Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Oh.. Ini istrimu, Won?"
"Lili?"
"Kenapa? Lo kaget liat gue? Enak ya, langsung nikah. Sedangkan gue bertahun-tahun nunggu suami lo ini."
Gue gak tau harus gimana. Sekarang Lili udah nangis sampe mukanya merah. Pertanda dia nahan emosi sebisa dia.
"Mana janji kamu, Won, mana?!"
"Li, yang pertama pergi siapa? Yang pertama bikin jarak siapa?"
"Won, aku gak pernah berniat buat ninggalin kamu! Aku masih kecil dan perlu orang tua aku, dan papa pindah pun karena tuntutan pekerjaan!"
"Tapi aku gak mungkin nunggu kamu selama itu, Li!"
"Tapi kamu udah janji, Won! Kamu ingkar!"
"Li, kita emang gak jodoh. Jodohku Alana, bukan kamu. Kita emang gak ditakdirkan buat nikah. Dan hatiku juga gak sekuat itu buat nunggu kamu yang gak pasti."
Lili diem dan gak ngebales apa-apa. Gue cuma denger suara tangisnya yang pilu. Bikin gue juga berkaca-kaca karena gak bisa bayangin sesulit apa posisi mereka berdua.
Dipaksa pisah dalam keadaan gak pasti. Terikat janji di suatu hubungan yang gak pasti juga.
Lili yang awalnya nunduk langsung mendongak buat natap gue. Tatapan yang gak bersahabat. Dia kayak bukan Lili yang gue kenal.
"Seneng lo?"
"SENENG LO NGEREBUT WONWOO DARI GUE?!"
"Li, maksud lo ap-" sejurus kemudian dia langsung nerjang gue sampe punggung gue kebentur tembok lumayan keras. Dia cekik leher gue sampe gue rasa gue bisa mati sekarang juga.
"LILI!" Bang Wonwoo ngelepas paksa cekikan Lili sampai dia kedorong jauh. Gue langsung bersimpuh di lantai karena perut gue sakit.
Ya Allah, nak.. Tolong jangan..
"B- bang.. Sakit.."
"Astaghfirullah, Alana!" Bang Wonwoo langsung jongkok di samping gue.
Gue bisa ngerasain selangkangan gue basah, dan ada darah yang udah ngalir di lantai. "Na, tahan, kamu kuat. Kita ke rumah sakit ya."