Keiko sangat terkejut ketika melihat begitu banyak cabang pada bagian dalam istana, tidak ada waktu untuk melihat ke peta. Mereka harus memutuskan dengan cepat.
"Harus kemana !?" Tanya Keiko pada Tsu. Lelaki itu juga sama tak tahunya. Mereka kehilangan jejak Shine dan Arthur.
Tiba-tiba dari arah belakang, 5 orang prajurit istana dengan zirah dan tombak memergoki mereka. Keiko menoleh, melihat gerombolan itu berlari mengejar.
"Tsu !! LARI !!"
Dengan asal Keiko memilih salah satu jalur diantara cabang. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah bisa selamat dari kejaran para pasukan kerajaan. Ia terus berlari, berbelok mengikuti jalur.
Hingga akhirnya jalur yang Keiko pilih berhenti pada sebuah pintu besar yang terkunci. Tsu mencoba mendobrak pintu itu, namun gagal. Pintu ini terlalu besar dan kokoh untuk didobrak seorang lelaki. Tsu terus mencobanya beberapa kali hingga terasa bahunya sangat sakit.
"Aghhh ...."
"Tsu ! Jangan ! Kita cari jalan lain !!"
Keiko menyisir pandangan kearah sekitar, hanya terdapat lorong panjang yang telah mereka lewati sebelumnya dengan beberapa lukisan terpampang di dinding.
Keiko membalik beberapa lukisan itu, mencoba mencari apakah ada semacam jendela yang tersembunyi dibelakangnya untuk mereka keluar. Setelah beberapa lukisan ia periksa, nihil. Keiko tidak menemukan apa-apa.
Dari ujung lorong terlihat para prajurit itu telah sampai, dengan wajah bringas mereka berlari kearah Keiko dan Tsu. Mereka terjebak, tidak dapat kemana-mana.
Tsu dan Keiko pasrah. Mereka hanya bisa bersiaga menerima nasib ditangan para prajurit kerajaan. Pada detik-detik harapan mereka pupus, Shine dan Arthur muncul dari ujung lorong, tepat di belakang para prajurit itu.
Dengan sigap mereka langsung menembak, beberapa pelurunya tepat mengenai kepala 2 orang prajurit disana. Keiko berteriak kaget, baru pertama kali dia melihat orang yang tertembak mati tepat dihadapannya. Kakinya terasa lemas, ia jatuh meringkuk disebelah Tsu yang terus memegangi tangannya yang gemetar.
Sisa prajurit itu menoleh dan berbalik menyerang. Mereka berlari kearah Arthur dan Shine yang masih mengisi peluru. Prajurit itu sudah semakin dekat, Tidak ada waktu bagi mereka me-reload. Shine dan Arthur kompak mengganti senjatanya dengan sebuah belati. Dengan lihai mereka menghindari tusukan tombak dari para prajurit, kemudian berhasil melancarkan serangan balik.
Bergerak dengan sangat gesit, Keiko yang melihat dari kejauhan terkesima dengan cara mereka bertarung. Seperti melihat serial detektif yang ada di TV, Shine dan Arthur tampak sangat profesional dalam berkelahi.
Cukup sulit mereka melawan 3 orang prajurit istana. Serangan dari tombak-tombak itu tidak sepenuhnya dapat dihindari. Shine terluka dibagian lengan kirinya, sedangkan Arthur tertusuk di bagian kakinya. Keiko sangat khawatir ketika mereka berdua berjalan mendekat. Walaupun mereka berhasil memenangkan pertarungan, dengan kondisi Shine dan Arthur sekarang Keiko tidak yakin mereka harus melanjutkan misinya.
"Astaga ! Kalian tidak apa-apa ?" Tanya Keiko khawatir.
Arthur tersenyum simpul, sedangkan Shine hanya diam sembari memegangi lengan kirinya yang berdarah.
"Parah sekali, ada banyak prajurit yang tersebar disini. Mereka akan sampai di lorong ini sebentar lagi, jadi kita harus bergerak !" Arthur mengkomando, dia melirik kesekitar mencoba mencari jalan keluar.
"Kalian kembali untuk kami ?" Keiko berujar ragu. Arthur tersenyum simpul tanpa jawaban.
"Soal negosiasi tadi, kita bisa bahas lagi nanti." Arthur menoleh kesebelahnya. "Ada ide, Shine ?"

KAMU SEDANG MEMBACA
GURO : The Girl, Prince and Sleeping Stone
Abenteuer[[ Seri #1 dari cerita Guro ]] -- genre : Adventure Fantasy -- -- warn : alur cerita berjalan lambat -- Alkisah hiduplah seorang gadis di negeri antah berantah. Si gadis mungil yang lemah bertahan ditengah beringas kuasa sang Raja Muda Kematian dari...