Fadil
Amanda masih di sekolahan, gue ngajak dia pulang dia nggak mau, dia nangis sambil bilang kalau dia nggak bakalan pulang kalau nggak lo yg jemput.Membaca pesan tersebut, Mars kembali memasang helm yang awalnya telah dilepas. Ia melajukan motornya ke sekolahan, setibanya di sekolahan Mars melihat gadis itu dengan sahabatnya.
Amanda, cewek itu menangis dalam pelukan Fadil, dibelakang Fadil Melly berdiri dan melihat adegan itu. Tidak, jangan berfikir jika Melly tidak suka melihat Fadil dengan Amanda, namun gadis itu seperti sedang mengintili Fadil dan mendengar secara diam-diam obrolan Fadil dengan Amanda. Mars menunjukkan senyuman smirk nya, Melly si stalker akan merasakan malu kali ini.
"Woi pacaran mulu, pulang-pulang." Amanda yang awalnya bersandar di bahu Fadil terkejut dan menegakkan badan nya.
"Mars, ini nggak seperti yang kamu pikirin."
"Peduli apa lo sama apa yang gue pikir, gue tahu kok lo udah anu-anu sama Fadil kan?" Mars tersenyum dan melirik ke belakang dengan ujung matanya, melihat wajah shok Melly.
"Mars? Maksud lo apaan?" Fadil berdiri lalu menatap Mars marah, sedangkan Mars tersenyum dan memeluk Fadil.
"Dil, dibelakang lo ada Melly, ikutin aja rencana gue." Bisik Mars.
"Selamat ya bro, gue seneng lo udah dapet yang baru." Mars melepaskan pelukan nya dengan Fadil, Fadil yang mengerti juga tersenyum dan melihat di belakangnya memang ada Melly, ia ingin tahu sejauh apa Melly akan berdiri disana dan mengintilinya.
"Makasih bro." Balas Fadil yang malah membuat Amanda cengo.
"Hah?"
"Ayo sayang, kita pulang." Fadil menarik tangan Amanda dan melingkarkan tangan nya di pinggul gadis itu.
"Fadil lo apa-apaan sih?" Tanga Amanda, Fadil menyelipkan anak rambut Amanda ke belakang telinga.
"Ayok kita pulang." Amanda melotot.
"Gue nggak mau pulang sama lo, Mars tolong gue." Amanda memohon, Mars menggidikkan bahu lalu duduk di tempat Fadil dan Amanda tadi duduk, ia bahagia melihat anggota geng rivalnya kesal seperti itu.
Melihat Fadil dan Amanda menjauh kini mata Mars melirik ke arah persembunyian gadis itu, nihil gadis itu tak berada di sana.
"Lo nyari gue Mas Bakso?" Mars terkejut lalu melihat Melly telah duduk di sebelahnya dengan satu alis terangkat dan bibir tersenyum sinis.
"Eh Melly, gue balik dulu—."
"Kenapa heh? Lo takut kalau rencana busuk lo gue tahu?" Mars melotot, bagaimana bisa Melly mengetahui itu sedangkan Mars berbisik tadinya kepada Fadil.
Melly melebarkan senyuman nya dan memperlihatkan alat kecil di tangan nya. Penyadap!
"Lo?"
"Iya, kenapa lo? Terkejut?" Melly menekankan kata terkejut, ia tersenyum bahagia kini melihat ekspresi Mars.
Melly memutar bola mata. "Lo nggak usah deh—
"Woi, lo gila mau chat Fadil segala? Semua alat komunikasi dia gue sadap, sekarang lo mau apa?" Mars bergidik ngeri, setotalitas itukah Melly mengintili Fadil? Baru saja Mars akan memberi tahu Fadil jika dirinya disadap Melly, gadis itu telah mengetahuinya.
"Lo? TERNIAT."
"Biarin, sampe lo ngasih tahu siapa pun kalau gue nyadap Fadil, gue pastiin hidup lo lebih nggak tenang dari Fadil." Mars terkekeh, ia tersenyum dan melipat tangan di dada, menatap lekat Melly.
"Lo ngancem gue?" Tanya Mars, Melly tak kalah menantang, ia melihat Mars dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Menurut lo?"
"Sampah tahu nggak? Gue bisa bikin lo lebih menderita dari ini Melly sayang." Mara mengangkat satu ujung binirnya, melihat seolah Melly se spele itu.
"Amanda, cewek yang lo rebut dari Vito, sahabat lo dari kecil, lo suka sama Amanda, Amanda sayang ke lo dan Vito itu sama aja, lo merasa tersaingi saat Vito malah tambah deket sama Amanda, Vito nembak Amanda dan Amanda nerima Vito yang elo nggak tahu apa alasan nya, lo bunuh Vito biar ngedapetin Amanda sutuhnya." Mars melihat Melly intens sedangkan gadis itu menyunggingkan senyuman nya. Melly menang kali ini dan Mars tidak akan membiarkannya.
"Hahahahhaha," Mars mengalihkan pandangan nya. "Lo sok tahu! Tahu apa lo tentang kehidupan gue hah? Omong kosong, nggak bener yang lo ucapin, sampah, sama kayak kehidupan lo." Sambar Mars berapi-api.
"Mars, jangan bodoh. Seharusnya gue nggak tahu nama cewek tadi kan? Masa lalu lo aja gue tahu, dan ngerusak kehidupan lo itu adalah hal kecil bagi gue." Melly menjentikkan jarinya seolah semua adalah hal kecil.
Mars tetap diam, ketika Melly berdiripun Mars tetap diam.
"Mars, gue dulu. Kalau lo mau hidup tenang, jangan usik gue, dan jadi temen gue, bukan RIVAL gue." Melly tersenyum lalu pergi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Rival (Completed)
Teen Fiction(tamat) Hani, Caca, Ceri, Megan, Melly, Arjuna, Fadil, Billy, Virgo dan Mars Pertengangan antara dua kubu yang membuat mereka begitu dikenal karena mereka yang selalu saja bertengkar. Tak semua juga yang mengharapkan mereka berbaikan, karena ada nya...