Keiko tidak menjawab sapaan 'aneh' dari gadis yang kini berdiri tepat dihadapannya. Matanya gelap dengan sorot tajam tak menyenangkan. Keiko tidak suka. Semakin gadis itu berjalan mendekat, semakin Keiko beringsut menempel pada Shine. Ia ketakutan.
"Jadi, kalian peliharaan baru Cieru eh ? Apa yang kalian lakukan sampai dikirim ke Neraka ini ?" Tanyanya lagi.
Alih-alih menjawab, Keiko justru menarik-narik baju Shine berharap agar gadis itu mau mengeluarkan suara. Namun, Shine tetap bungkam membuat gadis dihadapannya semakin sinis. Keiko hanya berani melirik dari ekor matanya.
"Kalian mengabaikanku ya ? Baru datang sudah cari masalah ?" Tampak gadis itu mulai tak sabar. Ia semakin dekat dengan Shine dan Keiko berada.
"B-berhenti d-disanaaa !!!" Paksa Keiko yang semakin ngeri didekati olehnya.
Tanpa sengaja matanya menangkap sosok gadis lain yang kini setia meringkuk di pojok ruangan. Baju dan tangannya masih ternoda oleh darah. Keiko tak berani membayangkan apa-apa tentang 'kenapa ada noda darah disana', karena pada nyatanya tempat ini memang dipenuhi oleh darah. Seperti pada tembok dan genangan air yang sebelumnya ia injak.
Semakin ngeri kini dia terjebak dengan dua psikopat. Apalagi ketika salah satu dari mereka tengah berjalan kearahnya. Keiko memejamkan mata, pasrah dengan apa yang akan terjadi.
"Jika kau mau tahu tentang kami, maka perkenalkan dirimu terlebih dahulu."
Keiko kembali membuka mata. Irisnya membulat sempurna melihat Shine yang akhirnya mau angkat bicara. Gadis berambut cepak itu terhenti, tatapannya kembali serius melirik kearah Shine. Namun yang dilirik masih enggan membalas, Shine justru setia duduk menatap panorama lain di luar jeruji besi.
"Oh, maafkan aku nona tata krama... Aku tak tahu jika bangsawan sepertimu bisa tersesat di neraka abadi seperti ini." Balas gadis itu sengit.
Keiko yang berada ditengah mereka hanya bisa berharap agar Shine tidak marah. Bisa gawat jika suasana di dalam sini semakin tidak terkendali.
Ia mencoba menepuk pundak Shine pelan, membisikkan kalimat paling lembut dan menenangkan yang ia tahu...
"Shine~ tolong jangan dengarkan dia, bersabar---"
"Jika kau tidak berkenan untuk memperkenalkan diri, maka jauhkan dirimu dariku. Kebusukanmu tercium dari sini." Sahut Shine tak menoleh.
Keiko menepuk dahinya pelan. Aduh gawat. Ia melirik air muka gadis dibelakangnya, seperti udang rebus yang panas merah dan beruap-uap. Dia termakan dengan ocehan Shine.
Tiba-tiba tangannya terlurur dan langsung menarik Shine untuk berdiri. Keiko yang kaget otomatis ikut berdiri. Mata mereka beradu penuh emosi, gadis itu menatap ganas dengan pandangan berapi-api sedangkan Shine lebih dingin dan menusuk. Yang Keiko lihat, keduanya sama-sama memancarkan kebencian dan itu tidak bagus.
"Ehhh---!!! Le-lepaskan Shine !!" Ujar Keiko sembari mencoba menarik tangan gadis itu menjauh. Namun nihil, cengkramannya semakin erat mengikat Shine untuk tetap menjaga jarak.
"Kau mau main-main denganku heh ? Kau pikir kau siapa ? Jagoan disini ?"
Shine mendengus kecil.
"Untuk apa jadi jagoan hanya untuk mengalahkanmu ? Dasar sampah.""Apa kau bilang !!???" Gadis itu semakin erat mencengkeram Shine, membuat Keiko semakin panik.
"Tolongg... Lepaskan dia !"
"Sampah. Kau dibuang kesini karena kau ini sampah. Jangan pikir ketika kau lebih lama di tempat sampah akan membuatku takut dengan gertakanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
GURO : The Girl, Prince and Sleeping Stone
Aventura[[ Seri #1 dari cerita Guro ]] -- genre : Adventure Fantasy -- -- warn : alur cerita berjalan lambat -- Alkisah hiduplah seorang gadis di negeri antah berantah. Si gadis mungil yang lemah bertahan ditengah beringas kuasa sang Raja Muda Kematian dari...