Bagian 18

324 14 0
                                    

Mas Dodi tersenyum melihat tingkahku yang gemes terhadapnya.

"Kenapa dengan Hizam? Ketahuilah suamiku yang ganteng, cool dan pandai menyimpan rahasia...Bintang tak ada perasaan apa-apa lagi dengan Hizam. Seluruh jiwa raganya sudah buat Dodi Surya Prayoga, SE. Sejak dulu dan insyAllah selamanya sampai ke syurga,"

"lagi? Berarti dulu ada dong?" tanyanya menyelidik.

"Sedikit ... saat siganteng selalu berduaan sama Mbak Eni yang ...." Aku tidak melanjutkan ucapanku karena Mas Dodi memelototiku.

"Jadi?"

"Ya ... dulu, sekarang sudah tidak, sudah diiket mati sama Dodi Surya Prayoga. Nggak percaya?"

"Mas percaya ...."

"Terus?" sahutku tambah heran dengan pernyataannya barusan. Dari ucapannya ada sesuatu yang disembunyikan.

Dia melepas kedua tanganku yang masih bertengger manis di pipinya, tangannya beralih ke bahu. Sesaat tak ada kata yang terucap hanya mata kami yang bertemu, dan, kamu tambah lucu kalau lagi gitu, gemesin ...." ucapnya dengan mencubit kedua pipiku.

"Mas ... jail banget sih."

"Gemes."

"Sakit tahu ... Bintang kesel tapi Mas Dodi malah becanda."

"Mas nggak becanda gemes dan laper banget."

" Tu ... kan, menghindar lagi. Ap ...."

Dia memelukku sebelum  kalimatku selesai.

"Makan dulu baru, Mas ceritakan semuanya. Kamu juga belum makan... kalau masih diam, Mas makan ni," ucapnya kemudian.

Tangannya kembali menghapus air mata yang masih menetes. Aku sendiri juga heran kenapa gampang banget air mata ini keluar, padahal biasanya tidak. Apa ada hubungannya dengan hormonal? Entahlah yang jelas memang sejak hamil aku gampang mengeluarkan air mata.

Aku lihat meja makan sudah sepi berarti orangtua dan ketiga adikku sudah pada makan. Kali ini ibu membuatkan becek, makanan kesukaanku. Mas Dodi makan dengan lahapnya, berarti dia bener kelaperan. Istri apa aku ini yang nggak peka pada suami.

Aku ingat salah satu nasihat ibu  kemaren, 'kalian itu walaupun sudah lama kenal tapi belum saling mengenal, suatu saat pasti akan datang orang -orang di masa lalu yang mungkin akan mempengerahui rumah tangga kalian. Kuncinya kalian harus saling percaya dan ingat tujuan menikah adalah untuk ibadah sepanjang hayat, selain orang di masa lalu pasti juga akan ketemu dengan masalah di depan.'

"Mau nambah, Bi ... kenapa bengung saja?" tanya Mas Dodi mengagetkanku.

"Sudah, Mas. Maaf ya kalau Bintang nggak peka. Nambah ya, ternyata Mas yang kelaparan," ucapku sambil mengambilkan sayur karena dia menunjuk sayur. Di rumah masih jarang aku masakin seperti itu kalau toh masak rasanya masih belum seenak ini.

Setelah selesai makan, kami duduk di halaman rumah, di kampungkurumah masih jarang-jarang sehingga leluasa untuk bersantai, bahkan masih bisa melihat langit luas dengan pemandangannya yang indah. Langit yang gelap penuh bintang karena saat ini masih tanggal muda, jika tepat dibulan purnama bulan akan sangat indah dilihat dari depan rumah ini. Dulu aku suka menghabiskan waktu disini jika sedang suntuk atapun banyak pikiran.

"Bi, nanti saja cerita Hizamnya , kita nikmati dulu malam yang indah ini tanpa gangguan siapapun walaupun hanya sekedar cerita. Lagipula nggak terlalu penting kok,"

"Nggak penting tapi aku dicuekin," protesku

"Mas nggak cuekin kamu lho, tiap hari masih Mas anter jemput, temenin kemanapun kamu pergi, Mas layani semua kebutuhan kamu ...."

Romansa BintangWhere stories live. Discover now