DELAPAN BELAS

1.5K 78 0
                                    

Melihat wajah pucat Mars membuat hatinya bahagia, sedari tadi dari pulang sekolah tak luntur sedikitpun senyuman dari bibir Melly, baginya Mars adalah cowok terbodoh seantero sekolah. Tidak mungkin Melly setotalitas itu untuk mengetahui hubungan Mars dengan Amanda, yang jelas Melly mendengar percakapan Fadil dan Amanda saat itu dan menyimpulkan jika Mars adalah orang yang membunuh sahabat nya sendiri, entah membunuh dari kehidupan Amanda atau memang telah meninggal dunia, entah apa kebenaran nya, tapi dari ekspresi Mars tadi Melly dapat melihat jika memang benar apa yang diucapkan nya. Yang Melly bingungkan sekarang jika tebak jenggo nya benar lalu kenapa Amanda seperti sangat terluka saat Mars mengacuhkan nya? Bukankah Amanda mencintai Vito dari pada Mars.

Melly membuka laptopnya lalu menghubungkan dua puluh alat penyadap di tangan nya dengan laptop. Delapan belas adalah alat penyadap Fadil dan dua alat penyadap Mars, Melly hanya takut jika Mars macam-macam terhadapnya lalu membongkar semua nya.

Disamping menyadap, alat penyadap tersebut memiliki fitur kamera yang bisa melihat orang sekitar meski hanya berkesan hitam-putih.

Melly fokus dengan setiap gerak-gerik Fadil dan Mars, ternyata mereka sedang berkumpul di sebuah— ya sebuah apartemen yang entah milik siapa, tapi jika dilihat-lihat mungkin milik Mars.

"Jadi lo nganterin Amanda kemana tadi?"

"Ampe rumah lah, botak kepala gue di tarik-tarik sama mak lampir tuh rambut gue."

"Hahhaha, rasain lo! Dil lo tadi sama Amanda ceritain apa aja?"

Melly panik, ia mengambil ponsel nya lalu menelepon Mars. Tak lama Mars mengangkat telepon Melly.

"Awas lo macem-macem! Jangan bilang lo mau ngebongkar semua ke Fadil." Mata Melly tetap melihat ke arah laptop, melihat gerak-gerik targetnya.

Tampak Mars menahan nafas. "Lo masih ngintilin gue jelek?" Mars berbisik, sedangkan Fadil berjalan ke arah dapur.

"Enak aje lo bilang gue jelek, secantik ini gue! Nggak mau tahu gue, kalau lo masih nyinggung-nyinggung tentang semuanya ke Fadil, gue pastiin penyadap yang gue pasang di elo ada agak tiga puluhan."

"WHAT?!" Teriak Mars, setelah itu ia menutup mulutnya sendiri karena sadar mengundang perhatian Fadil yang sedang mengambil buah-buahan di kulkas. "Jangan gila."

Melly tersenyum lega. "Kenapa berdiri? Duduk!" Perintah Melly saat melihat Mars berdiri dan hendak menuju dapur.

"Sumpah demi apa lo juga masang cctv di apartemen gue."

"Terserah gue dong! Yang penting lo inget! Jangan lakukan kesalahan."

Melly menutup panggilan dan menghempaskan badan nya ke atas kasur, ia yakin kali ini Mars akan menurutinya.

***

"Gue capek pura-pura pacaran sama patung kayak lo." Ujar Hani saat ia dan Arjuna telah berada di depan pagar rumah.

Arjuna memutar bola mata. "Terus lo mau pacaran beneran sama gue?" Tanya Arjuna dengan wajah datar.

Hani membuka pagar rumah dan Arjuna memasukkan motornya ke dalam halaman. "Jangan gila."

"Kalau lama-lama gue terbiasa sama lo gue bisa sayang beneran nih." Hani tersenyum, jika Arjuna telah memasang rayuan mautnya berarti lelaki itu tengah berusaha membuatnya baper.

"Gue tanpa lo gombalin juga udah sayang." Hani mendekat lalu memeluk Arjuna, Arjuna menghela napas, membuat Hani baper tidak semurah itu, yang ada Hani akan memberi pantulan yang akan menjadi boomerang baginya.

"Lepasin, lo bauk tau. Mandi dulu sana, keringat lo nempel noh." Hani mengerucutkan bibirnya seperti bebek lalu melepaskan pelukan nya, memang ia dan Arjuna tadi joging di lapangan dan pulang-pulang sudah pasti badan bau.

"Gue bauk pun lo tetep sayang." Arjuna tersenyum meledek.

"Sayang, iya sayang banget gue sama lo Ni."

Keduanya tertawa lalu masuk ke dalam rumah. "Hani, gue kayak nya pulang dulu deh, udah gerah nih."

Hani mengangguk.

Cup

Ciuman mendarat di jidat gadis itu membuatnya melotot, ingin memarahkan Arjuna namun bagaimana cara nya, ia sedang dalam pertarungan. Tak mau kalah Hani mengambil tangan Arjuna dan menciumi punggung tangan nya.

"Titidije ya sayang, kqlau udah jadi laki gue lo bakal gue cium terus tuh punggung tangan."

Arjuna yang awalnya terkejut akhirnya tersenyum dan mengangguk. Ia keluar dari rumah Hani dan melajukan motornya.

"Kalau gue baper beneran lo mau tanggung jawab nggak Jun?"

***

My Beloved Rival (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang