Bagian 34 revisi

328 15 3
                                    

Mobil Mama mengalami kecelakaan ketika menuju rumah kami, dan saat ini Mama, Papa dan Adik sedang berada di ruang UGD.

Aku, Mas Dodi dan beberapa keluarga dekat berada di ruang tunggu, aku menguatkan Mas Dodi yang terlihat sangat sedih dan gelisah. Hampir setengah jam kami menunggu dan akhirnya dokter pun keluar.

"Keluarga pasien"

""Iya Dok, saya anaknya." Sahut Mas Dodi cepat dan langsung menghampiri dokter, aku mengokuti di belakangnya.

"Kondisi anak dan bapajnya sudah stabil tapi masih pingsan sedangkan ibu......."

Dokter menghentikan ucapannya, membuka kaca matanya, dan langsung memeluk Mas Dodi yang memang masih kerabatnya.

"Ibu.....kenapa Om."
Mas Dodi melepaskan pelukannya.

"Yang sabar ya Nak, Ibu sudah dipanggil Allah."

Seketika Mas Dodi berteriak, menghambur ke dalam tanpa mempedulikanku, aku mengikutinya dengan perasaan hancur dan rasanya tak sanggup berjalan. Ibu yang sangat baik, yang sangat perhatian dan segalanya bisa dijadikan contoh. Telah pergi untuk selamanya.

Mas Dodi menangis histeris, memeluk dan menyiumi wajah ibu.

"Ibu.....kenapa Ibu pergi begitu cepat, Mas belum bisa memberikan kebahagiaan buat Ibu, Mas belum bisa menjadi yang seperti Ibu inginkan........"

Suaranya terdengar parau dan begitu menyayat hati. Aku juga merasa sesak di belakangnya. Terbayang semua kebaikan ibu, bagaimana dia meyakinkan aku meraih mimpi, menikahkan aku dengan anak yang sangat dia sayang dan selalu menguatkanku dikala orang lain meremehkanku.

Mas Dodi memeluk tubuh ibu dan menangis sesenggukan. Aku juga sangat terpukul dengan kematian ibu, aku berjalan mendekati Mas Dodi yang masih memeluk jasad ibu. Tapi tiba-tiba pandanganku kabur dan aku tak tahu lagi apa yang terjadi.

Setelah sadar aku berada di kamar Mas Dodi, dia terlihat sedih dan memijit kakiku.

"Mas.....Ibu....." Aku takut tidak bisa melihat ibu yang terakhir kalinya.

"Ibu sedang dalam perjalanan ke sini. Mama baik -baik saja kan."

"Iya Mas, maaf Mama malah merepotkan."

Dia memelukku sangat erat dan kembali menangis sesenggukan. Kemudian aku melepaskan pelukannya dan memegang erat tangannya.

"Kamu sama pentingnya dengan Ibu Ma, Papa sangat khawatir tadi, Mama lebih terpukul dari Papa rupanya."

"Adik dan Papa bagaimana Mas?"

"Papa dan adik belum sadar, kecelakaan itu sangat dasyat Bi, mobil Papa sampai tidak berbentuk.......bagaimana ......orangnya juga......."

Mas Dodi tidak bisa melanjutkan kata-katanya, aku memeluknya dan mengelus punggungnya.

Tak lama kami dikabari kalau jenazah sudah tiba, kami segera keluar menyambutnya. Hati kembali rapuh tapi aku harus kuat, ada beberapa hati juga yang harus aku jaga.

Tangisan dan jeritan kembali terswngar dari saudara dan kerabat. Kami semua sangat terkejut sehingga membuat kami histeris.

Mas Dodi duduk di samping jenazah dengan membaca ayat-ayat Al Qur'an sambil sesekali menyalami tamu, aku terus di sampingnya untuk memberi kekuatan.

Urusan pemakaman dan yang lain, sudah ada yang mengurusnya.

Kesedihan kami bertambah saat mengantarkan ke makam, Papa dan Adik masih terbaring koma di rumah sakit.
-------

silahkan kritik dan sarannya
Next

Romansa BintangWhere stories live. Discover now