Cinta adalah jebakan. Karena kita melihatnya sebagai cahaya, bukan bayangan.
.
.
.
Dentingan alat makan itu menghiasi sekitar, gelak tawa yang mengiringi serta obrolan seputar keseharian terus terdengar. Alunan piano menuntun langkah para pelayan yang menyajikan setiap hidangan. Gelas-gelas kaca yang disapu puluhan kali oleh kain putih serta piring-piring cantik dengan berbagai menu spesial dikeluarkan.
"Sudah begitu lama sejak aku kembali memperhatikan orang lain,"
Kalimat itu menunjukan keadaan yang tengah dilakukannya. Orang-orang yang memenuhi tiap meja tentu tidak akan membuang-buang waktu mereka untuk hal tidak masuk akal itu, mereka memilih untuk menemui orang yang memang mereka butuhkan dibanding memperhatikan kegiatan orang lain yang seperti omong kosong tanpa arti. Sedangkan dunia berbeda tengah terjadi di luar sana.
"Itu karena dirimu yang menjadi perhatian banyak orang selama ini,"
Gelas anggurnya kembali terisi dengan seulas senyum sebagai kesan ramah pada pelayan yang melakukan, "Aku merasa seperti waktu telah terhenti,"
"Kau mulai berkhayal, Yunhee-ah." jemarinya tergerak untuk mengetuk meja sekaligus menyadarkan wanita dihadapan "Apakah kau mulai merasa kesepian kini? Tidakkah kau ingin mengenalkan pada dunia akan calon keluarga Jung lainnya?"
Yunhee terkekeh kecil dan menenggak anggurnya perlahan "Kau sangat akurat dalam menggambarkan kita berdua, Ahra-ah. Lagipula adik-adik kita sudah lebih dulu menenangkan kekhawatiran para orang tua dalam hal pasangan, bukan?"
Ahra tentu membenarkan hal itu, baik Yunho dan Kyuhyun telah selangkah lebih maju. Meski salah satunya tercipta oleh keegoisan, "Aku tidak ingin mengasihani nasib kita berdua. Selama para diktator itu tidak mengikutsertakan diri, aku tidak perlu khawatir tentang pilihan hidupku."
Penyebutan Ahra dalam menggambarkan orang tua mereka memang cukup kasar, namun hal itu juga menjadi rahasia umum dalam lingkup mereka. Beruntunglah para wanita mendapatkan kelonggaran akan paksaan dalam membentuk kehidupan sempurna, ketika para lelaki yang ditekan untuk menjebloskan diri ke sana.
"Bagaimana kabar adik-adikmu? Kudengar Jaejoong baru saja kembali dari Chungnam,"
"Sepertinya kita memiliki kesamaan dalam memperlakukan mereka,"
Yunhee mengunyah sejenak makanannya "Jaejoong itu seperti pusatnya seluruh perhatian, ketika aku ingin tahu tentang para bocah itu maka aku hanya perlu mencari tahu tentang keadaan Jaejoong."
"Bagaimana dengan Yunho? Kau tidak mengkhawatirkan adikmu sendiri?" Ahra mulai penasaran dengan sikap yang ditunjukan Yunhee.
"Yunho?" hal yang membuat mata Yunhee terarah pada suatu titik "Aku selalu percaya jika dirinya akan bertahan dari apapun yang dihadapi. Remaja yang paling tangguh yang pernah aku temui, dia-lah yang membuatku yakin pada setiap pilihanku..." lekuknya terulas simpul untuk menyabut seseorang yang mendekati mereka "Kau terlambat, tuan muda."
"Aku harus mengantarkan Jaejoong pulang terlebih dulu,"
Ahra ikut memperhatikan kedatangan pemuda itu "Kau bahkan belum berganti pakaian?" mendapati seragam basket yang membalut tubuh kekar di sisi Yunhee.
"Ini," Yunhee mengulurkan sebuah paper bag "Bersihkan dirimu, di dalamnya ada key card dari kamar yang telah aku pesan."
"Terima kasih, nuna. Aku akan segera kembali."
Ahra menumpukan sikunya untuk menahan dagu "Beruntunglah dia seorang Jung sehingga hotel ini tidak akan mengusirnya. Pergi ke restoran dengan seragam sekolah di malam hari?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blossom
FanfictionDalam sebuah drama, kisah seorang pria kaya raya yang mencintai wanita miskin dan lugu hingga rela melakukan apapun untuk mendapatkan sang wanita. Namun pada kenyataannya tidaklah seperti itu. Sang pria kaya raya bisa saja mencintai seorang wanita...