S E V E N

1.8K 237 28
                                    

Alarm dari suara para member Super Junior sudah berbunyi, menandakan sudah waktunya Icha bangun untuk shalat tahajud.

Sebenernya Icha males banget buat bangun tahajud, soalnya badan Icha rasanya remuk banget.

Biasa. Kemarin kan olahraga lari, 2 kali putaran lagi.

Tapi, demi masa depannya yang cerah dan juga karena Allah. Icha tetep harus bangun untuk berdo'a mendekatkan diri kepada tuhan-Nya.










Setelah selesai, beribadah sunnah. Icha kembali lagi ke tempat tidurnya.

Masih ngantuk bor.

Lagian jadwal subuh-annya masih lama jadi mendingan tidur, tak lupa menyetel alarm agar tidak kebablasan.

Ntar kalo kebablasan mah ribet.

Bisa-bisa Icha nangis gak karuan. Telat shalat subuh cukup sekali saja buat Icha, kapok. Takut Allah marah.

Soalnya prinsip Icha tuh, 'Gak papa doi marah, yang penting jangan sampe Allah marah atau kecewa. Bisa lebih berabe ntar.'

Tapi saat Icha menidurkan dirinya, ia malah teringat dengan ucapannya kemarin saat di lapangan.





















[ F l a s h b a c k ]






Beberapa langkah lagi, untuk menyelesaikan larinya Icha sempat oleng.

Rasanya mau muntah sama pingsan gitu. Tapi Icha masih bisa tahan.

Dan saat mau nyeberang, dia juga udah mulai gak fokus karena kecapean lari.

"10:04, langsung lapor ke Jihyo!" ucap Pak Brian saat Icha sudah berhasil menyeberang.

Icha hanya menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan gurunya, kemudian melanjutkan jalannya ke pendopo yang di penuhi oleh teman-teman kelasnya yang belum lari.

Setelah selesai lapor ke Jihyo. Tanpa melihat sekitarnya, Icha langsung tidur terlentang.

Tapi Icha haus, akhirnya meminta tolong Jennie untuk mengambilkan botol minumnya yang sudah ia bawa ke pendopo sebelum berlari.
"Je," panggil Icha dengan suara seraknya.

Sakit banget.

Tenggorokan Icha kering.

"Je, tolong minum gue," pinta Icha dengan suara seraknya.

Sebenernya Icha udah gak kuat buat ngomong kayak gini, rasanya mau pingsan aja.

"Je," Icha masih berusaha memanggil Jennie tapi yang punya nama tak menyahut. Untungnya dibelakang Icha ada Rika, ia yang peka langsung cekatan memanggil Jennie dengan suara kerasnya.
"Jen! Minumnya Icha!"

Jennie yang tadinya berdiri sambil melamun pun langsung terkejut, "Apa?"

"Minum gue," Icha menunjuk botol plastik berwarna oren.

Botol plastique yang berharga.

Bagi emak-emak.

Jennie dengan sigap, mengambil botol yang di tunjuk Icha. Kemudian dengan baik hati memberikannya ke Icha.

Tanpa mengucapkan terima kasih, Icha langsung meneguk minumannya hingga tersisa setengah botol.

Setelah lega, yang ia lakukan hanya mengatur napasnya yang masih tersengal-sengal.

"Keren lo, Cha!" puji Jihyo sambil menunjukkan nilai dan waktu Icha.

Icha hanya merespon dengan senyuman, karena dia benar-benar kelelahan berlari.

Sudah sekitar dua menitan dan tidak ada tanda-tanda murid perempuan kelas 9B yang sampai.

"Ini anak-anak lama banget ya? Apa Jangan-jangan mereka ngadem dulu di indooktober?" heran Jihyo.

"Ini sumpah, gue cewek sendirian yang udah sampe?" Icha masih tidak percaya.

Perasaan tadi di depannya ada Mina deh?

"Mina belom sampe?" tanya Icha lagi.

"Mina itu di belakang lo, dan jaraknya jauhhh banget!" jelas Jihyo ngegas.

Biasa, Jihyo emang gitu kalo ngomong.

Icha cuma angguk-angguk kepala aja. Males banget kalo ngobrol sama Jihyo. Jatuhnya nanti sakit ati.

"Noh, Mina!" tunjuk Jihyo.

Iya sih, Icha baru inget. Tadi pas putaran pertama dia ngeduluin Mina. Lupa, hehe.

Gak lama setelah Mina dateng, disusul Sana, Lia, dan Lisa.

Edan.

Lisa malah joget-joget di depan gerbang.

Lisa yang gitu, yang nanggung malu sekelas.

Sudah biasa.

Wednesday, 23 October 2018

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wednesday, 23 October 2018

•••
Hehehehehehehe maap cut dulu beb. Fyi, Mina yang di maksud itu Mina Twice yaa🤩

Btw, MAAF KALO MAKIN GAJELAS😭😭😭

Next or unpub?

Bronis | Mark Lee [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang