Cinta adalah jebakan. Karena kita melihatnya sebagai cahaya, bukan bayangan.
.
.
.
Tiga puluh menit lagi akan menjadi pertunjukan yang paling berharga dalam hidup Jaejoong. Disekitarnya begitu banyak peserta yang juga akan memberikan penampilan terbaik mereka, namun hanya Jaejoong yang tidak didampingi oleh orang terdekat. Mungking ada seorang pelatih yang tengah mempersiapkan perlengkapan untuk penampilannya, hanya saja Jaejoong ingin menerima pelukan dari orang-orang spesial baginya.
Tangan Jaejoong tergerak untuk membuka ponsel, senyumnya melebar begitu menatap potret Minyoung yang tengah merengkuhnya. Foto yang diambil ketika dirinya berusia 10 tahun, dan saat itu mereka menumpang dengan keluarga Jungkook.
"Jaejoong-ah!"
Kepalanya menoleh dengan raut terkejut, mungkin Minyoung belum diberikan kesempatan untuk melihat penampilannya namun tidak bagi mereka yang hadir. Jaejoong merengkuh Ahra erat, wanita itu menjadi salah satu sepupu tersayangnya.
"Kupikir kalian tidak akan datang."
"Mana mungkin!" Sungmin berseru keras dan memberikan buket bunga untuk Jaejoong "Aku harap kau memenangkan kompetisi ini, Jaejoong-ah."
"Tersenyum, Jaejoong-ah!" Junsu menyempatkan diri untuk memotret Jaejoong dengan kameranya "Ini adalah 'hari'mu jadi kami pasti datang."
Yunhee mendekat dengan tangan yang dilebarkan "Tidak merindukanku, Jaejoongie?"
Jaejoong berbalas merengkuh Yunhee "Tentu saja aku merindukanmu, nuna. Kupikir kau melihat pertandingan Yunho."
"Oh, aku tidak cocok untuk melihat kebrutalan bocah itu. Lagipula dia tidak sendiri dan tidak ada yang perlu dicemaskan." kelakar Yunhee yang menghibur Jaejoong.
"Terima kasih," lekuk Jaejoong kian memekar indah, mungkin Yunho akan sangat menyesal karena belum pernah melihat wajah mempesona itu.
"Jaejoong-ah, aku yakin Yunho akan langsung memesan tiket penerbangan jika melihat senyummu tadi." ujar Ahra mengusap gemas pipi Jaejoong.
Pun kesenangan mereka tidak berlangsung lama karena Jaejoong sudah harus memasuki belakang panggung dengan beberapa peserta yang ada.
"Aku harus pergi."
"Ne! Semangat, Jaejoong-ah!" Junsu berseru.
"Tunjukan penampilan terbaikmu, Kim Jaejoong!" tambah Sungmin.
Dengan Yunhee dan Ahra juga ikut menyemangati Jaejoong tanpa menciptakan keributan seperti dua remaja lainnya.
Kegugupan itu tetap ada, ketika kepercayaan diri Jaejoong terus meningkat pesat. Jaejoong meyakini kemampuannya dan tidak gentar oleh penampilan hebat para saingannya. Lagipula Jaejoong sudah banyak berlatih hingga akhirnya tiba di panggung megah ini, rasanya seperti mimpi namun juga tidak bisa mengabaikan sakit dari perjuangannya secara nyata.
"Mama, aku harap kau dapat melihat penampilanku ini." gumannya sebelum menaiki panggung.
Sorot lampu sempat mengaburkan pandangan Jaejoong, wajah-wajah dingin para penilai memang sempat menciptakan ketegangan lain namun melebur begitu mendekati piano indah yang ada.
Sejenak Jaejoong menoleh ke arah panggung, sempat terkejut oleh keberadaan Eunhye namun tak berlangsung lama dengan lekuk simpul yang menghiasi bibirnya. Kemudian alunan melodi yang indah mulai menggema di sana.
.
Jemari itu menekan pasti setiap tuts dalam tempo yang tepat, mengikutkan perasaannya untuk berbaur hingga menciptakan harmonisasi nada mengagumkan, tidak ada raut berarti yang ditunjukan meski titik-titik keringat telah membasahi serta dahi yang mengercit dalam oleh tenaga yang dikeluarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blossom
FanfictionDalam sebuah drama, kisah seorang pria kaya raya yang mencintai wanita miskin dan lugu hingga rela melakukan apapun untuk mendapatkan sang wanita. Namun pada kenyataannya tidaklah seperti itu. Sang pria kaya raya bisa saja mencintai seorang wanita...