Cinta adalah jebakan. Karena kita melihatnya sebagai cahaya, bukan bayangan.
.
.
.
"Kudengar kau membantu seorang murid baru?"
Jemari kurus itu sempat menghantikan pergerakannya sebelum kembali melanjutkan lagu yang tengah dibawakan, sepasang kelopak indahnya mengerjap lembut terlihat menikmati nada yang mengalun. Dimana memastikan tidak ada kecacatan pada permainannya itu.
Ting...
Dengan sengaja menekan salah satu tuts tanpa mengikuti tempo sebagai akhir kemudian beralih pada sosok pria dengan wajah layaknya boneka yang sejak tiga jam lalu mengawasi permainan pianonya "Bagaimana, Masumi-san?"
"Menakjubkan seperti biasanya, Jejung-san."
Jaejoong mengulas senyum puas dan kembali mengambil nada lain dengan tempo berbeda, dalam pergerakan jari yang lincah serta cepat, melodi yang tercipta benar-benar unik, tidak stabil namun mengagumkan.
Clek
Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Sungmin yang sedari kedatangannya sama sekali tidak diindahkan Jaejoong, ketika pemuda rupawan itu masih saja menggila di balik piano bersama Masashi Kutawa, seorang pianis Jepang yang memang dikhususkan untuk mengajari Jaejoong.
"Kau tahu sendiri jika hanya pemuda Jung itu yang dapat mengalihkan sang permaisuri dari kegilaannya terhadap piano,"
Sungmin hanya dapat mendecih, meruntuki kebodohannya yang malah mendatangi kediaman Jaejoong ketika pemuda rupawan itu tengah berlatih "Kenapa kau kemari? Menciptakan keributan besar seperti biasa sehingga paman Jeon mengungsikanmu?"
Jungkook mengedikan bahunya tak acuh dan mengambil posisi pada pinggir sofa dengan tatapan yang terarah pada Jaejoong, dirinya selalu saja merasa kagum oleh penampilan luar biasa Jaejoong "Tidak ada salahnya aku mengunjungi permata Kim sekaligus Jung yang tengah bermain di sana," merebut minuman Sungmin dan menenggaknya hingga tandas.
"Hey!" seru Sungmin tidak terima
"Tidak perlu menjerit seperti seorang gadis! Kau bisa memintanya kembali pada nona Yoon, lagipula rumah Jaejoong tidak akan kehabisan jus aneh kesukaanmu itu!" Jungkook lantas bangkit dari duduknya dengan ransel yang masih menggantung pada bahu kiri "Katakan pada si cantik itu jika aku akan menginap, bibi Kim telah mengizinkanku sebelumnya."
"Ya~ Ya..." sahut Sungmin tidak terlalu menanggapinya, tangannya sigap meraih telepon untuk menghubungi asisten pribadi Jaejoong dan kembali membawakannya minuman sehat yang wajib dikonsumsinya setiap kali mengunjungi Jaejoong.
Jus dengan campuran mangga, anggur, strawberry dan jeruk. Memang tidak terlalu sulit ditemukan, namun bagaimana dengan buah yang hanya diproduksi di Jepang serta harga yang sangat mahal, bahkan harus dipesan khusus?
"Ada yang anda butuhkan, tuan Lee?"
"Nona Yoon, bisakah aku mendapatkan jus yang sebelumnya kau bawakan?"
"Tentu saja, tuan Lee. Namun kami kehabisan anggur Ruby Roman, apakah anda ingin menggantinya dengan anggur Kyoho?"
"Baiklah~" Sungmin menaruh gagang telepon dan kembali memperhatikan permainan Jaejoong, ketika senyumnya mengembang cerah begitu teman rupawannya itu bangkit dari tempat keramatnya kemudian memberikan atensi penuh kepadanya.
"Apa yang kau lakukan di sana, Sungmin?" tanya Jaejoong seraya meraih sebuah handuk, bersamaan dengan kepergian Masumi.
Sungmin mendengus tak percaya, apakah sebelumnya Jaejoong sempat bertukar jiwa dengan benda mati yang disebut piano hingga tidak menyadari kedatangannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Blossom
FanfictionDalam sebuah drama, kisah seorang pria kaya raya yang mencintai wanita miskin dan lugu hingga rela melakukan apapun untuk mendapatkan sang wanita. Namun pada kenyataannya tidaklah seperti itu. Sang pria kaya raya bisa saja mencintai seorang wanita...