Caca speechless, bagaimana tidak? Baru kali ini Caca melihat Megan mengenakan kerudung.

"Megan?" Tanya Caca masih pangling, sedangkan Megan pelan-pelan menutup pintu rumah Caca, gadis itu mendekati Caca lalu menyuguhi Caca martabak bandung rasa jagung keju kesukaan Caca.

"Makan dulu, pura-pura bahagia butuh tenaga." Megan terkekeh pelan lalu membuka kotak martabaknya.

"Aaaaaaaa martabak jagung kejuuu, aaa kesukaan guee, lo nggak boleh mintak, ini buat gue." Caca merampas makanan tersebut dari tangan Megan, gadis itu mencomot satu bagian martabak dan memakannya rakus.

"Btw, lo udah hijabers sekarang?" Tanya Caca dengan mulut yang dipenuhi martabak.

Megan memandang dirinya sendiri, lalu menekuk wajahnya. "Mau nya gitu, tapi gue nggak pede, Ca."

Caca menelan martabaknya lalu mencomot satu potong martabak lagi. "Lo cantik makek hijab dari pada enggak, pakek aja lah. Ntar gue jadi suporter lo deh. Mana tahu gue bisa hijrah kayak lo kan?" Caca memasukkan potongan martabah ke dalam mulutnya dan mata nya begitu memancarkan cahaya bahagia.

Megan tersenyum, ia benar-benar tidak bisa melihat sahabatnya sakit, baik itu sakit hati, sakit fisik, sakit rohani maupun yang lain. Melihat Caca sedih ia juga merasakannya. Namun melihat Caca sebahagia sekarang rasanya Megan juga bahagia, biarkan kesedihannya menjadi problematika dirinya sendiri.

"Kita kedepan harus bareng-bareng ca, makasih suport lo, by the way lo kenapa sih ca?" Timbul raut sedih wajah Caca, seakan kebahagiaan sebentar ini lenyap begitu saja, Caca mengingat kembali kata-kata Folfo.

"Gue ikuuuutt." Mendengar suara itu Caca dan Megan serentak melihat kebelakang, Hani dengan bombernya dan kunci di tangan serta helm dan celana robek-robek.

"Hani lo kesini juga?" Tanya Megan terkejut,  Hani mengangguk lalu bergabung naik ke atas ranjang Caca, mencomot satu bagian martabak Caca membuat gadis itu menatapnya tajam.

"Hani!!! Milik gue ih." Caca mengambil kembali potongan martabak di tangan Hani lalu memakan nya dengan rakus, Hani hanya menghela napas menahan rasa kesal, jika martabak jagung keju jangan harap bisa kita dapat dari Caca.

"Yaudah kenapa lo Ca?"

Caca menceritakan kejadian tadi siang kepada Hani dan Megan, kedua nya sesekali mengangguk, sesekali berguman "ya." "Hooh." "Hm."

"Sekarang gini aja, siapapun yang bakalan jadi ketos kita terima aja, lagian Arjuna juga baek kok." Ujar Hani.

"Lo melting sama Arjuna Ni?" Tanya Caca yang membuat wajah Hani memerah.

***

My Beloved Rival (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang