37

108 7 0
                                    

Kenapa aku berada di tempat yang  gelap, tak terlihat apapun. Aku mengucek mata, berusaha mencari secercah cahaya atau ini hanya kesalahan. Dadaku sesak, langkahku gontai sehingga sangat payahbuntuk berdiri. Aku beristighfar berharap mendapatkan ampunan dan jalan keluar. Walaupun aku sendiri bingung sedang berada di mana sekarang, terlebih lagi aku lupa kenapa hatiku sangat sakit dan sesak begini.

Sinar terang di depan membuat mataku silau. Saat aku ingin pergi suara tangis bayi membuat langkahku berhenti. Aku menoleh, seorang bayi montok duduk di sana. Sekarang dia tersenyum dan tertawa. Hatiku menghangat, melupakan segala hal. Bahkan langkahku makin ringan apalagi saat bayi itu juga mendekat. Saat aku berhasil menyentuh  tangan bayi itu seketika tempatku menjadi terang juga.

"Ma ... mama sudah bangun?"  tanya Mas Dodi sambil menggoyangkan tanganku.

"Eh, Mas," ucapku sambil mengucek mata. Aku mimpi atau berada di alam lain? Bayi montok, apa ini petunjuk agar aku bertahan. Mempertahankan pernikahan setelah dikhianati? Aku ragu bisa menjalaninya, sekarang saja aku hancur tak bisa berbuat apa-apa.

"Kamu pingsan cukup lama, Mas bingung. Kita ke dokter ya? Atau Mas panggil Intan."

"Nggak usah, Mas. Bintang takut nggak  bisa menahan diri untuk bercerita atau menangis"

Mas Dodi  diam menunduk, dia mengusap sudut matanya. Aku tahu dia sedih tapi bagaimana denganku.

"Mas suapin," ucapnya sambil  menyendok makanan dan  mentuapkan padaku. Aku tak bergeming tapi dia juga tidak menyerah.

"Demi anak kita, Sayang, demi kamu yang Mas cintai."

Aku malas menanggapi, kubuka mulut untuk menerima suapannya. Demi anakku, dia tidak salah  jadi aku tak bisa menghukumnya.

"Sudah, Mas ... rasanya seperti menelan batu. Baru tiga suapan, aku tidak sanggup lagi menelannya."

Mas Dodj tetap memaksa tapi aku juga setia menolak. Akhirnya dia membuatkanku teh manis.

"Kita ke makam Mas."

"Iya, mandi dulu ya. Jangan nangis lagi."

"Apa dia menghubungi?"

Mas Dodi menggeleng dan berkata tidak..ponselnya dia berikan padaku. Apa yang terjadi dengan wanita itu? Apakah dia hancur dan patah hati? Bukankah katanya dia tahu jika Mas Dodi punya istri dan anak, kenapa nekat berhubungan?

"Ma ...." Mas Dodi mau memapahku ke kamar mandi, tapk aku menepis tangannya dan berusaha jalan sendiri.

"Maaf, Mas." 

"Kamu lemas."

"Tidak."

Aku  berjalan tertatih ke kamar mandi, mengguyur badan dan kembali mengeluarkan air mata. Apalagi saat kuraba perutku yang sudah membuncit di usia sepuluh minggu. Aku sangat sedih, berarti dia hadir saat papanya juga sedang bersama wanita lain. 

Aku menjerit dan menangis keras di kamar mandi. Mas Dodi mnggedor pintu dan berteriak memanggilku. Tubuhku meluruh di aidit kamar mandi. Air mata kembali berderai, dan aku kembali meraung. Mas Dodi berhasil mendobrak dan segera memelukku dengan handuk.

Aku kembali meraung, tangisku makin kenceng dalam pelukannya. 

"Menangislah jika membuatmu lega, Sayang. Tapi kita keluar kamar mandi dulu ya."

Aku sudah tak bisa bergerak apalagi menepis. Seluruh tulangku juga terasa lepas semua.

"Bi ... kamu wanita yang kuat ...."

"Tapi tidak un-tuk diselingkuhi, Mas," sahutku cepat dalam tangisan.  Sebenarnya aku juga heran kenapa bisa menangis sekeras ini. Sepertinya sekarang hatiku yang bicara.

"Maaf ...kamu mau kan memaafkan, Mas."

"Apa semua akan kembali jika Bintang memaafkan Mas?"

"Memang tidak bisa, Mas juga  nggak tahu kenapa bisa terjadi?"

Mas Dodi manarik rambutnya dengan kasar. Aku juga tidak menyangka Mas, kamu bisa berbuat seperti itu. Mama sudah sangat baik mendidikmu, apa memang aku yang salah? Tidak bisa melayaninu dengan baik sehingga kamu berpaling.

"Kamu mencintainya, Mas?"

"Khilaf Ma,"

"Kamu mencintainya,Mas?" 

"Nggak tahu, Bi. Mas hanya mencintaimu ... dia hanya kekhilafan Mas."

"Kalau khilaf nggak mungkin serahun dan diulang-ulang, Mas."

Mas Dodi memohon agar aku tak membahas lagi. Dia khawatir dengan kesehatanku dan sang bayi.

***

Aku kembali menangis setelah berada di makam mama. Aku tidak tahu apakah tindakanku benar atau salah. Bicara dan mengadu di atas pusara mama. Menceritakan perbuatan Mas Dodi, dia juga menangis tergugu tidak seperti kemaren. Di depan pusara mama pula aku bilang mau memaafkan perbuatannya tapi tidak tahu dengan kelanjutan huhungan pernikahannya.

Aku masih belum bisa menjawab ketika Mas Dodi meminta agar aku tetap bertahan. Bahkan dia bersumpah tidak akan menceraikanku.

Hatiku terluka dan sakit, walaupun bisa memaafkan tapi tidak tahu ikhlas atau hanya  dimulut saja. Apakah aku kuat bertahan dan harus bertahan demi anak-anak? Apakah baik seperti itu?

Kami keluar dari area pemakaman, mataku melihat es kelapa muda hijau. Mungkin bisa membuatku segar dan bertenaga. Mas Dodi sangat senang, dia membelokkan mobilnya ke area tersebut.

Deg

Jantungku bedebar kencang lagi saat turun dadi mobil, melihat sosok tersebut.

👇
Mampukah, Bintang bertahan? Lanjutkan hanya di KBM APP.

Romansa BintangWhere stories live. Discover now