T W E N T Y

1K 147 7
                                    



"Kak! Mark sakit!"

Icha, Rika, Lia lagi mau ngantin tapi Chungha tiba-tiba dateng dan bawa berita beginian.

"Terus? Bawa aja ke UKS lho. Kan kamu anak PMR pasti lebih tau dong dari aku." Cuma itu respon Icha. Ya gimana masa mau khawatir? Terus ke kelas Mark gitu?

Deket aja kagak.

"Aduh bukan itu, tapi masalahnya dia gak mau di kasih apa-apa. Padahal maag nya kambuh!"

"Tadi dia ikut olahraga juga gak si?" Tanya Rika yang diangguki Chungha.

"Gimana kak?"

"Mendingan kita ke kelas Mark dulu, kasihan nanti makin sakit dia." Ucap Lia final karena dari tadi mereka hanya diam.

"Yaudah deh, gue ke kantin sendirian aja. Gapapa, good luck ya!" Sahut Icha tapi saat Icha mau ke kantin, lengannya di tahan Rika.

"Ikut kali, lo kan yang paling kenal dia."

Icha diam, berpikir sebentar kemudian menghela napas saat sudah memutuskan. "Yaudah, gue mau beliin dia makan dulu."

"Nah, gini dong! Kalo gitu kita kesana duluan ya," pamit Lia yang hanya dijawab Icha anggukan.



Icha sudah membeli satu bungkus nasi krawu dan beberapa donat kesukaan Mark. Sekarang ia menuju ke kelas Mark, tapi harus melewati kelas Jeno dan Jaemin karena Icha lewat jalan dari kantin.

"Kak, pstt!" Icha tetap jalan melewati kelas Jeno dan Jaemin, karena dia tidak ada minat untuk merespon panggilan mereka berdua.

Untungnya kelas Mark tidak terlalu jauh, jadi Icha tak perlu menjadi pusat perhatian karena melewati koridor kelas delapan.

"....nah, itu anaknya. Lo lama banget si gilak!" Ucap Rika membuat Icha berdecak kesal.

Icha meletakkan makanan yang dibelinya untuk Mark di meja Mark.
"Nih, dimakan. Gak usah banyak alasan gak mau minum obat juga!" Gumam Icha yang hanya didengar Mark, Lia, Rika, Chungha sama sohibnya Chungha.

Mark yang sedang menelungkupkan kepalanya di bangku pun menegakkan kepalanya, matanya merah banget.

Seketika Icha panik, "misi nih," ucapnya kemudian tangannya memegang dahi Mark.

Panas.

Banget.

"Rik, lo bawa paracetamol gak?" Tanya Icha, Rika dan Lia dengan cekatan mencari obat yang diminta Icha.

"Ha, tolong ambilin minyak kayu putih dong." Pinta Icha kepada Chungha dan langsung dikerjakan oleh Chungha.

"Lambung lo masih sakit?" Tanya Icha, Mark hanya menjawab gelengan.

"Sekarang yang sakit apa? Pusing?" Tanya Icha lagi, berasa jadi dokter dadakan dah.

"Nih," Rika memberikan obat panas dan Lia memberikan botol minum yang berisi air mineral ke Mark.

"Diminum habis makan ya," jelas Lia dan diangguki Mark.

"Sekarang lo makan, nanti biar dianter Chungha ke UKS." Ucap Icha setelah menata makan untuk Mark.

Sambil menunggu Chungha datang dan Rika-Lia beresin kotak yang berisi obat, Icha menatap sekeliling.

Temen sekelas Mark. Terutama para cewek.

Wajahnya ada yang cuek, ada yang khawatir.

Gilak si.

"Banyak ya yang perhatian sama lo, tapi kenapa pada gak berani kesini?" Gumam Icha.

Mark seketika menatap Icha, "ya karena ada lo." Jawab Mark lemas, Icha kaget.

Tumben banget gitu jawabnya singkat.

"Rik, udah kelar?" Tanya Icha berusaha mengalihkan pembicaraan.

Rasanya Icha kayak di usir secara halus sama Mark bor.

Rika menganggukkan kepalanya, "udah. Kenapa?"

"Ayo ㅡitu Chungha udah dateng. Mark, nanti jangan lupa diminum obatnya," ucap Icha terakhir sebelum meninggalkan kelas Mark, diikuti Rika dan Lia.

Sepertinya mulai saat ini Icha lebih baik tidak usah peduli lagi dengan Mark.

Icha terlambat.

Terlambat menyadari perasaannya sendiri, bodoh emang dia. Lagian sepertinya Mark sudah menemukan seseorang yang bisa membuka hatinya selain Icha.

Makasih, Mark. Lo udah bikin gue jatuh untuk yang kedua kalinya.

 Lo udah bikin gue jatuh untuk yang kedua kalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Friday, 18 January 2019

Bronis | Mark Lee [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang