Misi pertama : Dendam si Gadis jelata

301 11 22
                                    

Angin berhembus sepoi menerbangkan beberapa helai surai gadis yang merenung diatas rooftop kedai tempatnya bekerja.

Matanya tampak sayu menatap kedepan, pandangannya tak tentu mengarah kepada langit gelap membentang tanpa bintang atau justru terfokus di sebuah bangunan megah tengah kota.

Dengan arsitektur klasik ala-ala bangunan kerajaan--- Istana sang Raja muda yang keindahannya masih tampak dari 3 kilometer tempat gadis itu menatap. Ia merapatkan kepalan tangannya, meremas secarik kertas lusuh yang sedaritadi ia pegang.

"Pertama, tidak boleh pesta. Kedua, membatasi area rakyat jelata di kota, ketiga pelarangan festival untuk warga. Apa lagi kekangan yang akan kau berikan pada kami, Raja Cieru..."

Gadis itu bergumam pelan seraya kembali melihat kertas lusuh di tangannya. Benda itu rupanya sebuah sobekan kabar berita yang telah dipublikasikan hari ini. Berisi tentang beberapa kebijakan sang Raja muda untuk mengatur negaranya.

Gadis ini adalah salah satu penentang dari semua kebijakan tak masuk akal yang ia terapkan. "Omong kosong" adalah komentar andalannya  ketika Raja Cieru mulai berpidato di tengah kota.

Kebenciannya ini bermula sejak ia kehilangan sosok sang kakak yang dikabarkan meninggal dalam tragedi 6 tahun lalu. Tragedi yang menghancurkan negara COSA sampai hampir setengahnya. Pembunuhan dan pembantaian merajalela hingga Raja Fran---Raja terdahulu beserta keluarga perlu meregang nyawa di tangan para pemberontak.

Masa paling kelam yang pernah Negara ini alami, masa paling tak jelas dan terus dikubur dalam-dalam tanpa alasan.

"... Hanya beruntung menjadi jendral ketika semua keturunan Raja dibantai, jika tidak mana bisa Cieru bodoh itu ada di posisi yang sekarang. Giliran dapat posisi, seenaknya memerintah..  Cih ..."

Ancang-ancang, sekuat tenaga ia lemparkan kertas itu ke udara. Beberapa detik benda itu sempat melayang hingga akhirnya terjatuh entah dimana.

Ia kembali menatap jauh kedepan. Fikirannya tak bisa lepas untuk terus menyusun rencana penyusupan ke istana, walaupun entah sudah berapa buku ia habiskan untuk corat-coret dan gagal tiap kali mencoba.

Rencananya yang mentah membuat ia tidak pernah bisa menyentuh gerbang Raja. Bahkan jika para prajurit melihat dia, mereka akan langsung berlari dan mengejar gadis itu untuk dijebloskan ke penjara.

Semacam menjadi burnonan cilik, gadis ini cukup berprestasi dalam membuat urusan dengan kerajaan sejak ulahnya yang semakin ugal-ugalan.

"Astaga... Obsesi ini lama-lama bisa membunuhku !" Ucapnya terlentang sembari mengusap wajah frustasi. Matanya beralih fokus pada langit malam diatas.

Ke-rahasiaan mengenai tragedi itu membuatnya semakin penasaran,  Kenapa Istana begitu menutup-nutupi hal ini dari masyarakat ?

Bahkan, ia sendiri saja tak bisa mendapatkan informasi jelas mengenai keberadaan sang kakak. Istana hanya melaporkan jika kakaknya---Mioku telah meninggal dalam tugas melindungi Raja Fran. Tentu saja, hanya laporan seperti itu tak akan membuatnya puas.

Pilihan untuk menyusup masuk kesana adalah hal paling masuk akal untuk menggali informasi lebih dalam. Mengingat tak ada satupun media yang boleh meliput atau membicarakan peristiwa ini.

Ia kembali bangkit.

"Aku bersumpah ! Aku akan bongkar rahasiamu, aku akan masuk ke istana itu dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada kakakku.."

Gadis itu bernazar sembari mengepalkan tangan kanannya ke depan. Mengarah persis ke Istana yang tengah ramai dibanjiri oleh tamu dan pemeriah pesta, mengingat ulang tahun COSA akan segera dilaksanakan.

.
.
.

Esok... Selama 3 hari mendatang...



===BERSAMBUNG===

GURO : The Girl, Prince and Sleeping StoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang