Blossom 18

1.2K 143 23
                                    

Cinta adalah jebakan. Karena kita melihatnya sebagai cahaya, bukan bayangan.

.

.

.

"Perlahan anak-anak! Jangan berlarian seperti itu!"

Sayup-sayup seruan seseorang tertangkap telinganya pun tidak membuatnya beranjak dari rasa dingin yang melingkupi tubuh. Kulit yang berkilap hingga akhirnya menciptakan kerutan pada beberapa sisi. Tidak lagi mengindahkan getaran kecil akibat suhu air yang kian rendah menyelmutinya, berikut pintu kamar yang terbuka diiringi suara nyalak dari dua ekor doberman dan hentakan heels kian memeka.

"Hey, masih banyak tempat untukmu melakukan niatan bunuh diri selain di sini. Aku tidak berniat mengotori tempat ini dengan upacara pemakaman."

"Kau sopan sekali, nuna." bibir hati itu mengulas lekuk tipis yang menyiratkan sinis, "Tidak malu melihat tubuh telanjangku ini?" tanpa ragu bangkit dari posisinya dan meraih sehelai handuk untuk menutupi area pribadinya dan meraih botol sampanye pada meja sisi bathtub, menuangkannya pada dua gelas kosong yang tersedia, ketika sang wanita sepenuhnya mengindahkan tingkahnya pun terus mengajam main dua hewan besar di sana.

"Kau yang tidak tahu malu, Jung." masih dengan tangan yang mengelus Meya ketika salah satunya menghampiri antusias Yunho yang singap mengusap lembut rambut kecoklatan Zeya, "Kasian para pangeran tampanku yang kau jadikan bocah broken home usai berpisah dengan Jaejoong beberapa tahun terakhir. Beruntunglah mereka memiliki bibi sebaik diriku."

"Tidak perlu terlalu memuji dirimu, ketika kenyataan sebaliknya." Yunho menenggak tenang sampanyenya diikuti Yunhee, "Nuna... apakah aku benar?"

Yunhee sontak menoleh, tidak didapati emosi berarti pada wajah tampan sang adik, berikut tatapan tajam yang begitu hampa, "Dalam hal?"

"Hidupku...?" pun Yunho tertawa begitu lirih seakan mengejek dirinya sendiri, "Aku sudah berhasil mendapatkan semuanya, bukan? Bahkan aku telah lepas dari segala kekangan masa lalu. Aku mendapatkan Jaejoong kembali, aku berhasil menaklukan puncak-puncak yang dulu terlihat mengerikan... kini tidak akan ada lagi yang berani mengusikku?"

"Yunho-ya..." Yunhee benar-benar dibuat bungkam oleh kalimat-kalimat yang tertuang itu, "Kau benar. Tidak ada yang salah atas pencapaianmu saat ini. Kau hebat, Yunho-ya. Kau adikku yang luar biasa, kau juga kebanggaan dari keluarga kami. Keluarga Jung, kau pemimpin yang mengagumkan bagi Big Flame. Tidak ada yang bisa menandingimu."

Mendengar omong kosong terbalut hiburan dari sang kakak malah kian menguatkan tawa Yunho, "Tidak kusangka kau itu bermulut manis, nuna. Kupikir kau hanya bisa menyumpahiku saja."

"Kau juga harus tahu keahlian terpendamku, Jung." seloroh Yunhee penuh tawa sebelum keheningan menyesakkan kembali melingkupi mereka, bahkan membuat Meya dan Zeya enggan berlama-lama di kamar mandi mewah itu, "Pakai bajumu dan temui aku di kolam renang."

Yunho tidak menimpalinya dan langsung menuruni Yunhee. Bertolak ke ruang lain dengan kepala yang begitu kosong. Situasi ini telah menjadi rekan setianya sejak begitu lama, pun sosok Jaejoong sempat melenyapkannya sesaat sebelum mengakar kuat tanpa bisa Yunho singkirkan.

Mereka bilang hidup ini seperti sesederhana angin yang menerbangkan daun kering, pun angin yang Yunho terima berwujud besar yang sanggup menghancurkan banyak hal. Mereka bilang hidup ini seperti aliran air sungai yang hanya mengalir ke depan tanpa perlu berbalik, sayang hidup dalam pandangan Yunho selalu lebih mengerikan dibanding ombak di laut.

"Bahkan dingin yang diterima kulitnya tidak sanggup mengalahkan yang dirasakan hatiku," guman Yunho yang memilih tetap bertelanjang dada dengan sehelai celana yang menghiasi kaki.

BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang