Cinta adalah jebakan. Karena kita melihatnya sebagai cahaya, bukan bayangan.
.
.
.
Yeji mengedarkan pandangannya ke sekeliling, matanya menangkap berbagai lukisan yang terpajang, dimana beberapa diantaranya tidak terlalu asing. Tempat ini sangat membosankan, seharusnya sejak awal dirinya menolak ajakan Jaejoong untuk meninggalkan 'istana' Yunho. Kini dirinya menyesal karena telah menerima tawaran Jaejoong untuk mengantarnya pulang.
"Tempat ini dipenuhi oleh banyak lukisan,"
Jaejoong hanya mengulaskan senyum simpul sebelum menghentikan langkahnya pada salah satu lukisan di sana "Tentu saja karena ini adalah sebuah galeri seni, kau tidak mungkin menemukan super mobil atau sejenisnya."
Tidak berniat menimpali ejekan Jaejoong ketika matanya mengikuti arah pandang pemuda itu "Apa yang kau lihat?"
"Vase of Flowers in a Window," senyum Jaejoong mengembang simpul "Lukisan karya Ambrosius Bosschaert. Bukan lukisan asli namun aku meminta pelukis lain untuk menirunya,"
"Bukankah itu ilegal? Kalian memplagiatnya."
"Tidak juga, kami mendapatkan izin resmi untuk melakukan hal itu."
Yeji mengangguk paham "Kudengar untuk mendapatkan izin resmi atas suatu hak cipta sangat sulit?"
Jaejoong mendudukan diri pada sebuah sofa, tepat dihadapan lukisan "Seni adalah suatu yang sangat berharga, para seniman menghabiskan waktu mereka dalam mencurahkan isi hati melalui maha karya yang mengagumkan. Tentu tidak sembarang orang dapat melakukan hal itu,"
Mengikuti Jaejoong dan kembali memandang lukisan yang memperlihatkan sebuah vas dengan berbagai macam bunga pada jendela. Tidak ada yang spesial, dan Yeji sama sekali tidak mengerti bagaimana Jaejoong memberikan seluruh perhatiannya pada lukisan itu "Bukankah lukisan seperti itu banyak? Kenapa kau harus repot-repot hanya demi sebuah lukisan bunga?"
Tawa tak percaya itu mengalun tanpa bisa Jaejoong cegah "Kau buruk sekali dalam hal seni, memang sejak abad ke-16 hingga ke-17 banyak orang yang membuat lukisan serupa. Pada era itu juga lukisan bunga disebut vanitas."
"Vanitas?"
Jaejoong mengedikan bahunya "Menggambarkan ketidaklayakan atau ketidakpentingan, dimana para seniman seolah tengah mempromosikan diri sendiri atau menonjolkan pribadi,"
Yeji sama sekali tidak menampilkan minat untuk mengetahui lebih jauh tentang lukisan yang tengah ditunjukan, sepertinya mereka benar tentang vanitas. Lukisan itu sangat biasa.
Dan Jaejoong menyadari hal itu "Apakah kau dapat menemukan pesan dari lukisan itu?"
Pertanyaan Jaejoong benar-benar menyudutkannya, menampilkan senyum kaku tanpa berniat mencemooh Jaejoong "Bukankah setiap bunga selalu menggambarkan tentang cinta?"
"Kau buruk sekali dalam menilai sesuatu,"
"Kau tahu jika aku bukanlah orang yang memahami seni begitu dalam." Yeji terlihat tidak ingin diremehkan.
Jaejoong mengulum bibirnya sebelum bangkit dari duduknya, bersedekap dihadapan lukisan tersebut dengan tatapan berkilat "Disana dikatakan tentang kesombongan, kau lihat ada beberapa bunga yang layu juga serangga yang menghiasi?"
Entah kenapa suara Jaejoong terdengar berbeda ditelinga Yeji, tatapan pemuda itu bahkan terlihat jauh lebih dingin dari biasanya. Dimana selama ini Yeji selalu melihat binar manis dari sepasang manik bulat yang membuatnya iri itu. Terlebih... apa maksud Jaejoong mengatakan hal itu?

KAMU SEDANG MEMBACA
Blossom
FanfictionDalam sebuah drama, kisah seorang pria kaya raya yang mencintai wanita miskin dan lugu hingga rela melakukan apapun untuk mendapatkan sang wanita. Namun pada kenyataannya tidaklah seperti itu. Sang pria kaya raya bisa saja mencintai seorang wanita...