Cinta adalah jebakan. Karena kita melihatnya sebagai cahaya, bukan bayangan.
.
.
.
Kembalinya Yunho ke kamar inap mengalihkan ketegangan dua orang di sana. Terdapat dua gelas kopi panas yang dibawa Yunho, "Oh, Yeonji nuna? Kapan kau datang?" Yunho menyapa wanita seusia Ahra itu. Tentu saja Yunho merasa harus bersikap baik terhadap keluarga Jaejoong.
Yeonji tersenyum lebar kemudian mendekati Yunho, dan merengkuh tubuh besar pria tampan itu "Kau jauh lebih tinggi dari pertemuan terakhir kita dulu."
Yunho sempat dibuat terkejut, namun juga tidak berniat membalas rengkuhan Yeonji. Lagipula mereka tidak terlalu dekat untuk saling berbagi pelukan, dan pertemuan terakhir yang dimaksud Yeonji adalah hal yang paling menyedihkan bagi Yunho.
Dimana Yunho yang pernah mengakui perasaannya kepada Yeonji dan malah dibalas dengan kepergian Yoenji dengan seorang pria asing, yang sekiranya kekasih wanita itu dulu.
"Ne," Yunho menjauhkan tubuh wanita itu darinya "Karena hampir dua tahun kita tidak bertemu, dan tentu banyak hal yang berubah di sini."
Jaejoong hanya mengulas senyum simpul, Yeonji seperti tengah memancingnya, "Ah, nuna. Bukankah kau berkata jika akan menemaniku membeli makan siang di luar?" tiba-tiba saja terpikir suatu hal di benaknya "Bagaimana jika kita pergi sekarang saja? Lagipula aku tidak ingin menunggu banyak antrian ketika jam makan siang nanti."
Yeonji menatap lekat Jaejoong ketika Yunho terlihat penasaran "Kemana? Kita bisa pergi bersama, aku yang akan mengantarmu."
Perhatian Yunho dapat dengan mudah didapatkan Jaejoong, yang tentu membuktikan kepada Yeonji bahwa pertunangan mereka -Jaejoong dan Yunho- sangat baik, "Tidak perlu. Aku hanya penasaran dengan restoran yang dikatakan Yeonji-nuna, burger di sana selalu habis bahkan sebelum menjelang malam. Pasti sangat enak!" Jaejoong melirik Yeonji penuh arti "Lagipula, jika kau ikut juga maka siapa yang akan menjaga mama?"
Yunho mengangguk kalah, dirinya juga tidak berniat menganggu reuni kedua sepupu itu. Mungkin saja mereka membutuhkan waktu berdua tanpa dirinya, "Gunakan mobilku, pastikan tidak mengebut dan tetap berhati-hati." Yunho mengempatkan diri untuk mengecup pipi Jaejoong usai memberikan sebuah kunci.
"Ne, Yunho-ya~" Jaejoong mengulas lekuk lebar begitu mendapati raut lain dari wajah Yeonji. Baru sebuah perlakuan manis kecil saja wanita itu sudah bereaksi, bagaimana jika dirinya mencium Yunho tepat di bibir hati itu? Mungkin Yeonji sudah terbakar di tempat "Ayo, nuna. Kita akan membeli banyak burger hingga mati kekenyangan."
Jaejoong melangkah lebih dulu, menyusuri lorong hingga berakhir di pelataran rumah sakit. Kepercayaan dirinya muncul begitu menaiki mobil di balik kemudi, pun pergerakannya terhenti usai menyalakan mesin "Tidak ingin masuk?" tanyanya pada Yeonji yang masih bergeming di balik pintu.
"Benar-benar pembohong ulung, tidak kusangka kau terlalu cepat besar." Yeonji mendudukan tubuh di samping kemudi, membiarkan Jaejoong membawanya meninggalkan gedung rumah sakit "Sangat tidak tahu malu." sindirnya.
"Kau menyebut dirimu sendiri?" Jaejoong melirik tenang dengan sebuah kacamata yang menghiasi wajahnya, sinar matahari terlalu terik dan keberadaan Yeonji cukup menyakiti pengelihatannya.
Yeonji membuang muka dan mematikan alunan musik yang mengalun "Apa yang akan kau rencanakan kini? Menculikku dan membuangku ke jurang kemudian bertingkah seolah-olah aku menghilang?"
"Kau terlalu banyak melihat drama picisan, Yeonji-ssi. Namun aku bisa menimbang hal itu jika kau terus membuatku kesal. Lagipula membunuhmu saja tidak ada untungnya bagiku, kau sama sekali tidak menarik untuk membuatku bekerja keras." Jaejoong memutar kemudi, meninggalkan kota kecil dimana Minyoung berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blossom
FanfictionDalam sebuah drama, kisah seorang pria kaya raya yang mencintai wanita miskin dan lugu hingga rela melakukan apapun untuk mendapatkan sang wanita. Namun pada kenyataannya tidaklah seperti itu. Sang pria kaya raya bisa saja mencintai seorang wanita...