19 : Amarah

11.6K 1.5K 122
                                    

Vote before reading ❤
Vote sebelum baca, okay?

Enjoy~

Enjoy~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+


"Iya, ini saya. Kenapa? Kamu kaget? Kaget kalau ketauan mau jalan sama cowok lain?" hati gue seketika mencelos denger omongannya.

Niat gue buat nerima permintaan baik orang, terus mau ketemu lebih cepet sama dia malah disalah artikan.


"Na, ini siapa?"

"Lo masih nanya gue siapa? Gue suaminya." Bang Wonwoo langsung natap Kak Eunwoo tajam.

Gue bahkan bisa ngerasain tatapan perselisihan diantara keduanya.





"Lo ngaku-ngaku jadi suami Alana? Jelas-jelas dia baru masuk kuliah masa iya udah punya sua-"

"Terus ini apa?" tangan kiri gue diangkat tiba-tiba sama Bang Wonwoo. Dia juga ngangkat tangan kirinya yang disematin cincin pernikahan kami berdua. Pertanda kalau omongannya perihal dia suami gue itu asli.

"Heh, cincin mah semua orang juga punya. Bisa aja kan lo beli cincin yang kebetulan sama kayak punya Alana?" tantang Kak Eunwoo lagi.

Sumpah, mata gue mulai memanas pas liat nafas Bang Wonwoo yang mulai menggebu-gebu.


Bang Wonwoo cuma ngedengus kecil dan narik tangan gue kasar. "Ayo pulang."

Tangan gue ditarik lagi, sama Kak Eunwoo. "Eh tunggu! Apa-apaan sih lo?! Na, bilang sama gue, dia beneran suami lo?"





"I- iya kak." air mata gue mulai ngalir. Gue gak suka dikasarin.

Gue liat Kak Eunwoo cuma ngehela nafas kasar. "Orang kayak gini yang jadi suami lo? Gue lebih pantes, Na."












Bugh









"Jaga omongan lo!" teriak Bang Wonwoo setelah mukul Kak Eunwoo sampai kesungkur ke belakang.

Gue bahkan teriak kaget dan buru-buru bantu Kak Eunwoo buat bangun.



"Abang! Apa-apaan sih?!"

"Kamu yang apa-apaan! Saya tinggal sebentar aja udah gatel ke cowok lain. Lupa kalau udah punya suami?!" bentaknya gak kalah keras dari tadi.

Gue bahkan udah ngepalin tangan untuk nahan amarah.

Pertama, dia nuduh gue dan Kak Eunwoo tanpa dasar. Kedua, dia gebuk Kak Eunwoo -yang baik banget sama gue- sampai bibirnya robek dan berdarah. Ketiga, dia udah bentak gue dengan suara yang bikin seluruh isi kampus nengok ke sini.

"Sekarang, pulang." katanya tegas dan lagi-lagi narik gue dengan kasar.

Gue natap Kak Eunwoo dengan tatapan bersalah. Gue gak sengaja liat Bunga dan ngasih isyarat supaya dia bantu Kak Eunwoo beresin lukanya.

Ini pengalaman terburuk gue? Iya. Bahkan ayah gak pernah bentak gue sekeras Bang Wonwoo barusan. Ayah selalu bilangin gue dengan lembut, bahkan saat gue bilang mau ke rumah temen cowok malem-malem.


"Masuk." katanya dingin. Gue buka pintu sendiri. Bahkan gak ada nada bicaranya yang melembut sedikitpun.









Brak


Dia banting pintu mobil bikin gue kaget. Makin jadi aja tangis gue. Sesenggukan pula. Bikin gak bisa nahan dan otomatis bikin suara tangisnya terdengar pilu dan menyedihkan banget.

Gue yakin Bang Wonwoo denger.



Gue yakin 100%

Tapi apa dia kasian? Apa dia masih punya hati buat sekedar minta maaf atas perlakuannya tadi?





Gue sampe di depan rumah. Setelah kunci pintu mobil dibuka, gue langsung turun dan masuk ke rumah. Tanpa babibu gue langsung jalan ke kamar.

Gue ganti baju dengan masih nangis. Pikiran gue sekarang, gue mau langsung tidur. Gue gak mau liat muka Bang Wonwoo. Kecuali terpaksa.

"Siapa suruh tidur?" lagi-lagi suara dinginnya nusuk telinga gue.

Gue yang awalnya udah masuk ke selimut langsung negang. Badan gue seketika keringet dingin. Bahkan gue bisa baca apa yang bakal dia lakuin.

"Alana, saya bicara sama kamu."

"Alana!" akhirnya gue bangun dari tidur gue dan duduk di pinggir kasur.





"Saya minta penjelasan kamu." dia jalan ke depan gue dengan tangan dilipet di dadanya. Bahkan tanpa nengok gue tau dia lagi natap gue tajem.

Dan itu bikin gue takut.



"D- dia cuma kakak tingkat Alana bang.."

"Oh, kating sampe nganterin gitu ya?"

"Dia nawarin, ya Alana iyain."

"Terus, kalau dia ngelamar kamu, kamu iyain juga? Iya?!" gue nangis lagi.

"B- bukan gitu bang.. Tapi- hmmph" badan gue ditarik sampai gue berdiri dan jatuh ke pelukannya.

Dan dia langsung melumat bibir gue dengan kasar, gak peduli gue kehabisan nafas atau nepuk dada dia dengan kenceng.

Dia dorong gue ke kasur dengan kasar juga. Nindihin badan gue. Ngebuka seluruh baju yang gue pakai.







Dan semua hancur hari itu. Pertahanan gue. Dan rencana gue.









Dan gue tau, yang ada di otak dia itu hanya emosi dan hawa nafsu.

















.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC





BANG WONWOO || Jeon Wonwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang