Bagian 13

373 23 0
                                    

Aku terbangun jam dua dini hari, rasa haus dan gerah yang membuatku membuka mata. Padahal sebenarnya aku males beranjak dari pelukan tangan kekar ini.

Mas Dodi masih pules, kupandangi wajahnya yang tampan dengan suara dengkuran halusnya. Setelah menggeser tangannya dan mengusap kepala, aku beranjak dan menuju dapur. Begitu dahaga hilang, aku segera menuju kamar, tapi saat menuju ranjang handphone berulang kali berbunyi tanda pesan masuk. Aku segera membukanya, ternyata Nuri memberitahukan bahwa dosen pembimbing menyediakan waktu hanya besok pagi.

Aku buka laptop dan mengecek skripsi, ada beberapa yang masih aku blok dan harus diperbaiki.

Suasana yang hening membuatku terlarut dengan laptop dan buku-buku sehingga tidak menyadari waktu terus berjalan. Aku tahu dosen pembimbingku bukan orang yang mudah, jadi harus dipersiapkan dengan matang. Besok adalah bimbingan terakhir menuju sidang, aku harus bisa. Semangatku yang tinggi mengalahkan rasa lelah dan kantuk.

"Bi...kamu nggak tidur?"

Tiba-tiba Mas Dodi sudah ada di belakangku, memainkan rambut dan meletakkan kepalanya di bahu. Spontan aksinya Membuatku menghentikan tangan di keybord.

"Mas, sudah bangun?"

Aku elus pipinya dan kuhadapkan wajahku padanya, matanya masih merem.

"Kamu ini ya, ditanya malah nanya. Sudah hampir subuh ini,  Sayang, aku cari-cari gulingku hilang...nggak tahunya di sini. Untung nggak jauh."

Suaranya manja dan parau nyaris tidak terdengar.

"Mas ngigau apa sadar, sih? Aneh,  bicara sambil merem, " gerutuku.

Tiba-tiba dia berteriak mengagetkanku dan kami tertawa bersama di pagi buta.

"Hari ini bimbingan terakhir Mas, ada beberapa yang harus aku perbaiki," kataku dengan mata kembali ke laptop. "Sekarang Mas mandi dulu aku mau cek sekali lagi terus gantian, Mas yang cek ejaannnya, mau kan?" lanjutku.

Dia memegang kedua tanganku dan menciumnya.

"Wih, bales dendam."

"Tapi nggak akan ada yang dateng sekarang, hehe,"

"Masih inget saja."

Ya...iya lah Mas, aku sangat ingat.Kalau menurutku justru hari itu aku anggap pengukuhan cintamu padaku, hehe..sok lebay.

Aku ambilkan handuk untuknya sebelum berteriak. Tanpa mengulang kata, suami gantengku itu masuk kamar mandi. Aku langsung mengecek sekali lagi, menyimpan baik-baik di laptop dan flesdisk.

Sepuluh menit kemudian, kami gantian. Belum masuk waktu shubuh jadi masih ada waktu agak leluasa. Aku buatkan kopi untuk menemani mengecek skripsiku. Saat Adzan shubuh semua sudah beres. Aku rapikan Laptop, Mas Dodi pergi ke Masjid. Aku langsung membuat sarapan karena tidak mau hariku kacau. Aku harus berangkat pagi agar prepare segalanya.

Kebetulan Mas Dodi tidak rewel dengan pakaianku kali ini, Dia hanya melihat sebentar, tersenyum dan berangkat. Barangkali kebahagiaan semalem ada pengaruhnya di pagi ini.

***
Aku mendapat giliran yang pertama, isi skripsi sudah ok tinggal beberapa ejaan yang salah.

Aku lihat jam baru nunjukkan pukul 11, pesan sudah kukirim ke Mas Dodi untuk menjemput tapi belum ada balesan, mungkin lagi ramai di bengkel.

Aku menunggu di Masjid, kukirimkan sms padanya sekali lagi karena belum ada jawaban sama sekali.  Ketika memasuki masjid kampus yang dingin dan sejuk mataku mulai beraksi minta dipejamkan, beruntung ada teman-teman yang bergabung jadi hilang kantuknya sampai azan tiba.

Romansa BintangWhere stories live. Discover now