Cinta adalah jebakan. Karena kita melihatnya sebagai cahaya, bukan bayangan.
.
.
.
"Terima kasih karena telah membantuku,"
Yunho hanya mengangguk sebagai balasan, lagipula berbicara di meja makan sangat tidak sopan. Sesekali melirik jam yang melingkari pergelangan tangan, sudah pukul 9 malam dan Yunho harus memastikan gadis dihadapannya kembali. Dirinya bukan pria yang tetap membiarkan seorang wanita dibawah umur terus berkeliaran pada malam hari.
"Kau terlihat resah, apa yang terjadi?"
"Tidak ada," mengusap bibirnya dengan sapu tangan sebelum menenggak air hingga tandas "Tapi ini sudah terlalu malam, aku akan mengantarmu pulang setelah ini."
Yeji mengulum bibir menahan diri. Malam ini tidak akan pernah terlupakan. Rasanya seperti tengah berkencan, dimana Yunho yang malah membelikan hadiah omong kosong untuk adiknya, serta membawanya pada sebuah restoran mewah sekaligus membayar makan malamnya. Tentu saja sosok pangeran tampan dan kaya raya menjadi impian setiap gadis seusianya.
"Benar, maafkan aku yang telah merepotkanmu."
"Tidak masalah," Yunho beranjak diikuti Yeji "Lagipula kau adalah teman Jaejoong, aku akan menganggapmu sebagai teman juga."
Kalimat yang membuat binar Yeji lenyap "T-teman...?"
Yunho mengangguk cepat "Kau memperlakukan Jaejoong dengan baik, mungkin kita juga bisa menjadi teman pada normalnya."
"T-tapi," Yeji berusaha menyusun kata-kata yang hendak diucapkan "Yunho-ah, apakah kau memang mencintai Jaejoong?" menyamai langkah panjang Yunho meski hal itu sia-sia, terbesit rasa tak senang karena Yunho memarkirkan mobilnya cukup jauh dari restoran.
Yunho mengedikan bahunya "Itu bukanlah hal yang harus orang lain ketahui,"
"Kau... ditunangkan secara paksa, bukan?" Yeji terlihat tidak berpikir panjang ketika mengatakannya.
Kali ini keingintahuan Yeji cukup jauh "Paksa ya?" sejenak Yunho menghentikan langkah dengan pemandangan gedung bertingkat yang membentang. Jalanan Itaewon tidak akan pernah sepi dari hingar bingar manusia, semakin malam akan menjadi kian menantang untuk dijelajahi, "Paksa seperti apa yang kau maksud? Apakah kami terlihat seperti itu?"
Ah... lidah Yeji bagai ditarik secara paksa. Sepertinya dirinya salah berucap. Yunho memang tidak terlihat tersinggung, namun raut wajah itu menggambarkan ketergangguan. Ini seperti dirinya sudah kepalang basah, lebih baik langsung menceburkan diri saja.
"Hanya tahu... kalian terlihat seperti telah dijodohkan. Dan setiap perjodohan tidak ada yang pernah berakhir dengan baik,"
"Asumsimu cukup berani, Yeji-ah." Yunho hanya mengulas senyum tipis "Aku tidak mempermasalahkannya, karena aku tidak bisa menahan persepsi orang lain terhadap hidupku."
"Apakah kau tidak berniat mencari sosok lain yang memang kau cintai?"
"Ne?"
Yeji terlihat lebih berterus terang "Menjalin kasih dengan seseorang yang tidak kau cintai, tidak akan memberikanmu kebahagiaan. Kenapa kau tidak mencari kekasih lain?"
Alis Yunho tertaut geli "Apakah kau masih mempercayai dongeng di usiamu sekarang ini?"
"Yunho-ah," dahi Yeji menyiratkan keterkejutan.
"Jika hanya cinta yang aku pikirkan, maka akan ada banyak keluarga yang kesulitan. Mungkin kau bisa menilainya sebagai hubungan yang saling memanfaatkan, dan memang awalnya seperti itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blossom
FanfictionDalam sebuah drama, kisah seorang pria kaya raya yang mencintai wanita miskin dan lugu hingga rela melakukan apapun untuk mendapatkan sang wanita. Namun pada kenyataannya tidaklah seperti itu. Sang pria kaya raya bisa saja mencintai seorang wanita...