Misi Keempat : Strategi

91 7 9
                                    

...Tetiba terdengar suara langkah kaki mendekat. Keiko yang masih asik membaca langsung waspada. Suara kenop berputar terdengar jelas dari arah pintu masuk Perpustakaan.

"... Ada orang didalam ?" Ucap sebuah suara yang cukup berat dan familiar, Keiko meneguk ludah gusar.

"Hanya ada aku disini, Tuan Bach." Sahutnya.

.
.
.
.
.

Tampaknya sahutan itu semakin memancing orang yang ada diluar pintu untuk masuk.

Perlahan, liang pintu itu terbuka menampakkan seorang lelaki dengan rambut dan jenggot putih. Ia mengenakan setelan kemeja kotak-kotak yang dimasukkan kedalam celana. Sebuah sabuk hitam melingkari pinggangnya.

Dari sudut bibir tergaris senyuman yang membelah keriput-keriput di kulit wajahnya. Mata safir itu sedikit menyipit, tersembunyi dibalik sepasang kaca bening bulat yang membantunya melihat dengan jelas.

Ia diam sesaat, menatap seorang gadis dihadapannya yang duduk sembari menyembunyikan sepasang tangan dibelakang punggung.

Ia membutuhkan waktu sesaat untuk mengidentifikasi siapa itu, senyumnya kembali merekah ketika otaknya telah menerima informasi mengenai sosok yang ia lihat.

"Keiko ?? Sedang apa kau duduk dibawah seperti itu ?"

"Selamat malam Tuan Bach, aku hanya habis membaca beberapa literasi disini." Ujarnya membalas senyuman manis sang Tuan.

"Tumben sekali, memangnya apa yang kau baca ?"

Pria itu tampak meragukan ucapan Keiko. Dia berjalan mendekat untuk lebih jelas melihat gerak-gerik mencurigakan yang dilakukannya.

"Uh ... uhmmm...."
Keiko bergumam sejenak, mengelabui Tuan Bach tidak semudah mengelabui Chio. Dia harus berhati-hati.

"...Kudengar dari cerita Chio, anda sangat berbakat membuat roti melon. Sampai kerajaan juga mengakuinya. Jadi, aku hanya penasaran kira-kira apakah anda menyimpan resep roti melon itu disini. Atau sesuatu semacamnya..."

"Kau ingin membuat roti melon ?" Tanya Tuan Bach dengan nada sedikit heran.

"I-iya kurasa begitu.." Ujar Keiko kikuk.

Tuan Bach tersenyum.

"Sebenarnya aku tidak pernah menuliskan resep-resep yang aku buat, semuanya murni dari improvisasiku sendiri di dapur."

Tuan Bach melihat kearah rak-rak tinggi yang ada disebelahnya. Tangannya menyisir judul buku-buku yang tertata rapi disana.

Sesekali ia mengambil sebuah buku, membaca sinopsisnya, kemudian mengembalikannya lagi. Ia lakukan itu di beberapa buku berikutnya.

Keiko berdehem pelan...

"Wah, improvisasi anda pasti berjalan sangat mulus sampai-sampai kerajaan mengakuinya ?"

Pria tua itu terkekeh.

"Kau terlalu berlebihan. Aku hanya membuat roti Melon. Semua orang bisa membuatnya."
Sahutnya tanpa menoleh, masih sibuk mencari buku yang dia mau.

Keiko kembali diam. Buku tentang istana COSA yang ia sembunyikan di punggungnya mulai terasa mengganjal tak nyaman. Ia sedikit menggeser tempat duduknya yang semula, kemudian melepaskan pegangannya sehingga tangannya bisa bebas bergerak.

Sepertinya Tuan Bach tidak peduli dengan apa yang Keiko lakukan. Lelaki tua itu masih fokus pada buku-buku usang dihadapannya.

Keiko menghela nafas lega.

GURO : The Girl, Prince and Sleeping StoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang