DUA EMPAT

1.4K 70 0
                                    

Sepasang kaki putih mulus itu berjalan mendekati warung belakang sekolah, telah lama gerombolan anak rusuh tidak berkumpul disana dan hari ini mereka kembali berkumpul disana.

Megan, cewek itu memberanikan dirinya untuk menginjaki kakinya ke warung pengap penuh asap rokok, beberapa anak kelas sepuluh yang sepertinya baru tahu tempat tongkrongan ini melihat Megan terang-terangan.

"Nyari siapa kak?" Tanya salah satunya, Megan tak menjawab, ia hanya tersenyum sembari celingak-celinguk ke dalam warung.

"Sombong amat sih kak, ntar kami tolong, nyari siapa?" Tanya lelaki satunya, Megan tetap bungkam dan menggeleng, ia mendengar dari teman sekelas anak perusuh bahwa anak perusuh tersebut sedang berkumpul di warung belakang namun Megan tidak melihat satupun. Megan bukannya sombong, si pendiam itu memang tidak suka berinteraksi dengan orang baru, butuh waktu satu Minggu agar bisa dekat dengan Megan.

Saat Megan akan melangkahkan kakinya keluar warung, tangan nya dicekat seseorang, Megan menoleh ke belakang mendapatkan anak lelaki yang menanya kepadanya menahan lengan gadis pendiam itu. Megan melihat tangan nya, melotot seolah memberi isyarat agar anak lelaki itu melepaskan tangan nya dari lengan Megan, bukannya membantu, semua siswa siswi disana bertepuk ria dan bersemangat untuk apa yang telah terjadi.

"Lepasin!" Perintah Megan tegas, anak lelaki itu tersenyum dan menarik tangan Megan hingga gadis itu terhuyung dan terduduk dipangkuan sang lelaki, semua bertepuk tangan bangga sedangkan Megan telah meledak-ledak, ia berusaha berdiri namun tangan si lelaki menghalangkannya untuk melawan. Air mata nya telah siap-siap untuk mengalir.

"Megan?!" Megan melihat ke sumber suara, begitu juga semua yang ada disana.

Pemilik suara tersebut mendekati Megan dan menarik Megan agar terlepas dari anak lelaki itu. Pemilik suara menarik krah baju si anak lelaki. "Merasa hebat lo?"

Anak lelaki itu melepaskan tangan pemilik suara dari krah bajunya. "Bang Billy nggak usah ikut campur urusan gue! Urus aja para lonte yang setiap malam Bang Billy pakek."

Bugh!

"Anjing!" Setelah menonjok pipi si anak lelaki dan mengumpati si anak lelaki Billy menarik kembali krah baju si anak lelaki.

"Mulut lo jaga! Lo punya kekuatan sebagai cowok buat lindungin cewek bukan ngasarin cewek bego! Dan masalah lonte-lonte yang mendekep sama gue itu nggak ada urusan nya sama lo!" Setelah mengatakan itu Billy mendorong tubuh si anak lelaki hingga tersungkur ke belakang, beberapa teman si anak lelaki membantu si anak lelaki untuk berdiri sedangkan Billy menyamperi Megan yang terisak.

Tanpa banyak tanya, Billy menarik Megan lembut menuju sekolah, dan duduk di taman sekolah.

"Lo kenapa ke warung itu, Gan?" Megan masih terisak, ia belum pernah diperlakukan seperti itu oleh lelaki.

Disela isakan nya, Megan berujar. "Gue nyariin lo sama Virgo, hiks."

Dahi Billy berkerut, kenapa gadis ini mencarinya dan Virgo? Nekat sekali gadis ini. "Mau ngapain?"

"Caca tiba-tiba tadi masuk kelas mata nya sembab, lo apain Caca Bil?" Megan menghapus jejak air matanya, beda dengan Billy yang terkejut atas pernyataan Megan.

"Caca?" Megan mengangguk, "malahan gue nggak ketemu cewek itu seharian ini Gan." Jujur Billy, Megan menatap Billy tak percaya, siapa lagi yang akan membuat Caca nangis jika bukan Billy?

"Gan? Lo selingkuh?" Pernyataan itu membuat kedua insan yang sedang berbicara menoleh ke arah suara, Virgo disana dengan sekantong makanan dan wajah memerah menahan emosi.

"Selingkuh?" Tanya Billy tak paham, Billy baru sadar jika Virgo sekarang pacarnya Megan.

Billy berdiri, lelaki itu mendekati Virgo. "Jangan khawatir bro, tadi taruhan lo gue pinjem bentar." Entah mengapa kata taruhan itu sangat menyakiti perasaan Virgo, ia merasa Megan tidak cocok menjadi taruhan.

Virgo mendekati Megan, ia mengamati wajah Megan dan mendapati jejak air mata disana. "BILLY!!!!"

Billy yang belum jauh berhenti dan berbalik, ia mendekati Megan yang telah duduk di hadapan Megan. "Apa bro?"

"Lo apain  Megan?"

"Heh?"

"Lo apain Megan?! Kenapa Megan nangis?"

Billy nan lemot akhirnya mengerti, sedangkan Megan berusaha membuat Virgo tidak m3mbesar-besarkan masalah nya tadi dengan mengatakan ia tak apa-apa.

"Oh itu bro, si Devan. Dia tadi hampir ngerjaij cewek lo, dia narik paksa cewek lo, dia juga ngedudukin cewek lo di pangkuan nya, di warung bro." Setelah mengatakan itu Billy berlari sekencang angin ke kelas, Virgo jika sedang marah bisa saja merusak segala yang ada, termasuk wajah tampan Billy.

"Beneran, Gan?"

Megan mengangguk. "Tapi ngga papa kok Go, aku udah baikan, tadi Billy udah mukulin dia."

"Kamu tunggu disini, jangan kemana mana." Megan mengangguk, sedangkan Virgo pergi entah kemana.

Setelah tiga puluh menitan Virgo pergi, lelaki itu datang kembali tetapi membawa seorang anak lelaki, anak lelaki yang bernama Devan. Wajah yang lebih memprihatinkan dari pada tonjokan Billy tadi, Megan yakin jika Virgo memukuli habis-habisan si Devan.

"Van lo tahu siapa dia yang lo lecehin barusan?" Tanya Virgo masih mengunci pergerakan Devan, Devan tidak menjawab, wajahnya benar-benar rungak.

"Dia cewek gue! Lo baru gituin dia udah gue pukulin, kalau lo ngulang jangan harap lo masih bisa sekolah, sekarang minta maaf sama cewek gue." Devan menatap Virgo sekilas laly beralih ke Megan.

Megan melirik Virgo. "Udahlah Go, gapapa, dia nggak perlu minta—."

"Perlu! Cepetan Van atau lo mau gue bonyokin?"

Devan mengangguk kesal. "Kak, gue mintak maaf." Setelah mengatakan itu Virgo melepaskan Devan. Devan berlari dengan umpatan-umpatan nya.

"Devan siapa kamu?"

"Sepupu aku."

"Hah?!"

***

My Beloved Rival (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang