Misi ke 28 : Harta dibawah Tanah

48 7 5
                                    

Kabut asap tebal membumbung ke udara. Mata Keiko menyipit, susah payah ia melihat untuk mengetahui keadaan sekitar setelah tiba-tiba sebuah bom asap dilemparkan di tengah-tengah barisan mereka.

Keiko sangat terkejut, semua ini diluar ekspetasinya. Ketika ia tengah merangkak-rangkak mencari arah, sebuah tangan erat menggandeng pergelangannya. Keiko hampir berteriak jika tangan lelaki itu tidak menutup mulutnya lebih dulu. Perlahan gadis itu mendongak, tampak Seiki sigap berdiri di hadapannya.

"Ini aku ! Saika bilang kita harus masuk ke lorong itu, sekarang." Ketika melihat Keiko mengangguk, Seiki mulai melepaskan tangan membiarkan gadis itu bicara.

"Apakah asap ini dari Saika ?"

"Tidak, kita mendapatkan bantuan."

Keiko terdiam bingung.

"Teman Saika yang melemparkan bom asap ini agar kita bisa pergi."

Rei. Batin Keiko dalam hati. Siapa lagi teman Saika yang dapat menemukan mereka di tempat ini selain dia ?

Tangan Seiki meraba-raba bagian di depannya hingga ia dapat mencapai mulut lorong itu. Ditariknya Keiko untuk berlari lebih kencang. Gadis itu cukup sulit bergerak karena beberapa kali kakinya tersandung sesuatu, namun akhirnya mereka berhasil masuk lewat celah yang Seiki buka.

Asap semakin menipis, para penjaga yang terbatuk-batuk kembali mendapatkan pengelihatannya tanpa halangan. Namun mereka terlambat, semua tahanan yang sebelumnya tersandera kini telah berdiri didalam lorong itu. Mereka menatap keluar sejenak, kemudian kembali berlari masuk meninggalkan penjaga yang masih terbengong di tempat.

Keiko merasakan hawa dingin merambat pada kulit tangannya. Lorong ini lembab dan sangat gelap. Hanya cahaya dari obor tempat mereka masuk adalah satu-satunya penerangan yang ada. Setelah itu, gelap.

Keiko menggenggam pergelangan Seiki semakin erat, ia hanya terus mensugesti pikirannya untuk berlari agar dapat selamat. Mengesampingkan phobia kegelapannya di dalam sini.

"Tiaraaapp !!!!"

Teriakan Seorang lelaki dari arah pintu masuk lorong mengejutkan mereka. Tanpa pikir panjang, Seiki langsung menubruk tubuh Keiko dari depan untuk membuat gadis itu ikut tiarap bersamanya.

Hanya berselang beberapa detik, sebuah ledakan yang cukup besar terdengar menggema ke segala arah. Terutama mereka yang ada di lorong, rasa tubuhnya terpental oleh angin yang berhembus kencang hasil dari ledakan granat yang dilemparkan oleh Rei.

Keiko menutupi kepalanya dengan tangan, begitupula Seiki yang menutup telinga ketakutan. Helai rambutnya terbang tersapu angin kencang. Ia seperti berada di sebuah tabung dengan topan kecil yang mengoyak di dalamnya.

Secercah cahaya yang mereka punya perlahan menghilang tertutup reruntuhan batu yang jatuh dari langit-langit gua. Jalan mereka masuk terblokade.

"Holy shit !!!" Cercaan tercetus begitu saja. Kini mereka benar-benar terjebak di dalam kegelapan tanpa setitikpun cahaya.

"Kalian baik-baik saja ?" Ucap sebuah suara.

Perlahan Keiko mulai bangkit, ia rasakan rambutnya yang kusut dan hidungnya gatal penuh debu. Ia terbatuk sedikit sebelum menyadari jika seluruh tempat ini benar-benar gelap.

"TOLONG SIAPAPUN PEGANG TANGANKU !! AKU SESAK NAFASS !!!!!"

Tangan Keiko mencoba meraih-raih, ia yang tertekan dengan kondisi gelap dan lembab mengakibatkan pikirannya tak dapat mengkondisikan sistem tubuhnya dengan benar. Seperti bagian paru-parunya yang terasa kering tak ada udara. Seperti ikan diluar akuarium, Keiko megap-megap mencari udara.

GURO : The Girl, Prince and Sleeping StoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang