Blossom 20 (ENDING)

1.4K 116 6
                                    

Cinta adalah jebakan. Karena kita melihatnya sebagai cahaya, bukan bayangan.

.

.

.

"Kalau suatu hari nanti kau menyukai orang lain, lebih-lebih mencintainya, katakan padaku."

Alis dengan sentuhan indah itu terangkat tipis, seolah tengah mencari tahu maksud dari kalimat yang diterimanya bagai todongan senjata tajam yang mengancamnya. Baru saja mereka saling menumpahkan air mata sekaligus mengucap janji sakral di hadapan Tuhan dan para tamu undangan.

"Ada apa ini? Kenapa kau tiba-tiba saja mengatakannya?"

Omong kosong jika ada yang berseloroh pernikahan adalah hari paling indah dan ditunggu-tunggu. Nyatanya pernikahan hanyalah gerbang dari kehidupan baru penuh kejutan dengan dua kepala manusia yang disatukan. Hidup sendiri saja kadang merepotkan, ditambah beban orang lain pula.

"Aku hanya ingin lebih berhati-hati untuk kedepannya. Kita berdua telah melihat masing-masing pengalaman pahit kedua orang tua kita, dan aku tidak berniat mengukir garis takdir yang sama."

Jaejoong tersenyum, dirinya mulai menyukai sosok dewasa Yunho. Selain penampilan yang kian matang, pemikiran pria itu melampaui ekspetasinya.

"Lagipula siapa yang ingin tiba di meja hijau untuk perpisahan menyakitkan? Memangnya kau kurang puas dengan deritamu selama ini?"

Yunho membelai lengan Jaejoong sebelum membawa suaminya itu ke dalam rengkuhan. Menikmati pemandangan pantai dari balik pintu kaca hotel mereka menginap. Ini sudah lewat dari dini hari, waktu yang tepat untuk overthinking.

"Jika kau mencintai orang lain maka katakan saja. Agar aku dapat mengantisipasinya,"

Jaejoong memainkan gelas anggur dalam genggamannya sebelum menyesap kecil, "Bagaimana jika sebenarnya aku mencintai Eric dan sempat ingin hidup bersama pria itu?"

"Kau tidak akan melakukannya,"

Manik bulat Jaejoong mendelik terheran oleh balasan percaya diri Yunho, "Kau terlalu arogan, Jung."

Lekuk tipis pada bibir hati itu terlukis sama diantara ujung gelas anggur, "Jika memang kau mencintainya maka kau tidak akan menikah denganku, banyak peluang untukmu melarikan diri... bahkan Eric sempat mengunjungimu sebelumnya, bukan?"

Jaejoong tertawa keras sebelum mengecup gemas pipi Yunho, "Bahkan jika aku mencintai banyak pria dan wanita lain, hanya kau yang aku pilih."

"Biar kudengar alasanmu, Kim?"

Tubuh ramping itu beranjak dari dekapan Yunho untuk menumpukan tubuhnya di atas dada sang suami, "Karena hanya kau yang mengenalku, hanya kau yang memahamiku. Siapa lagi yang berani melawan seluruh keluarga Kim demi memintaku? Eric... meski dia pernah jadi dunia terindahku, nyatanya hanya kau yang berhak atas diriku." bibir ranum itu mencebil sambil menatap malas wajah Yunho yang hanya berjarak tipis dari wajahnya, "Lagipula aku ini bekasmu, mana mungkin aku membiarkan pria sebaik Eric menerimaku?"

"Hentikan," kilatan posesif menghiasi manik musang Yunho, "Kau bukan barang, bahkan jika ada orang lain yang pernah menyentuhmu selain diriku, itu tidak mengurangi hebatnya dirimu. Jangan merasa rendah hanya karena masa lalu kita berdua. Jika kau merasa rusak, maka aku juga sama... karena aku termasuk didalamnya."

Sekali lagi Jaejong tertawa, anggur dan tatapan dalam Yunho membuat perutnya begitu geli, "Apakah aku terlihat seperti pria yang haus seksual?" menaruh gelas kosongnya pada meja di sisi sofa sebelum mendudukan diri pada pangkuan Yunho, "Dari banyak pria yang kukencani, hanya kau yang kuizinkan menyentuhku, Yunho-ya..." mengibas kecil surainya yang menutup pandangannya dari wajah tampan sang suami, "Lagipula tidak ada yang sehebat kau dalam memuaskanku. You and your passion make me hard... make me turn on..." bisiknya pada telinga Yunho sekaligus menjilat kecil cuping pria tampan itu.

BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang