"Ini formulir nya." Saat Virgo datang dengan lima lembar kertas, para gadis ini tengah merapikan buku untuk pulang, banyak pasang mata yang melihat secara terang-terangan ingin tahu apalagi yang akan terjadi antara perusuh dan cewek tengil ini.
"Tunggu." Ucap Melly saat Virgo hendak berjalan keluar kelas mereka. Virgo berbalik dengan satu alis terangkat.
"Gue mau nemuin temen-temen lo, gak fire kalo lewat pesan singkat." Alibi Melly agar bisa bertemu dengan perusuh sekolah itu, ia telah menyiapkan surat perjanjian, tidak ingin jika pihak lawan kalah dan malah lari dari perjanjian.
"Oke." Virgo berjalan. Melly,Caca, Ceri, Megan dan Hani mengikuti Virgo dari belakang dan telah siap dengan tas masing-masing, jika masalah nya telah siap mereka bisa langsung pulang.
Virgo terus berjalan hingga berhenti di sebuah warung kopi belakang sekolah. Disana ada Billy, Mars, Arjuna, Fadil dan siswa lain sedang menikmati rokok nya. Para gadis tersebut tidak mengikuti Virgo memasuki warung, mereka berdiri di seberang warung.
Virgo tampak berbincang sedikit dengan para perusuh tersebut hingga mereka menoleh ke arah para gadis yang kepanasan di jalanan raya ini.
Mereka mematikan rokok mereka lalu berjalan mendekati gadis yang kini menjadi rivalnya.
"Ada apa lagi?" Tanya Mars seolah gadis-gadis ini sangat mengganggu ketentraman mereka.
"Kalau ngomong disini banyak kuping yang bertebaran, tempat lain." Ajak Ceri berjalan menuju halaman sekolah yang kini telah sepi.
"Tolong jelasin ke kita tantangan dari kalian." Tanpa basa-basi Megan mulai mengambil ancang.
"Kan udah jelas." Kini Fadil menambahi.
"Gue mau dijelasin bukan lewat ponsel." Billy maju, ia tersenyum sebelum nya kepada Megan, bukan, itu bukan senyuman meremehkan tetapi senyuman lembut nan tulus.
"Kita ngajakin kalian buat adu nyali, kita bersepuluh bakalan ikutan olimpiade matematika sesuai jurusan masing-masing. Kalian yang IPA dengan olimpiade matematika IPA dan kami IPS dengan matematika IPS. setuju?"
"Gue setuju." Kini Hani yang maju, "tapi kita nggak mau rugi dong."
"Maksud lo?" Arjuna mengangkat satu alisnya, si cowok songog nan datar itu akhirnya unjuk suara juga.
"Persyaratan nya jangan kaku, kita ada bersepuluh, misalkan antara kita bersepuluh temen gue nilai nya yang paling tinggi maka kita-kita yang menang dan lo jadi kacung, namun sebaliknya jika diantara kalian berlima yang berhasil mendapatkan nilai tertinggi di antara kita bersepuluh, kalian yang menang dan kita jadi kacung, gue mau persyaratan nya di tambah, siapa yang ngelihat jimat atau cari contekan yang bersifat instrinsik dari diri kita dia kalah dalam masalah hati, dan bakalan selalu merasa bersalah." Bukan Hani, Ceri, Caca, ataupun Melly, tapi si pendiam Megan yang angkat suara.
"Kalian setuju nggak?" Tanya Caca sedikit berteriak, mereka berpikir sejenak sebelum si pentolan Arjuna kembali angkat suara.
"Kita setuju."
"Jun!" Bentak Mars dari belakang, meskipun begitu si dingin Arjuna hanya diam tak menggubrik teman-teman nya.
"Kalau yang paling tinggi nilai nya fifty-fifty dari kelompok lo dan kelompok gue gimana?" Pertanyaan Billy membuat mereka berpikir sejenak.
"Kalau gitu, kita mikir nya nanti aja. Sekarang kalian semua tanda-tangani surat perjanjian ini, gue takut kalian bukan cowok jentel." Kekeh Caca dari belakang Hani, Billy mengambil pulpen nya untuk bertanda tangan, meski sakit hati dengan ucapan Caca, mereka tetap menandatangani surat perjanjian tersebut.
"Ini surat perjanjian kami, kalian yang megang." Caca memberikan surat perjanjian yang telah diisi nya dengan tanda-tangan kelompok mereka.
Para gadis itu memilih membubarkan diri, setelah merasa aman dari gadis-gadis tengil itu Mars mendekati Arjuna.
"Kok lo nerima ajakan cabe itu sih Jun?" Tanya Mars masih penasaran, namun si dingin Arjuna mengangkat bahu lalu berjalan pergi meninggalkan mereka.
"Kenapa sih dia?" Tanya Mars kepada ketiga teman nya yang lain.
"Jangan banyak tanya deh Mars, banyak belajar buat olimpiade, jangan sampe nilai lo bikin kita-kita malu." Billy yang berbicara langsung beranjak dari tempat nya menyusul keberadaan Arjuna hang telah pasti ke warung kopi belakang sekolah.
"Mars, gue saranin sebelum lo bikin kita jadi kacung mereka, lo mesti belajar." Kini Fadil yang bernasehat. Mars menjadi bingung sendiri kenapa teman-teman nya menasehati begitu terang-terangan.
"Lo juga mau ceramahin gue?" Sebelum Virgo ikut menceramahi Mars, Mars telah lebih dahulu meninggalkan Virgo disana.
"Gue yakin, nggak ada yang bakalan bisa ngalahin siapa, karena kita itu sama-sama kuat sebelum kita menyadari kalo kita itu saling membutuhkan. Maafin gue Cer, Ca, Ni, Mel, Gan, gue ngelakuin ini semua biar kalian sadar kalau siapa kita sesungguhnya." Virgo mengikuti langkah Mars, ia tersenyum ketika melihat seorang gadis yang hendak menaiki bus.
"Hati-hati dijalan."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Rival (Completed)
Ficção Adolescente(tamat) Hani, Caca, Ceri, Megan, Melly, Arjuna, Fadil, Billy, Virgo dan Mars Pertengangan antara dua kubu yang membuat mereka begitu dikenal karena mereka yang selalu saja bertengkar. Tak semua juga yang mengharapkan mereka berbaikan, karena ada nya...