Bagian 26

274 15 0
                                    

Silahkan tinggalkan vote dan komen ya.

Hari ini aku ikut ke bengkel, sedih juga melihatnya. Bengkel yang biasanya ramai dengan konsumen kini sepi.

Mas Dodi belum belanja onderdil dan aksesoris motor serta mobil. Uang tabungannya terpakai untuk perbaikan dan gaji dua karyawannya. Sementara pemasukannya baru berasal dari penjualan bensin, tambah angin, tambal ban, dan ganti oli.

Untuk pengecetan dan modifikasi motornya belum normal karena ada alat-alat dan bahan yang belum terbeli. Padahal pemasukan terbesar dari situ.

Dia memang tidak pernah mengeluh, malah selalu minta maaf karena belum memberiku jatah bulanan sejak kebakaran.

Aku bisa membayangkan betapa berat pikirannya ditambah kasus Nania. Semoga Nania tidak berulah lagi. Peristiwa semalam semoga memberikannya pelajaran berharga, walaupun aku agak simpati mendengar masa lalunya.

------

flasback

Saat kami mau pulang semalam Pak Budi menemui Nania di kamarnya tapi Nania malah marah dengan mengacak-acak kamar. Pak Budi langsung pingsan dan terkena serangan jantung.

Mbak Tuti asisten rumah tangganya berteriak minta tolong dan kami segera membawanya ke rumah sakit.

Sepanjang perjalanan Mbak Tuti cerita kalau Nania dulu sangat ceria tapi setelah mamanya meninggal diusianya yang sepuluh tahun Nania menjadi pendiam dan suka histeris.

Semalampun Nania tidak ikut mengantar Bapaknya karena dia sendiri masih kacau. Mbak Tuti menghubungi keluarganya setelah tiba di rumah sakit. Kami langsung pamit pulang setelah keluarganya datang. Kata mbak Tuti dia akan baik kembali setelah melihat kondisi ayahnya. Dia akan menurut apa yang diminta sang papa, karena hanya papanyalah orang yang masih sangat peduli pada dia.
------

"Ma, Dik Fadhil tidur ni, Mama ke rumah dulu, ya? Kasihan dia."

Aku mengambil Fadhil yang ada di gendongan Mas Dodi dan membawanya ke rumah mama.

Hari ini kami mengadakan aqikah Fadhil di rumah mama. Kami tidak perlu memasak karena mama mengundang tukang masak, rencanya setelah masak, kami makan bersama dengan keluarga dekat dan membagikannya ke tetangga. Bapak yang akan mencukur rambut Fadhil karena yang lain tidak berani.

"Mbak Bintang ada yang mencari, sudah menunggu di ruang tamu," kata Mbak Sri.

Setelah menidurkan Fadhil Aku segera keluar kamar, betapa terkejutnya aku melihat tamu yang datang. Mas Dodi yang baru datang aku ajak menemani.

"Tria, Hizam ... ada apa? Kalian pengantin baru sudah keluyuran." Aku memeluk Tria dan memposisikan duduk di sampingnya. Mas Dodi yang juga ada di situ duduk berhadapan dengan Hizam.

"Ibu sakit Bi, makanya kami ke sini sekalian ketemu kalian, mau minta maaf." Tria menggenggam tanganku dengan erat.

"Katanya ibumu sakit, tapi minta maaf maksudnya apa sih? Aku nggak ngerti Tria?"

Aku menatap Mas Dodi, dia mengangkat alisnya tanda nggak ngerti juga.

"Begini ceritanya Bi, tadi kami istirahat sambil lihat video pernikahan kemaren, tiba-tiba ada wajah kalian yang sedang dimarahi ibu, karena suaranya kurang jelas Mas Wan tanya ke ibu tapi ibu malah marah, Mas Wan juga naik pitam akhirnya ibu pingsan."

"MasyaAllah, kami tidak apa-apa kok, ya ... Mas?" aku melihat Mas Dodi meminta persetujuannya.

"Iya ... kami sudah memaafkan dan melupakannya. Toh kita sudah punya pasangan masing-masing. Bener nggak Mas Hizam?" Mas Dodi angkat bicara.

Romansa BintangWhere stories live. Discover now