Seiki berlari dengan kewalahan. Dikejar-kejar oleh 4 penjaga seperti ini benar-benar membuat adrenalinnya terpacu. Matanya liar menatap sekeliling. Di sepanjang lorong yang ia masuki sekarang, hanya ada beberapa tong dan kardus usang yang ditaruh di pojok-pojok. Ia berusaha mendistraksi para penjaga dengan menyenggol kardus-kardus itu hingga menutupi jalan.
Hal itu memperlambat mereka, namun tetap tak memberikan Seiki kesempatan beristirahat. Mereka dengan mudah mengindari tumpukan kardus itu dan kembali mengejar Seiki.
"BERHENTI ATAU KAMI AKAN MENEMBAK !!"
Seiki tak menghiraukannya. Ia menoleh ke belakang untuk melihat keadaan. 2 dari 4 penjaga disana melambat untuk membidik dengan senapan laras panjang. Sedang yang lainnya terus berlari mengejar.
Seiki mendelik, setelah ia harus berlari kini ia harus menghindari peluru-peluru itu agar tidak mengenai.
DOOORRR !!! DOORRR !!!
Dua peluru ditembakkan. Seiki bisa mendengar jelas desing pelor itu melesat di sebelah telinganya. Beruntung, peluru itu meleset. Ia yakin jika peluru itu kena, maka pecah sudah kepalanya.
"TEMBAK !!"
DORRR !!! DOORRR !!! DORRR !!!
Semakin banyak peluru yang ditembakkan.
Seiki perlu berlari zig-zag untuk menghindar. Entah keberuntungan, atau kelincahan. Sampai saat ini, tak ada peluru yang mengenai tubuhnya. Mungkin juga ia terbantu dengan kondisi lorong yang cukup gelap, sehingga para sniper tidak dapat mengenainya dengan mudah.
Namun tetap saja keberuntungan itu bisa habis. Ia tak yakin seberapa lama lagi ia dapat bertahan. Matanya memicing ketika melihat kelokan berikutnya. Seiki hampir sampai.
Suara lenguhan lemah terdengar. Nafas berat yang sedari tadi mengganggu lehernya mulai terangkat. Seiki melirik memastikan, dan benar dugaannya Arthur perlahan mulai membuka mata. Ketika baru setengah sadar, Ia yang berada dalam gendongan Seiki langsung melotot kebingungan. Pandangannya linglung menatap sekeliling yang remang-remang.
"Ar kau sialan !! Kenapa baru bangun sekarang !!"
"Sei--ki ?"
Seperti pengguna obat, Arthur sama sekali tak ingat apa-apa tentang kejadian sebelumnya sampai ia digendong seperti ini. Tubuhnya masih lemah, ia gunakan sisa energi yang terkumpul untuk bertanya pada Seiki.
"Kita mau kemana ?"
"Kita akan pergi dari sini, sebaiknya pegangan erat dan tundukkan kepalamu selagi---"
BSIUUU ...
Desing peluru melesat diatas kepalanya. Seiki reflek merendahkan badan.
"Sial !!"
Arthur menoleh ke belakang. Tak terlalu terlihat jelas, namun ia tahu ada dua sniper yang membidikkan senapannya pada mereka berdua.
"What the ...."
"Penjelasannya nanti saja !" Seiki memotong.
Arthur menghentikan hasrat penasarannya dan fokus untuk berpegangan. Ia mencoba untuk tidak lebih merepotkan lagi dari sekarang. Sedangkan Seiki semakin gerah, matanya hanya tertuju pada sebuah liku yang ada di depan sana tanpa memperdulikan apapun lagi.
Para Sniper mengisi selongsong pelurunya. Hanya butuh beberapa detik untuk kemudian mereka dapat kembali membidik.
Namun tiba-tiba dari arah belakang, seorang gadis berlari dengan kencang tanpa suara ketipuk sepatu yang berisik. Ia menyerang mereka yang bahkan tak menyadari keberadaannya mendekat, pisaunya menancap tepat pada tengkuk satu penjaga dan membunuhnya seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
GURO : The Girl, Prince and Sleeping Stone
Pertualangan[[ Seri #1 dari cerita Guro ]] -- genre : Adventure Fantasy -- -- warn : alur cerita berjalan lambat -- Alkisah hiduplah seorang gadis di negeri antah berantah. Si gadis mungil yang lemah bertahan ditengah beringas kuasa sang Raja Muda Kematian dari...