Misi Ketigabelas : Lonceng Darurat

59 4 22
                                    

Pagi yang ramai di alun-alun kota. Jam masih menunjukkan pukul 09.00, namun sudah banyak sekali kerumunan orang yang mulai menggerombol, berbaris rapi ditepi garis jalur jalan menuju istana. Dengan penuh tanda tanya, mereka saling melempar pandang, mencari-cari apakah maksud dari dibunyikannya Lonceng Darurat milik istana. Lonceng itu adalah lonceng besar yang tergantung di ujung menara dekat dengan Istana Raja, dan hanya akan dibunyikan ketika mereka mengalami sesuatu yang mendesak, bencana alam atau ketika kerajaan ingin mengumumkan sesuatu di alun-alun kota. Seperti contoh ketika COSA mengalami invasi dari para pemberontak 3 tahun lalu, lonceng ini juga sibuk berdentang memperingati rakyat dari para pemberontak  yang menyerang istana. Mereka langsung beramai-ramai berkumpul di alun-alun kota, disana sudah terdapat banyak penjaga yang akan melindungi mereka. Berjaga-jaga jika para pemberontak itu menjalar ke rumah-rumah warga.

Hari baru genap 2 hari COSA merayakan ulang tahunnya. Namun tiba-tiba lonceng ini kembali dibunyikan setelah 3 tahun lamanya. Kira-kira hal mendesak apa yang membuat Raja Cieru perlu mengumpulkan rakyat COSA di tengah alun-alun kota ? Di hari libur ? Sepagi ini ?

Sama seperti yang lainnya, Chio dan Tuan Bach yang tampak payah dan lesu ikut berkumpul kesana. Mata mereka terlihat sembab dan gelap, seperti kurang tidur karena kelelahan sepanjang malam. Terutama Chio, wajahnya sama sekali tidak memancarkan Chio yang manis dan anggun, kini tampilannya begitu berantakan dengan rambut gimbal yang belum sempat disisir. Gaun kotor dan muka kusam bekas keringat dan debu yang menempel. Matanya masih terlihat merah dan berair, tangannya menggenggam sebuah tisu, tak henti-henti mengelap ingus di hidungnya yang masih mampet.

Hanya berselang beberapa jam (semalam) setelah Keiko berhasil kabur, Chio dan Tuan Bach ternyata telah menyadari kepergiannya. Mereka panik mencari gadis itu kemana-mana, setiap sudut rumah, toko, gudang, bahkan sampai larut malam mereka mengenakan jaket tebal dan lampu kecil, berjalan menembus dinginnya angin musim dingin mencari keberadaan Keiko di tengah kota. Mereka memeriksa tempat-tempat yang biasa dikunjungi oleh Keiko dan tetap tidak ada hasil.

Chio frustasi, hendak dia meminta bantuan Tsu namun batal karena baru ia tau jika Tsu juga menghilang. Bersamaan dengan Keiko, malam itu. Chio semakin panik, kondisi ayahnya yang sudah terlalu tua juga tidak bisa terus dipaksa untuk menahan angin malam yang begitu menusuk. Akhirnya mereka tak bisa melakukan apa-apa, selain meminta pertolongan para tetangga untuk memberi kabar jika Keiko ditemukan. Dengan perasaan hampa dan kecewa, Chio menuntun sang Ayah untuk kembali ke rumah. Hatinya terus cemas, berharap jika mereka berdua baik-baik saja diluar sana.

Kemudian pukul 9 pagi, Chio terbangun dengan gegabah ketika mendengar bunyi nyaring lonceng darurat istana. Buru-buru dia segera mengambil mantel, kemudian membangunkan sang ayah. Bersama-sama mereka berdua tergopoh, berlari kearah alun-alun kota yang sudah ramai dipenuhi orang-orang COSA. Dan disinilah mereka sekarang, berdesak-desakan mencari celah hingga akhirnya mereka berdua berhasil berdiri tepat di pinggir jalur yang telah disediakan.

Melihat barisan para penjaga yang lewat membuat jantung Chio melonjak. Para penjaga itu tampak lebih ganas walau wajah mereka berseri bahagia. Jarang sekali Chio melihat mereka dengan senjata asli dan perisai, pasti ada sesuatu yang terjadi di istana.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
GURO : The Girl, Prince and Sleeping StoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang