TUJUH

1.8K 82 0
                                    

Telah usai olimpiade matematika, namun Arjuna tetap sibuk, sibuk mencari perhatian dari guru-guru agar memberi suaranya untuk sang calon ketua osis, tak jarang ia membelikan guru cokelat, alih-alih menyogok sang guru.

Dubrak!

Arjuna berusaha berdiri saat seseorang menabraknya dari depan saat ia akan keluar dari ruang guru karena di suruh Buk Iza untuk meletakkan buku nya di atas meja.

"Maaf gue nggak senga—, lo?"

Arjuna yang hendak menolong gadis tersebut mengurungkan niatnya, ia lebih memilih untuk pergi tanpa menghiraukan gadis tersebut.

Melihat Arjuna berlalu tanpa menolongnya tombul rasa sakit hati yang membuat gadis itu mengikuti Arjuna. "Juna!"

Juna berhenti namun tak membalikkan tubuhnya, masih setia berdiri menunggu gadis itu kembali berujar.

"Lo nggak di ajarin sopan santun ya?"

Arjuna berbalik lalu mendekatkan diri nya dengan gadis tersebut, satu ujung bibir nya naik memperlihatkan seringaian. "Apa hubungan nya sama lo?!" Tanya nya tajam.

Gadis itu menekuk kepalanya, ia takut ditatap Arjuna begitu. Arjuna memegangi dagu gadis itu agar bisa melihatnya. "Hani! Lo nggak usah ikut campur urusan gue, mau gue diajarin mau enggak bukan urusan lo."

Setelah mengatakan itu, Arjuna pergi meninggalkan Hani, Hani memperhatikan punggung Arjuna yang lambat-laun menghilang.

"Dasar Arjuna! Sopan dikit sama cewek kenapa sih?"

***

Salah satu hobby Caca adalah membaca, ia sangat suka membaca baik dari aplikasi yang menyediakan novel maupun novel yang tiap hari nya dibeli di toko langganan bukunya. Sedangkan Ceri dan Melly di ujung sana sedang berasyik ria memasang kutek yang dimiliki oleh Megan, Megan sengaja membawa kutek ke sekolah agar Ceri dan Melly tak mengganggu acara belajarnya. Sedangkan Hani, ia dipanggil Buk Iza untuk melaporkan hasil ujian nya yang kosong. Karena Buk Ratna tidak bisa masuk hari ini, mereka jamkos selama tiga jam pelajaran.

Halaman demi halaman terus dibalik oleh Caca, terkadang ia tertawa sendiri ataupun mau nangis membaca novel yang tersedia. Ia sangat menjiwai apapun cerita yang dibaca.

Drrrtt

Ponsel Caca bergetar, siempunya mengeluarkan lalu melihat pesan dari siapa, malas jika hanya dari operator yang mengatakan paket kuota habis, dan itu sering terjadi. Namun kali ini berbeda, yang mengirimkan pesan adalah Virgo, si cowok komplotan musuh. Tanpa memberi tahu Ceri, Melly, Megan dan Hani terlebih dahulu, ia segera membuka pesan dari Virgo, takut-takut Virgo malah menembaknya yang kemungkinan nya hanya 0.01 %.

Virgo

Pulang sekolah ajakin temen-temen lo buat ketemu sama temen-temen gue, nilai ujian udah dibagiin dan khusus untuk kita bersepuluh udah gue ambil.

Caca menoleh kepada ketiga sahabatnya di kelas, mereka masih asyik dengan kegiatan masing-masing. Tiba-tiba Hani datang dengan wajah kesal. Ia menghempaskan ekornya di kursi lalu menekuk wajah di antara tangan.

"Guys! Gue dapet pesen dari Virgo." Seketika Melly dan Ceri yang sedang mengecat kuku menyimpan kutek nya, Megan si anak pintar menyimpan buku nya dan Hani yang menekuk menegakkan kepala nya, mereka mendekati Caca ingin tahu kelanjutan apa yang ingin Caca sampaikan.

"Apa katanya?" Tanya Melly tak sabaran.

"Baca nih." Caca meletakkan ponselnya di atas meja, mereka berempat mengeja tulisan tersebut hingga tahu intinya.

"Yaudah, gue juga nggak sabaran nih." Ucap Megan tetap calm-nya.

"Gue nggak ikut." Tegas Hani.

***

My Beloved Rival (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang